Prolog

743 31 6
                                        

*╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗*𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐑𝐚𝐣𝐚 𝐔𝐥𝐚𝐫*╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝*

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

*╔═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╗*
𝐈𝐬𝐭𝐫𝐢 𝐑𝐚𝐣𝐚 𝐔𝐥𝐚𝐫
*╚═══❖•ೋ° °ೋ•❖═══╝*

.
.
.

Di tengah hutan belantara yang tak tersentuh manusia, tersembunyi sebuah goa kuno yang dindingnya berkilauan bagai lautan bintang. Goa Safir, begitu bangsa siluman menyebutnya, tempat sakral yang dipercaya mampu meramalkan takdir dan mengikat cinta sejati dengan kekuatan yang tidak bisa dipahami oleh manusia biasa.

Malam itu, hujan turun tipis, membasahi daun-daun tua dan menghadirkan aroma tanah yang lembap. Kilat sesekali membelah langit, menampilkan siluet pepohonan raksasa yang berdiri seperti penjaga kuno. Angin berbisik di antara ranting-ranting, membawa kabar yang hanya bisa dimengerti oleh mereka yang memiliki darah siluman.

Sang Raja Siluman Ular, Bian Ye, dengan tubuhnya yang panjang berkilau hitam legam, menyelinap di antara pepohonan raksasa, matanya yang keemasan memancarkan cahaya dingin yang mampu menembus kegelapan. Ia datang bukan tanpa alasan—bisikan leluhur telah memanggilnya. Sejak ratusan tahun, takdirnya telah tertulis dalam batu safir yang tersimpan di goa suci itu.

Bian Ye tak tergesa-gesa. Ia telah hidup lebih lama dari yang bisa dihitung oleh manusia, dan waktu bukanlah sesuatu yang menekannya. Namun, malam ini ada sesuatu yang berbeda. Dadanya berdenyut dengan kegelisahan yang tak biasa.

Di dalam goa, safir-safir raksasa berdiri tegak bagai pilar-pilar waktu. Cahaya biru berpendar lembut dari dalamnya, menciptakan bayangan menari di dinding goa. Udara terasa berat, seakan mengandung ribuan rahasia kuno yang enggan terungkap. Batu-batu itu bukan sekadar kristal, melainkan mata leluhur yang menyimpan sejarah dan takdir makhluk-makhluk yang terikat dengan dunia siluman.

Sang Raja mendekat, tubuhnya yang kekar melingkar perlahan di tengah altar batu yang telah berlumut usia. Saat cakar tajamnya menyentuh safir terbesar, permukaannya yang biru pekat mulai berpendar lebih terang, bagai cahaya bulan yang menyentuh lautan malam. Suara-suara halus mulai berbisik, bukan dalam bahasa yang dikenal dunia manusia, melainkan nada-nada kuno yang langsung merayap ke dalam jiwa.

“Cinta sejati… sudah dekat…”

Bisikan itu lirih, namun tajam, menembus sanubari Sang Raja. Matanya menyipit, mencoba memahami pertanda ini. Takdir memanggilnya. Gambar-gambar samar mulai muncul di dalam safir—sesosok perempuan berdiri di antara kabut, rambutnya tertiup angin, matanya memancarkan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Sosok itu terasa akrab, tetapi juga asing. Bian Ye menyipitkan mata, mencoba menangkap lebih jelas, namun bayangan itu menghilang dalam sekejap.

Dadanya berdebar, sesuatu yang jarang ia rasakan dalam berabad-abad keberadaannya. Mungkinkah ini tentang dia? Perempuan yang pernah ia temui dalam kehidupan yang telah lama berlalu? Tapi itu mustahil… manusia tak hidup selama itu.

Namun, batu safir tak pernah berbohong.

Bian Ye meremas jemarinya, merasakan ketegangan yang mengalir dalam darahnya. Ia tak bisa mengabaikan panggilan ini. Dengan satu gerakan anggun, ia berbalik dan meninggalkan gua sakral itu. Hatinya yang selama ini dingin seperti batu, kini berdenyut pelan, membawa rasa penasaran yang kuat.

Langkah-langkahnya menuju dunia manusia telah dimulai.

⊰᯽⊱┈──╌❊╌──┈⊰᯽⊱

Di sisi lain dunia, di kota yang penuh cahaya, seorang gadis tengah bermimpi.

Li Chang Rui menggeliat dalam tidurnya, keningnya berkeringat meskipun udara di kamarnya cukup dingin. Mimpinya terasa begitu nyata. Ia berada di sebuah hutan yang gelap, kabut tebal menyelimuti tanah, dan suara gemerisik terdengar di sekelilingnya. Jantungnya berdegup kencang, seakan ia tengah dikejar sesuatu yang tak terlihat.

Di hadapannya, ada sebuah danau berkilauan dengan cahaya biru samar, dan di tengah danau itu berdiri sesosok pria tinggi dengan mata keemasan yang memancarkan aura misterius. Ia tidak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas, tetapi entah mengapa, hatinya merasakan sesuatu yang aneh—seolah ia telah mengenalnya sepanjang hidupnya.

Suara-suara berbisik di telinganya, nada-nada asing yang seakan menyanyikan kisah yang telah terlupakan.

“Tunggu… siapa kau?” suaranya bergetar dalam mimpi itu, tetapi sosok pria itu tidak menjawab. Ia hanya menatapnya, seolah menunggunya untuk memahami sesuatu yang tersembunyi jauh di dalam dirinya.

Kemudian, tiba-tiba semuanya lenyap.

Chang Rui terbangun dengan napas memburu. Jantungnya masih berdegup kencang. Ia meraba dadanya, mencoba menenangkan dirinya. Mimpi itu… kenapa terasa begitu nyata?

Ia menoleh ke jendela. Hujan gerimis turun, membasahi kaca jendelanya dengan tetesan lembut. Di kejauhan, suara klakson mobil dan kehidupan malam kota masih terdengar samar. Tetapi di dalam hatinya, ada sesuatu yang berubah. Perasaan aneh itu tidak mau hilang begitu saja.

Ia menatap tangannya, seolah-olah ia baru saja menyentuh sesuatu yang bukan berasal dari dunia ini.

Dan entah mengapa, ia merasa… bahwa seseorang sedang mencarinya.

.
.
.

Terima kasih yang sudah baca Book ini, ^~^
Jika kalian suka ceritanya bantu vote/komen nya ya.

Book ini update setiap hari di Karyakarsa, dengan judul yang sama.

...Onde histórias criam vida. Descubra agora