Akasia Fumiko, Aktris yang membintangi Film The Miracle Of A Saintess sebagai Karakter Antagonis, Akasia Rosalie Amber. Putri Raja yang tidak diinginkan Rakyatnya dan bahkan Ayahnya sendiri.
Kesialan menimpanya ketika tahu Ia tidak hanya sekedar mem...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ayo, turunlah.." Gadis itu dengan ragu melirik ke bawah, tanah terlihat begitu jauh di bawah sana. Rasa pusing sontak mendera kepalanya, pandangannya memburam untuk sepersekian detik.
Pria itu tersenyum, memperhatikan itu."Percayalah, aku tidak akan membiarkanmu jatuh."
Dengan memejamkan mata akhirnya Gadis itu melompat, seketika tubuhnya serasa melayang bebas begitu tubuhnya jatuh tanpa perlawanan ke bawah sana. Kecepatan jatuhnya yang sangat cepat melawan gravitasi membuat perutnya terasa bergejolak mual.
Matanya terpejam erat, seakan tubuhnya telah bersiap dengan hantaman pada tanah. Namun sebelum kemungkinan buruk itu terjadi, sepasang lengan kekar yang melingkari pinggangnya membuat kelopak matanya kembali terbuka.
Iris amber rose nya terpaut dengan iris semerah darah yang berkilat tajam, tudung jubahnya tersibak dan memperlihatkan surai perak nya yang berkilau di bawah guyuran cahaya Bulan.
Kencangnya angin yang menabrak tubuh mereka ketika tubuh mereka terhempas jatuh bebas ke bawah.
Hingga ketika sepasang kaki itu mendarat sempurna di permukaan tanah, seolah tak terjadi apapun Pria itu dengan perlahan menurunkan Akasia dari gendongan ala bridal style nya.
Masih mencoba mengendalikan keterkejutannya, Akasia berdiri dengan kaki nya sendiri.
Hansel menatapnya khawatir. "Kau baik-baik saja?" Memperhatikan tungkai kaki pendek Akasia yang masih gemetaran.
Akasia mengangguk, menatapnya dengan senyum kaku di bibirnya. "Aku baik, meski tadi itu rasanya hampir mati."
Hansel mengulum senyum geli. Menaikkan kembali tudung jubahnya hingga menutupi surai perak nya, Ia mengulurkan tangan padanya. "Jadi apakah kita bisa pergi sekarang, Tuan Putri?"
Akasia turut menaikkan tudung jubahnya, sebelum akhirnya menerima uluran tangan itu. "Tentu saja."
Mereka berlari bersama dengan genggaman tangan yang saling bertaut erat, ke-dua nya menelusup masuk ke Hutan setelah melewati beberapa Prajurit Istana yang berjaga di sekitaran.
Menoleh ke belakang untuk memperhatikan sekali lagi bangunan megah Istana di belakangnya yang perlahan-lahan menghilang.
Akasia berbisik lirih. "Papa, Maaf tidak mendengarkan mu. Tapi aku akan kembali membawa ketenangan Forresaina yang layak kau dapatkan."
Pandangannya kembali ke depan, iris amber rose nya menatap tajam pemandangan Hutan lebat di depannya.
Sulur-sulur pohon yang lebat, semak-semak belukar yang tinggi seolah memberi jalan pada mereka. Akasia memperhatikan itu dengan takjub. Ya, tapi itu rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi pada Roh Rubah penjaga Hutan seperti Hansel.
"Apa kau lelah?" Hansel memperhatikan keringat di dahi Akasia.
Gadis itu menggeleng. "Kita baru berjalan sebentar, aku tidak selemah itu."