Chapter 2

74.5K 3.1K 27
                                    


****

Pagi ini aku tidak ada kelas. Jadi aku memutuskan untuk ke rumah sakit. Aku ingin menemani bunda, semalam aku dan kak Ricky memang ke rumah sakit. Tapi kami tidak menginap karna aku yang harus mencuci baju kotor bunda di rumah pagi tadi, dan karna hari ini aku tidak ke kampus. Inilah kesempatan ku menemani bunda.

Aku berhenti pada sebuah supermarket. Aku harus membeli buah - buahan dulu untuk bunda. Dia sangat menyukai Apel. Jadi setiap aku mengunjungi nya aku selalu membawakannya.

"Berapa buk ?!" Tanya ku pada sang penjual.

"45 ribu mbak.."

Aku merogoh tas ku untuk mengambil dompet. Oh sial. Aku salah mengambilnya. Ini dompet pria itu. Pun aku menunduk mencoba mengambil dompet ku sendiri dan segera membayarnya.

Ya. Dompet pria mabok itu memang masih ada padaku. Aku yang menyimpannya dan itu tanpa sepengetahuan kak Ricky. Bahkan aku tidak berani memberitahunya soal kejadian semalam. Aku juga berpesan pada joy dan karyawan yang lain untuk menyembunyikan hal ini pada kak Ricky. Bukan apa - apa sih, hanya saja aku belum siap mendapatkan omelannya. Belum lagi ke khawatirannya pada ku. Huffttt..... kadang dia berlebihan.

"Mbak Prilly.." seseorang menyerukan nama ku. Aku pun memutar tumit dan berbalik. Suster? ada apa ya ?

"Ya sus...??"

"Hari ini dokter Andre ingin bertemu mbak Prilly jam 2 siang. Sebenarnya sudah dari kemarin beliau ingin bertemu dengan mbak. Tapi sepertinya mbak tidak datang !"

"Kemarin saya datang. Tapi memang hanya sebentar.. kalo boleh tau ada apa ya sus? Bunda saya baik - baik saja kan ?!"

"Untuk hal itu mbak bisa tanyakan langsung pada dokter nanti. Karna beliau yang lebih berwenang, saya hanya ingin menyampaikan itu saja.... permisi"

Suster cantik bernama Anita melewati ku setelah aku mengangguk dan memberikan jalan padanya. Pun aku kembali melangkah menuju ruang rawat bunda.

"Pagi bunda..." sapa ku setelah masuk kedalam kamar rawatnya.

Seperti biasa ia tersenyum hangat padaku. "Pagi sekali nak ? Kamu tidak kuliah ?!"

"Hari ini prilly gak ada kelas bun. Jadi Prilly bisa temenin bunda deh seharian !" Ujar ku antusias.

Bunda terlihat senang dengan keberadaanku seharian ini di Rumah sakit. Ia tidak terlihat kesepian dan entah kenapa hari ini bunda tiba - tiba saja flashback ke masa - masa mudanya bersama ayah dan menceritakannya padaku. Aku jadi takut. astaga. Apa yang aku pikirkan.

Mengobrol dan bercerita bersama bunda membuat waktu berjalan terasa lebih cepat. Aku melirik jam yang ternyata sudah menunjukkan pukul 1.45 siang. Aku jadi ingat kalau aku memiliki janji dengan Dokter Andre di ruangannya.

Mengambil tas ku, aku beranjak untuk berpamitan. "Bun... Prilly berangkat kerja dulu ya ? Udah jam dua.. Prilly juga ada janji sama temen di cafe.." Bunda mengangguk tersenyum.

Aku maju untuk bersalaman dan mengecup keningnya sebelum akhirnya pergi meninggalkannya sendiri lagi. Aku harus segera menemui dokter Andre di ruangannya sebelum aku berangkat kerja.

Aku juga tidak tau. Kenapa tiba - tiba dokter andre memintaku untuk menemuinya. Jujur saja, aku belum siap dengan apa yang akan ia bicarakan. Aku tidak siap jika ia akan membicarakan soal kondisi bunda. Karna memang aku lihat, tubuh bunda semakin kurus.

Tok tok tok

"Masuk..." aku melangkah masuk setelah mendengar seruannya dari dalam. "Permisi dok. Apa dokter memanggil saya ?!"

When????Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang