MECHANIC GIRL II

18.3K 509 19
                                        

Selamat Membaca ♡

Buat kalian yang rajin vote dan komen 🫰🏻

• • • • • • •

Selama ini Dierja selalu melihat Gya mengenakan wearpack atau pakaian sederhana, namun malam ini ia dibuat terpukau dengan penampilan Gya yang mengenakan dress hitam pemberiannya. Selaras dengan setelan hitam yang dikenakan Dierja.

Segaris senyum terbit di bibir Dierja, menatap memuja gadis itu yang terlihat semakin cantik. Tak sia-sia ia mengatur rencana makan malam romantis bersama gadis itu. Walaupun mereka tak ada hubungan apa-apa untuk saat ini, tapi Dierja pastikan setelah ini Gya akan sepenuhnya menjadi miliknya.

Di sisi Gya, tampak merasa tak nyaman mengenakan dress tersebut, terlalu ketat untuknya yang lebih menyukai pakaian oversize. Ditambah lagi bagian pundaknya yang terbuka, dengan potongan bagian dada terlalu ke bawah sehingga sedikit memperlihatkan belahan dadanya. Dan, yang membuat Gya semakin kesal adalah panjang dress ini hanya sebatas pahanya.

Sampai tangannya harus beberapa kali menarik-narik dress itu ke bawah agar tak terlalu mengekspos pahanya.

"Kamu cantik sekali." Suara berat Dierja mengalun, memecahkan kesunyian di dalam mobil, menuju restoran yang telah direservasi pria itu.

Gya memaksakan senyumnya sebagai respon. Kemudian memalingkan wajahnya ke samping, menatap pemandangan jalanan dari balik jendela mobil. Ia merasa tak nyaman harus berduaan bersama pria di sampingnya, di bangku kemudi, menyetir, dengan tatapan lekatnya yang sesekali mengarah padanya.

"Pak." Gya sedikit tersentak ketika satu tangan Dierja bertengger di atas pahanya. "Pak, maaf." Ia menyerongkan pahanya sehingga terlepas dari tangan pria itu yang bahkan tadi dirasakan sedikit meremas pahanya.

Dierja tersenyum tipis mendapati penolakan gadis itu. Untuk saat ini hal tersebut tak menjadi masalah baginya. Sekali lagi, hanya untuk saat ini. "Kamu diam terus daritadi. Nggak suka jalan-jalan sama saya?"

Jelas, malah gue nggak suka banget. Gya hanya mampu mengatakannya di dalam hati. Ia terpaksa memenuhi permintaan Duda gatal itu, karena Dierja tak ada henti-hentinya menyepam Gya melalui pesan maupun panggilan telepon. Bahkan nekat datang ke rumahnya, sampai meminta izin kedua orangtuanya. Hal yang paling mengesalkan adalah orangtuanya mengizinkan dikarenakan Dierja berasal dari keluarga kaya raya, sekaligus penerus bengkel tempatnya bekerja. Beginilah kalau memiliki orangtua yang egois dan hanya memikirkan harta.

"Saya cuma bingung mau ngomong apa," jawab Gya.

Kepala Dierja mengangguk pelan. "Padahal mau kamu bicara apa saja nggak menjadi masalah bagi saya. Justru saya suka dengar suara kamu."

Tapi saya lebih suka jika bisa mendengar suara desahan kamu, Gya. Lanjutnya dalam hati.

Tubuh Gya meremang mendengar ucapan pria itu. Lagi-lagi ia tak membalasnya karena terlalu was-was dan bingung. Sibuk dengan pemikirannya seputar Duda di sampingnya itu, sampai ia tak sadar jika mobil yang dinaikinya telah berhenti, menandakan jika mereka telah sampai di tempat tujuan.

Dierja turun terlebih dahulu, membukakan pintu untuk Gya. Membawa tangan gadis itu agar merangkul lengannya, sementara tangan satunya melilit di pinggang ramping Gya. Tampaknya Dierja tak peduli pada ketidaknyamanan gadis yang menjadi pasangan makan malamnya itu. Ia lebih memilih bersikap tak acuh, menuntunnya melangkah masuk ke dalam restoran bintang lima tersebut.

One Shoot StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang