13. HARQEEL

7.7K 416 3
                                        


Asrama Tirta Persada lagi-lagi kedatangan murid baru.

Bukan hal yang aneh, sih. Tapi yang bikin beda kali ini adalah sosok yang datang.

Namanya Stephanie. Panggilannya Stephie.

Cewek itu masuk dengan langkah hati-hati, seolah takut salah injak lantai. Bajunya rapi banget, kemeja putih tanpa satu pun kusut, rok panjang yang keliatan disetrika tiap pagi, dan dasi yang terpasang sempurna. Dari luar, dia keliatan kayak anak emas yang nggak bakal bikin masalah.

Tapi Aqeela nggak butuh waktu lama buat tahu kalau Stephie bukan cewek yang sesimpel itu.

Hanya butuh satu jam setelah perkenalan di kelas, cewek itu udah dua kali hampir jatuh dari tangga, sekali kebingungan nyari kelas yang padahal ada di depannya, dan sempat hampir menangis karena nggak bisa buka loker.

Dan yang lebih gawat lagi?

Lambe Cetar udah mulai kerja.

Lambe Cetar | Berita Sekolah No Debat

🦋: "ANAK BARU UDAH DIKENAL SENIOR?!!??!"
📸 (foto blur Stephie sama Noel di depan perpustakaan)
Komentar:
💬 KOK UDAH DEKET NOEL SIH? AQEELA DIMANA?
💬 Noel tuh emang gampang deket sama siapa aja, tapi ini... interesting
💬 KITA NUNGGU REAKSI AQEELA NIH BESTIE!

Aqeela narik napas panjang. Dia udah menduga ini bakal terjadi, tapi nggak nyangka bakal secepat ini.

"Lo udah lihat Lambe Cetar?" Jolina menyodorkan HP-nya ke Aqeela, ekspresinya setengah geli, setengah waspada.

Flavio mendengus, menyilangkan tangan di dada. "Tuh akun emang demen bikin drama. Stephie baru sehari di sini."

Aqeela nggak langsung jawab. Dia ngelirik ke arah Noel di pojok kantin, yang lagi duduk santai di meja deket jendela. Dan di depannya?

Stephie.

Dia keliatan... panik.

Tangan cewek itu gemetar waktu dia mau buka botol minuman, dan pas akhirnya berhasil, dia malah hampir numpahin semuanya ke meja.

Noel-seperti yang bisa diduga-cuma mendesah, ngeluarin saputangan dari kantongnya, dan nyodorin ke cewek itu.

Dan boom. Satu sekolah langsung bikin asumsi masing-masing.

"Kok lo diem aja sih, Qeela?" Jolina melotot. "Lo nggak cemburu?"

Flavio ikut menatapnya. "Atau... lo emang berharap Noel berpaling?"

Aqeela nyender ke kursi, matanya masih mengamati pemandangan di depannya.

"Cemburu?" Dia tertawa kecil. "Jol, lo tahu kan kalau angin bisa berubah arah kapan aja?"

Jolina mengernyit. "Maksud lo?"

Aqeela tersenyum tipis. "Kadang kita nggak perlu lawan badai. Kita tinggal nunggu ombak baru datang, biar dia sendiri yang bikin perubahan."

Flavio langsung paham duluan. "Lo mau bilang, kalau Noel beneran berpaling ke Stephie..."

Aqeela menatap mereka dengan ekspresi yang sulit dibaca. "Itu artinya gue bisa bebas."

Jolina membelalakkan mata. "Lo serius?"

Aqeela hanya tersenyum.

Sementara itu, dari sudut kantin, Harry memperhatikan semuanya dalam diam.

Dia tahu rencana Aqeela nggak akan sesimpel itu.

Dia tahu, langkah pertama udah diambil.

Sekarang tinggal lihat, siapa yang bakal kalah lebih dulu-Noel, atau sistem yang selama ini menjebak Aqeela?

----

Aqeela nggak pernah percaya kebetulan.

Setiap kejadian pasti ada polanya. Sama kayak deret angka dalam rumus yang udah disusun rapi, nggak ada yang muncul tanpa alasan.

Jadi, waktu dia ngelihat Stephie lagi-lagi dekat sama Noel-kali ini di lorong kelas, dengan ekspresi panik karena bukunya jatuh berantakan-Aqeela tahu ini bukan sekadar kebetulan.

"Lo yakin ini nggak ada maksud?" gumam Flavio sambil melipat tangan di dada.

Jolina menatap kejadian di depan mereka dengan mulut sedikit menganga. "Atau mungkin cewek itu emang sesial itu?"

Aqeela diam. Matanya ngelihat cara Noel bereaksi. Cowok itu cuma melirik sebentar sebelum jongkok bantuin Stephie ngambil buku-bukunya. Stephie sendiri masih dengan ekspresi khasnya-malu-malu, panik, dan sedikit gemetar pas ngeraih buku terakhir dari tangan Noel.

Sekilas, ini pemandangan yang harmless.

Tapi Aqeela tahu lebih dari itu.

"Kalau Noel beneran beralih ke Stephie, lo bakal diem aja?" bisik Jolina.

Aqeela masih menatap mereka. Hatinya aneh. Sebagian lega, tapi sebagian lagi... nggak bisa berhenti merasa ada yang salah.

"Gue nggak bisa cuma diem." Suaranya pelan, tapi pasti.

Flavio mengangkat alis. "Lo mau apa?"

Aqeela menoleh ke Harry yang berdiri di sudut lain lorong. Cowok itu juga memperhatikan kejadian ini, tapi dari caranya berdiri-dengan tangan di saku, mata tajam seperti sedang menganalisis sesuatu-Aqeela tahu Harry nggak cuma mengamati.

Dia membaca situasi.

Mencari celah.

Dan itu cukup buat Aqeela yakin, kalau satu-satunya orang yang bisa bantu dia sekarang adalah Harry.

"Ada sesuatu yang nggak beres," kata Harry tanpa basa-basi begitu mereka akhirnya duduk berdua di taman belakang sekolah.

Aqeela mengangguk. "Lo juga sadar?"

"Ya," gumam Harry. "Stephie kelihatan kayak pion yang baru masuk ke permainan ini, tapi dia bukan sekadar bidak biasa."

Aqeela menggigit bibir. "Lo pikir ada yang sengaja ngatur semua ini?"

Harry menatapnya tajam. "Pertanyaannya bukan 'ada atau nggak'. Tapi 'siapa'."

Mereka saling diam selama beberapa detik. Angin sore berembus pelan, menggoyangkan daun-daun di atas kepala mereka.

Aqeela menarik napas dalam. "Kalau Noel emang berpaling, gue bisa lepas dari dia."

Harry masih menatapnya, tapi kali ini ada sesuatu di matanya. Sesuatu yang bikin Aqeela sedikit nggak nyaman.

"Lepas dari dia," ulang Harry pelan. "Tapi lo sadar, kan, kalau Noel nggak akan semudah itu ngelepasin lo?"

Aqeela mengepalkan tangan di atas pahanya.

Dia tahu.

Dia tahu lebih dari siapa pun.

Noel bukan tipe cowok yang bisa didorong pergi begitu aja.

Dan kalau dia sadar kalau Aqeela lagi nyusun rencana buat menjauh...

Aqeela nggak mau mikirin apa yang bakal terjadi.

Hari berikutnya, Lambe Cetar makin panas.

Lambe Cetar | Berita Sekolah No Debat

🦋: "NOEL DAN ANAK BARU KAYAKNYA SEMAKIN DEKAT!?"
📸 (foto Noel dan Stephie jalan bareng di lorong)
💬 Kok bisa ya, anak baru langsung punya koneksi ke Noel?
💬 Mungkin dia spesial?
💬 Aqeela bakal ngomong sesuatu nggak nih?

Aqeela menatap ponselnya, rahangnya mengeras.

Di meja sebelahnya, Flavio bersiul pelan. "Dunia makin nggak masuk akal."

Jolina menoleh ke Aqeela. "Lo mau ngelakuin sesuatu?"

Aqeela menyeringai tipis. "Gue nggak perlu buru-buru."

Karena kalau ini permainan, dia harus pastiin dia yang pegang kendali.

Dan satu-satunya orang yang bisa bikin itu terjadi?

Adalah cowok yang duduk tenang di pojok kelas dengan ekspresi setajam pisau cukur-Harry.

----

DUA HARI KEDEPAN AKU GA UP DULU YAA

HARQEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang