Bab 12– Kode yang Gagal Didekripsi
Aqeela tersenyum.
Atau lebih tepatnya, dia mencoba tersenyum.
Tangannya menggenggam pensil lebih erat dari seharusnya, ujung jarinya sedikit memutih. Matanya sesekali melirik ke Noel sebelum buru-buru balik fokus ke kertas di depannya. Dia mencoba terlihat biasa aja. Seolah nggak ada yang salah. Seolah kedekatan Noel nggak bikin seluruh sistem sarafnya kacau.
Tapi Harry lihat.
Noel juga lihat.
Dan itu masalahnya.
Noel mencondongkan tubuhnya sedikit, jarak mereka makin dekat. “Jadi, lo ngerti atau nggak?” suaranya terdengar datar, tapi ada sesuatu di dalamnya. Sesuatu yang nggak bisa diabaikan.
Aqeela mengangguk cepat. “Iya, ngerti.”
Bohong.
Harry bisa ngelihat dari cara cewek itu menghindari tatapan Noel, dari cara dia mengerjap lebih sering dari biasanya. Dari cara napasnya sedikit lebih berat, meskipun dia berusaha keras buat tetap kelihatan tenang.
Sementara Noel?
Cowok itu diam. Tapi matanya penuh perhitungan, kayak lagi menganalisis sesuatu. Men-scan setiap reaksi Aqeela, mencari celah, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Dan Harry benci kenyataan bahwa dia juga bisa ngelihat hal yang sama.
Aqeela nggak baik-baik aja.
Dia takut.
Masalahnya, ini bukan Aqeela yang dia kenal. Aqeela itu biasanya penuh percaya diri, santai, bahkan kadang kelewat cuek. Tapi sekarang? Dia kelihatan tegang. Pura-pura fokus ke PR padahal otaknya jelas nggak ada di situ.
“Qeela.”
Aqeela menegang.
Noel masih menatapnya, nggak kedip. “Lo yakin ngerti?”
Aqeela ketawa kecil—ketawa yang kedengeran dipaksain. “Iya, Noel. Gue ngerti kok.”
Tapi tangannya mencengkeram ujung kertas.
Harry mengetukkan jarinya ke meja, menarik perhatian mereka berdua. “Kalo lo ngerti, coba lo hitung soal ini,” katanya, suaranya sengaja dibuat santai.
Aqeela langsung menunduk, buru-buru menulis sesuatu di kertas. Tapi Harry tahu. Dia tahu Aqeela butuh pengalihan. Dia butuh sesuatu buat menyelamatkan diri dari situasi ini.
Dan Noel juga tahu.
Noel menyandarkan tubuhnya ke kursi, matanya tetap tertuju ke Aqeela. “Lo gugup.”
Aqeela berhenti menulis.
Harry ikut menegang.
Sial. Noel beneran nyadar.
Aqeela mencoba tertawa lagi, tapi gagal. “Ngaco.”
Noel mengangkat alis, ekspresinya tenang, tapi bahaya. “Beneran?”
Harry melihat Aqeela menelan ludah.
Oke. Ini nggak bagus.
“Udah lah, Qeela. Fokus ke PR,” Harry menyela cepat, ngasih cewek itu jalan keluar.
Aqeela langsung mengangguk. “Iya, iya. PR dulu.”
Tapi Noel nggak berhenti.
Dia tetap memperhatikan Aqeela. Diam, tapi penuh arti.
Seakan dia baru aja nemuin sesuatu yang menarik. Sesuatu yang selama ini tersembunyi, tapi akhirnya terungkap.
Dan Harry?
Dia tahu, ini baru permulaan.
------
Aqeela menggenggam pensilnya lebih erat. Seperti algoritma yang gagal dieksekusi, dia tahu ada yang salah dalam sistemnya sekarang.
Noel menatapnya, seolah sedang membaca source code tersembunyi dalam ekspresi Aqeela. Dia nggak bilang apa-apa, tapi tatapan itu cukup buat bikin Aqeela semakin panik.
Dia harus tetap tenang. Harus tetap terlihat stable.
Tapi sistemnya terus error.
Noel mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja, ritmis, pelan, tapi terasa seperti timer yang menghitung mundur. “Gue nanya sekali lagi, Qeela.” Suaranya rendah, tenang, tapi ada sesuatu yang membuat bulu kuduk Aqeela meremang. “Lo gugup?”
Aqeela menelan ludah, matanya berkedip cepat seperti komputer yang lagi crash. “Ng—nggak.”
Noel nyengir miring. Seakan dia tahu Aqeela baru aja ngeluarin false statement.
Harry yang dari tadi diem, akhirnya buka suara. “Udah, Noel,” katanya santai, tapi ada ketegasan dalam suaranya. “Kita di sini buat belajar, bukan buat interogasi.”
Aqeela sedikit menghela napas, lega karena Harry akhirnya turun tangan.
Tapi Noel nggak langsung menyerah. Dia masih menatap Aqeela beberapa detik sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke Harry.
“Lo terlalu protektif, Har.”
Harry nyengir kecil. “Dan lo terlalu banyak mikir.”
Noel mendengus, tapi nggak membalas.
Sementara itu, Aqeela masih sibuk berusaha menetralisir ketegangan dalam dirinya. Tapi dia tahu, ini bukan situasi yang bisa dia kendalikan dengan mudah.
Noel terlalu tajam.
Terlalu penuh perhitungan.
Tapi Harry?
Harry lebih dari sekadar tajam. Dia adalah seseorang yang bisa membaca pola, memahami variabel tersembunyi, dan mencari celah dalam sistem yang terlihat sempurna.
Dan sekarang, dia sedang sibuk menyusun strategi.
“Aqeela.” Harry menyenggol bahu cewek itu, menariknya kembali ke realitas. “Fokus ke soal. Ini gampang kok.”
Aqeela mengangguk cepat. “O-oke.”
Harry tersenyum tipis, matanya sekilas melirik Noel. Seakan sedang memberi pesan.
Gue nggak akan biarin lo ngecrack sistem dia terlalu dalam.
Noel membalas tatapan itu, tapi kali ini, dia nggak bilang apa-apa.
Hanya tersenyum kecil.
Seperti seseorang yang baru aja menemukan teka-teki baru yang menarik untuk dipecahkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...