BAB 10 - TARIK ULUR
Aqeela pikir dia bisa biasa aja. Bisa tetap bersikap santai di depan Noel, seolah nggak ada yang berubah.
Tapi dia salah.
Bukan karena dia nggak bisa menyembunyikan rasa waspadanya-Aqeela cukup pintar untuk itu. Tapi karena Noel... terlalu tajam.
Cowok itu nggak pernah benar-benar lepas dari dirinya.
Saat mereka duduk di kantin, Noel masih seperti biasa-santai, cengengesan, sesekali jahil. Tapi Aqeela tahu, dia diam-diam mengamati.
Dan saat mereka selesai makan dan mulai jalan pulang, Noel tiba-tiba berkata,
"Lo lagi mikirin sesuatu."
Aqeela mengerjap, pura-pura bingung. "Hah?"
Noel menoleh ke arahnya, matanya sedikit menyipit. "Gue kenal lo, Qeela. Lo diem-diem gini kalau lagi banyak pikiran."
Aqeela tertawa kecil, berusaha terdengar natural. "Nggak ada apa-apa."
Noel nggak langsung menjawab. Mereka terus berjalan beriringan, sampai akhirnya cowok itu berkata pelan,
"Jangan bohong sama gue."
Aqeela merasa langkahnya melambat sesaat.
Tapi dia cepat-cepat mengendalikan ekspresinya, lalu menatap Noel dengan senyum kecil. "Gue nggak bohong."
Noel menatapnya selama beberapa detik, sebelum akhirnya tersenyum tipis. "Oke."
Cuma satu kata. Tapi Aqeela tahu... itu bukan tanda kalau Noel percaya.
Cowok itu nggak bakal langsung nyari tahu dari omongannya. Dia bakal diam, bakal ngamatin, bakal memastikan semuanya dulu sebelum bergerak.
Dan Aqeela harus lebih hati-hati lagi.
Mereka sampai di depan rumah Aqeela. Noel berhenti di depan pagar, tangannya masih ada di saku jaketnya.
"Besok ada kelas tambahan?" tanyanya santai.
Aqeela mengangguk. "Iya, jam tiga."
Noel tersenyum. "Oke. Gue jemput."
Aqeela menghela napas pelan. Dia tahu menolak nggak ada gunanya, jadi dia hanya mengangguk. "See you."
Noel mengangkat tangan, melambai singkat. "See you."
Tapi sebelum dia pergi, cowok itu menatapnya sekali lagi-dengan tatapan yang sedikit terlalu lama.
Aqeela menelan ludah.
Saat Noel akhirnya berbalik dan pergi, Aqeela masuk ke rumah dengan langkah sedikit gemetar.
Dan di tempat lain, Harry menyeringai sambil memantau layar laptopnya.
"Lo pikir lo bisa ngejagain dia terus, Noel?" gumamnya pelan.
Layar di depannya menampilkan rekaman CCTV sekolah. Dan di antara barisan kode yang terus berjalan, ada satu program yang baru saja dia jalankan.
Permainan ini masih jauh dari selesai.
----
Harry nggak pernah mikir bakal nyusahin dirinya sendiri kayak gini.
Dari semua hal yang bisa dia lakuin di dunia ini-jadi hacker terbaik di Tirta Persada, ngehack sistem sekolah tanpa ketahuan, bahkan ngejebak orang buat dapetin informasi-kenapa sekarang dia malah harus repot-repot 'selalu ada' buat Aqeela?
Dan yang lebih parah... kenapa dia mulai ngerasa ada yang aneh tiap kali Aqeela deket?
Contohnya sekarang.

KAMU SEDANG MEMBACA
HARQEEL
FanfictionAqeela nggak pernah benar-benar peduli sama Harry. Buat dia, cowok itu cuma "salah satu anak Asrama" yang kebetulan ada, tapi nggak pernah masuk dalam radarnya. Harry terlalu pendiam, terlalu dingin, dan lebih sering tenggelam dalam laptopnya daripa...