Selamat Membaca ♡
• • • • • • •
Menurut informasi yang Yumna dapatkan, Aziel kerap sekali datang terlambat ke sekolah. Mungkin karena laki-laki itu bekerja lembur di Harmony Cafe, mengingat bahwasanya Aziel mulai hidup mandiri dan tak mau terlalu bergantung pada Ayahnya, setelah kepergian Ibunya dua tahun lalu akibat serangan jantung.
Laki-laki yang baik, tapi sayangnya mengapa harus memiliki pacar seperti Delia Edeline?
Delia terlalu pintar menyembunyikan kejahatannya di masa lalu, hingga Aziel tak tahu bila kekasihnya itu adalah seorang perundung saat SMP dulu. Tapi Yumna akan segera membuka kedok gadis sialan itu di hadapan banyak orang. Yumna tak sabar melihat kehancuran seorang Delia Edeline.
Sekarang ini Yumna sedang berada di dalam gudang, menunggu kedatangan targetnya alias Aziel Kalingga. Laki-laki itu hari ini datang terlambat, melanggar aturan sekolah dan tentunya mendapatkan hukuman, yakni membersihkan gudang. Yumna akan merekayasa kejadian di mana dirinya seolah-olah sedang membersihkan gudang dalam keadaan berkeringat menggoda, kemudian tak sengaja dipergoki Aziel.
Bukankah seru sekali rencananya ini?
Mau sebaik apa pun laki-laki, mereka pada dasarnya memiliki nafsu tinggi. Memang tergantung dari pribadi laki-laki itu sendiri bisa menahannya atau tidak, tapi kalau ada kesempatan bagus, tak mungkin jiwa nafsuan mereka menyia-nyiakan hal itu. Pandangan laki-laki terhadap perempuan itu menyeramkan. Jika tak kuat iman, maka mereka kalah. Sehingga sering sekali dikatakan bahwa jeratan perempuan sangatlah berbahaya bagi laki-laki. Kaum mereka bila dipancing sedikit, bakal kepikiran tujuh hari tujuh malam.
Titik jatuhnya laki-laki itu ada pada tiga hal; harta, tahta dan wanita.
"Cantik banget," puji Yumna pada dirinya sendiri kala melihat wajah berkeringatnya dari kamera depan ponsel. Tubuhnya harus bergerak ekstra agar bisa sekeringat ini. Ponselnya itu pun ia masukkan ke dalam saku roknya. Kemudian meraih kemoceng yang terdapat di sana, memulai rencananya untuk menjadi penggoda maut.
Rencana pun dimulai. Ekspresi lugu kini menghiasi wajah gadis itu, berperan layaknya gadis ceria yang menjalani hukuman dengan sukacita, mengerakkan kemoceng membersihkan debu-debu pada lemari usang yang berisikan peralatan olahraga lama.
Sampai hal yang diinginkannya pun berjalan sesuai rencana. Targetnya, Aziel Kalingga, sudah berada di depan pintu gudang yang tertutup itu,
tanpa menyadari jika ada seorang gadis di dalam sana, tak ragu-ragu langsung membukanya.Ketika pintu terbuka sedikit, saat itu juga tubuh Aziel mematung kaku, matanya membulat kaget melihat ada gadis sedang membersihkan lemari, membelakanginya sambil bersenandung ria.
Sementara Yumna pura-pura tak menyadari kedatangan laki-laki itu, semakin bertingkah menggoda, tubuhnya dibuat merunduk ke depan sehingga roknya sedikit terangkat, mengekspos paha putihnya, dengan bokong kencang nan bulatnya hasil dari melakukan squat dan hip thrust itu menonjol menantang.
Laki-laki gila mana yang mau menyia-nyiakan pemandangan indah seperti ini.
"Ah, gerah banget." Suara lembut Yumna terdengar nyaris seperti desahan. Ia membalikkan tubuhnya, namun tak sepenuhnya berhadapan dengan Aziel, masih pura-pura tak menyadari keberadaan laki-laki itu yang berdiri kaku di depan pintu yang sedikit terbuka. Kesannya seperti Aziel sedang mengintip.
"Yumna?" gumam Aziel semakin terkejut kala sudah melihat jelas wajah gadis itu. Gadis yang malam tadi membuatnya terpukau karena nyanyian indahnya. "Kenapa dia ada di sini? Apa dihukum juga?" Mata laki-laki itu gemetar, tenggorokannya terasa kering ketika hal yang dilihat selanjutnya adalah Yumna membuka dua kancing teratas seragamnya, kemudian mengikat rambut panjangnya tinggi-tinggi, mencepolnya asal. Memperlihatkan dengan jelas leher jenjang gadis itu. Putih dan berkilau akibat keringat.
