Chapter 22.

16.3K 1.6K 7
                                    

Selesai memeriksa Akasia secara menyeluruh, Benjamin berucap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selesai memeriksa Akasia secara menyeluruh, Benjamin berucap. "Keadaannya baik-baik saja, Tuan Putri hanya perlu banyak bergerak untuk merangsang syaraf-syaraf di tubuhnya yang sudah cukup lama tidak digerakkan."

"Kau yakin?" Emerald itu menghunus tajam membuat Benjamin lantas mengangguk patah-patah. "Lalu kenapa dia menjadi pendiam?"

Elliot memperhatikan kepala mungil blonde yang terus-menerus menunduk, menghindari tatapannya itu. Seolah wajah tampan Elliot yang mahal tidak lebih menarik daripada ubin lantai yang dingin.

Benjamin sweatdrop mendengar pertanyaan Elliot. Bukankah itu diluar kendalinya, kenapa tidak bertanya langsung saja pada Akasia. Namun sepertinya akan menjadi kesalahan besar jika Ia menjawabnya seperti itu.

Benjamin memilih aman saja. "Mungkin saja Tuan Putri masih belum bisa membiasakan diri untuk mengekspresikan sesuatu setelah kembali terbangun dari tidur panjangnya."

"Oh," Elliot dengan wajah datarnya.

Benjamin memaksakan diri untuk tetap tersenyum. "Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia." 

Gumaman pelan Elliot membuat Benjamin segera membereskan peralatan yang dibawanya ke dalam tas, Pria itu berlalu pergi setelah membukuk hormat pada Akasia dan Elliot.

Bersamaan dengan keluar nya Benjamin dari Kamar Akasia, Ian masuk ke dalam membawa sesuatu yang penting untuk dibicarakan nya pada sang Raja.

Pria bersurai coklat itu membukuk terlebih dahulu pada Elliot dan Akasia. "Yang Mulia, maaf mengganggu anda dengan Tuan Putri. Bisakah saya meminta waktu anda sebentar?"

Emerald sehijau danau itu diam-diam melirik Akasia, ragu untuk meninggalkan Putrinya yang baru saja sadar itu. Namun sepertinya Ian benar-benar ingin membicarakan sesuatu yang penting dan tidak bisa ditunda.

Elliot menghela nafas, "Baiklah."

Pria itu berlalu pergi diikuti Ian di belakangnya, mereka keluar dari Kamar Akasia. Elliot menghentikan langkahnya begitu mereka berada di lorong yang cukup sepi.

"Ada apa?" Tanya Elliot to the point. Tidak ingin meninggalkan Akasia sendiri terlalu lama.

"Yang Mulia, beberapa Bangsawan mulai melakukan aksi protes terkait wabah yang tengah menyebar saat ini dan bahkan membuat Kudeta untuk menggulingkan anda yang dipimpin oleh Duke Eduardo Caissan." Terang Ian, nampak berat memberitahu Elliot berita ini.

Elliot terdiam beberapa saat mendengarnya, masih dengan wajah datarnya Pria itu meresponnya. "Akan kupikirkan solusinya."

Ian tahu jika Elliot menyimpan banyak keresahan dari balik wajah datarnya. Meski tidak dilahirkan di Forresaina, Elliot tumbuh besar di sini dan tentu saja Ia mencintai Negeri yang di pimpinnya ini.

Ia juga tidak mungkin mengecewakan Morgan dan Marie. Kakek dan Ibunya yang begitu mempercayakan Negeri ini pada Elliot.

Namun menyerahkan Akasia pada mereka, sama sekali tidak terlintas sedikit pun di kepalanya.

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang