Chapter 19.

19.4K 1.9K 23
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





"Cuih! PEMBAWA SIAL!!"

Brugh

Gadis itu terdorong kuat hingga jatuh terduduk dilantai penjara yang dingin, air mata tak henti-hentinya mengalir dari ke dua iris jernihnya. Tanpa rasa iba, ke-dua Ksatria yang telah menyeretnya kemari itu lantas keluar setelah berhasil mengunci rapat jeruji besi penjara bawah tanah yang mengurung nya bagai Hewan itu.

Luka-luka sayatan yang ada pada tubuhnya terlihat begitu memilukan, luka memar membiru serta darah yang telah mengering.

Dengan cepat Ia memaksakan diri untuk menyeret tubuhnya pada jeruji besi berkarat yang mengurung nya.

Mengabaikan rasa sakit saat kulit dari pergelangan kakinya mulai terkelupas akibat rantai yang mengikat pada ke-dua kakinya.

Manik jernih nya menatap penuh luka pada Pria yang berdiri dari balik jeruji itu. Mengetahui dengan jelas bagaimana siksaan-siksaan yang Ia dapatkan dari orang-orang yang ada di sini dengan wajah tanpa ekspresinya.

Pria yang merupakan Ayah kandungnya sendiri, orang yang seharusnya melindunginya dan Pria yang seharusnya menjadi cinta pertama seorang anak perempuan, justru menjadi penyebab utama dari segala luka yang Ia dapatkan ini.

Mengabaikan rasa sakit pada sudut bibirnya yang telah sobek, Gadis itu memaksakan diri untuk tetap berbicara.

"A-ayah, kenapa k-kau melakukan semua ini p-padaku?" Lirihnya terbata.

Pria itu tertawa sinis. "KAU PANTAS MENERIMANYA. Aku bernasib sial karena telah memiliki anak seperti mu, Rosalind." Ujarnya, menatap datar kondisi Putrinya dari balik jeruji besi yang mengurung nya itu.

"Kau itu terkutuk! Kau pembunuh! Istri dan Putraku mati karena mu, Gadis sial!"

"Aku menyesal tidak melakukan ini sejak kau baru dilahirkan, Rosalind. KAU MEMBAWA BANYAK KESIALAN!"

Gadis itu memejamkan matanya erat, mendengar kata-kata menyakitkan yang Pria itu lontarkan padanya. Perih yang terasa di setiap luka yang Ia terima, rasanya tidak sepadan dengan rasa sakit yang ada di hatinya.

"T-tidak, tidak... Aku b-bukan pembunuh." Bisiknya pada dirinya sendiri.

Ibu dan Kakaknya memang mati karena menyelamatkannya, tapi dirinya pun tidak menginginkan hal itu terjadi. Jika bisa memilih, biarkan lah dirinya saja yang mati.

"Bersiap lah untuk eksekusi mu esok hari. Kau harus mati, karena hanya dengan cara itu kau dapat membayar semuanya." Tanpa sudi menatapnya lagi, Pria itu berbalik dan mulai melangkah nya menjauh.

"A-ayah.. Aku tidak bersalah." Gadis itu dengan getir menatap kepergian Pria itu yang perlahan-lahan mulai menghilang dari pandangannya.

"A-aku bukan pembunuh, Ayah.. Mengapa kau melakukan ini padaku? Ayah, aku sakit."

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang