4. HARQEEL

11.7K 651 4
                                        

BAB 4 – MARKAS RAHASIA

Aqeela menahan napas. Matanya terpaku pada ruangan di depan sana—gelap, hanya diterangi cahaya dari beberapa layar komputer. Kabel-kabel berserakan di lantai, beberapa perangkat elektronik yang Aqeela nggak ngerti fungsinya ada di meja panjang di tengah ruangan.

Ini jelas bukan sekadar ruang penyimpanan biasa.

Dia bersembunyi di balik dinding, mengintip pelan ke dalam.

Harry berjalan masuk dengan santai, meletakkan tasnya di kursi, lalu duduk di depan komputer utama. Cahaya biru dari layar memantulkan bayangan di wajahnya, dan dalam sekejap, jari-jarinya mulai mengetik cepat di keyboard.

Aqeela nggak tahu banyak soal hacking, tapi dia tahu satu hal: Harry Vaughan bukan sekadar anak pendiam yang jarang nongol.

Cowok itu bukan cuma menyelundupkan teknologi ke dalam Asrama 9 Ilmu, dia bahkan punya ruang operasi sendiri.

Tapi gimana caranya?

Aturan asrama ketat banget, bahkan buat siswa jenius sekalipun. Semua alat elektronik disita di awal semester, dan nggak ada satu pun siswa yang bisa pakai teknologi tanpa izin pihak sekolah.

Tapi Harry? Dia bukan cuma punya akses, dia membangun sistem sendiri di dalam asrama.

Aqeela menggigit bibir, pikirannya bekerja cepat.

Dia harus tahu lebih banyak.

Tapi sebelum dia sempat menyusun rencana, sesuatu terjadi.

Harry berdiri.

Dan dia menatap lurus ke arah tempat Aqeela bersembunyi.

Jantung Aqeela berhenti sesaat.

Mata Harry menyipit, ekspresinya tetap datar, tapi ada kilatan tajam di sana. Seolah dia tahu sejak awal kalau ada yang mengawasinya.

Perlahan, dia melangkah mendekat.

Aqeela tahu dia harus kabur. Tapi sebelum kakinya bisa bergerak, suara Harry terdengar.

“Lo punya waktu lima detik buat jelasin kenapa lo ada di sini.”

Suara itu datar, tapi dingin.

Aqeela menggertakkan gigi. Opsi kabur jelas udah nggak mungkin.

Jadi, dia memilih satu-satunya pilihan lain.

Dia keluar dari persembunyiannya.

Melipat tangan di dada, dan menatap Harry balik dengan tatapan menantang.

“Harusnya gue yang nanya, Vaughan.” Aqeela mengangkat dagu. “Apa yang lo sembunyiin di sini?”

Sejenak, Harry hanya diam.

Lalu, tiba-tiba, sudut bibirnya terangkat sedikit.

Sebuah senyum tipis yang berbahaya.

“Apa menurut lo gue bakal kasih tau jawabannya?” suaranya pelan, tapi tajam.

Aqeela tahu malam ini dia baru aja masuk ke dalam sesuatu yang jauh lebih besar dari yang dia kira.

HARQEELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang