Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊
Wajib follow!!! Kalau nggak pantatnya korengan!!
Happy Reading ✨
Derby menyelinap diam-diam berdiri di depan kamar Rega. Hari ini hari minggu, Saga keluar bermain bersama temannya, si sulung dan kakak perempuannya juga kerja di hari libur. Ia ingin bersama dengan Rega tanpa harus mendapat tekanan dari tatapan saudaranya yang lain.
Tangan kurusnya mulai mengetuk pintu kamar Rega. Hingga sebuah suara mengudara dan mengizinkannya masuk ke dalam kamar itu.
Derby ragu-ragu masuk ke dalam sesaat pintu sudah terbuka. Ia melihat Rega yang setia di meja belajarnya dengan beberapa tumpukan buku dan kertas yang berserakan di mana-mana.
"Anu ... Aku boleh di sini? Bosan di kamar sendiri ..." Derby memainkan ujung kukunya dan sesekali melirik takut ke arah Rega.
Tatapan dingin yang Derby dapatkan. Rega hembus napasnya sekali dan menutup bukunya. Detik kedua Rega berdiri dan mulai berjalan mendekati si bungsu.
"Rapatkan gigimu dan tutup mulutmu." Rega menyuruhnya dengan suara yang begitu rendah. Membuat lawan bicaranya seketika patuh.
Derby membungkam mulutnya dan menatap bingung ke arah Rega. Sampai akhirnya dia melihat tangan Rega yang terangkat ke atas.
Plak!
Sakit, rasa sakit dan kebas yang Derby rasakan. Kejadiannya begitu singkat hingga ia tak mampu mencernanya.
Derby menyentuh pipinya yang memanas dan sudut bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah. Ah, rupanya ia baru saja mendapat tamparan dari orang yang ia percaya di keluarga ini.
Belum sempat Derby menoleh kembali ke arah Rega. Tangan Rega sudah mencengkram rahang si bungsu agar mau menatap ke arahnya.
"Jangan hanya mengekoriku, keluargamu bukan hanya aku sekarang. Coba untuk dekat dengan yang lain, mengerti?" titahnya mutlak.
Benih kesedihan itu mulai menerobos keluar tanpa izin. Pupil matanya bergetar hebat bersamaan dengan sekujur tubuhnya. Wajahnya memucat dan bibirnya yang tak berhenti geletar. Derby bungkam karena rasa sakit di hati dan raganya. Dia diterkam oleh rasa takut mendapati perlakukan Rega yang begitu kejam.
"I-iya ... ma-maaf ..." Derby membalas meski isakan yang terdengar jelas.
Rega menjauhkan tangannya, dia mulai mendorong Derby agar menjauh dari pintu kamarnya, sebelum akhirnya dia menutup pintu itu.
Derby yang masih terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Hanya bisa menangis pelan dan berjalan kembali menuju kamarnya.
"Engkong aja gak pernah pukul aku ... Sakit ... mau pulang ..."
Memasuki kamarnya sendiri, Derby melihat tampias air yang mulai menerpa kaca jendelanya. Dia menyeka air matanya yang tak kunjung berhenti, dia duduk di lantai memeluk kakinya sendiri setelah pintu kamar ia tutup.
Derby mendengar suara rintikan hujan yang semakin deras dari arah luar kamarnya. Lantunan suara air yang jatuh ke bumi itu meredam tangisannya yang semakin kencang.
Ia takut, lelah, dan rindu dengan mendiang kakeknya. Seakan terjebak di dalam rumah ini, namun entah mengapa ia merasa tenang dan hangat di saat yang bersamaan.
Sama seperti situasi saat ini. Dia berada di dalam rumah yang nyaman dan merasa tenang dengan derasnya hujan di luar sana.
***
"Loh?! Kenapa ini?!" Carla yang baru saja pulang, panik melihat Derby dengan luka lebam di sisi wajah kirinya.
"Ga-gak pa-pa ... Sa-sakit gigi! Iya sakit gigi, makanya bengkak," dalih Derby berusaha menahan air matanya.
"Bohong, ini mah luka habis ditampar. Siapa yang nampar kamu? Biar tak smackdown cecunguk itu!" marah Carla memukul telapak tangannya sendiri.
Yah, dia adalah seorang atlet petinju wanita yang sudah membawa nama negara ke jenjang internasional. Melihat postur tubuhnya yang tidak seperti wanita kebanyakan, dengan raut wajah yang seakan hendak membunuh orang, membuat Derby kembali diserang rasa takut bak kelinci yang terancam oleh hewan buas.
"Loh heh?! Kok malah nangis!" panik Carla ragu-ragu menentuh Derby yang sudah terisak menutupi wajah pucatnya.
Detik kedua, dari arah belakang, Saga muncul dan sigap membawa Derby ke pelukannya. "Dibilangin jangan pake muka bandit gitu kalo di depan Derby. Kesian anak orang dibikin nangis," cibirnya pada kakak perempuannya.
"Cup cup cup, maap ya. Itu cewek kingkong satu emang menyeramkan, sini abang obati lukamu," bujuk Saga menggendong Derby bak anak koala.
Saga membawa si bungsu ke ruang tamu, lalu menyuruh beberapa pelayan untuk mengambilkan kotak obat yang akan digunakan mengobati luka Derby.
Di ruang tamu sudah ada Dimitri yang bermanjaan dengan sang istri. Sang suami menidurkan kepalanya di paha Riona dan sesekali menggoda istri tercintanya.
Hingga kedatangan Saga dan Derby mulai mengalihkan atensi mereka. Dimitri lekas duduk dan berdehem memasang wajah penuh wibawa seakan kegiatannya barusan tak pernah terjadi.
"Kenapa adikmu?" tanya Dimitri kebingungan melihat Derby yang menangis kecil.
"Saga, jangan dijahili terus adiknya, kok sampai nangis gitu?" Riona lekas beranjak bangun guna melihat kondisi bungsunya.
"Heh! Fitnah! Ini gegara Kak Kingkong yang bikin nangis, aku cuma mau obati lukanya."
Saga mendudukkan dirinya bersama Derby yanga ada di pangkuannya.Derby sendiri sibuk mengusap jejak air matanya. Detik ketiga ia menemukan Cain yang baru saja datang dari arah dapur, laki-laki itu dengan santainya meminum cairan merah yang berada di botol kaca. Derby yang tahu apa isi minuman itu seketika kembali bergidik ngeri melihat kelakuan keluarga barunya yang ekstrem itu.
Derby mendorong Saga hendak pergi dari pangkuannya. "Mau pulaaang!! Aku gak mau di sini!! Lepasiiin!! Waaa!!" Dia yang panik mulai memberontak liar.
Saga yang tak siap, kewalahan menahan Derby hingga adiknya terlepas dan meloncat melangkahi punggung sofa lalu berlari kesetanan.
Nahasnya, kakinya terpeleset karpet ruang tamu hingga tubuhnya terjungkal ke depan.
Keluarganya yang melihat itu diam beberapa detik mencerna situasi sebelum akhirnya mereka berlari menghampiri Derby.
"Kenapa dah?! Tiba-tiba banget!" Saga mengangkat tubuh Derby meski mati-matian menahan tawa. Melihat posisi Derby yang menungging karena terjatuh akibat ulahnya sendiri itu adalah sebuah puncak komedi.
"Duh, Sayang. Makanya jangan tiba-tiba lari gitu, jadi jatuh kan. Ini kenapa juga kok lebam pipinya?" Riona mengusap seluruh wajah Derby yang kini kacau penuh air mata dan ingusnya.
Derby hanya menangis membalas semua pertanyaan itu. "Mau pulang ... Jangan makan aku ... mau sama Engkong ..."
Mereka sedikit terkejut dengan kalimat yang baru saja keluar dari mulut bungsu barunya itu.
Dimitri mengusap pucuk kepala Derby. "Kamu bicara apa? Kita sudah sepakat tidak akan memakanmu, kamu juga bagian dari keluarga kita sekarang."
"Iya! Lagi pula kamu masih kuru–auwwch!!" Kalimat Saga terpotong sesaat si sulung menendang pantatnya.
Riona lekas memeluk Derby, dia mengusap punggung bergetar itu dengan lembut dan penuh hati-hati. "Ini rumah kamu sekarang."
TBC
Ada yang suka dengerin suara hujan?
Selasa, 11 Januari 2025

KAMU SEDANG MEMBACA
Chrysalism
HumorSinopsis Dibesarkan oleh peliharaan mistis milik kakeknya sendiri. Remaja laki-laki itu telah hidup jauh dari kata normal. Derby namanya, wujudnya sama seperti anak laki-laki kebanyakan, namun tidak dengan matanya. Dilabeli sebagai anak gila adal...