11. Belimbing

683 101 7
                                    

Janlup untuk selalu vote dan komen yang banyak, soalnya aku suka baca komen dari kalian😊

Wajib follow!!! Kalau nggak pantatnya korengan!!

Happy Reading ✨












Pelupuk matanya yang berat, dipaksa untuk terbuka karena rasa pening yang menggerogoti isi kepalanya membuat remaja itu terbangun dari bunga tidurnya.

Keluarga barunya yang menyadari pergerakan kecil dari si bungsu yang kini merebah di kasur tidurnya lekas beranjak mendekatinya.

Derby mengerang kesakitan sambil mengucek kelopak matanya. Namun, tangan Cain lekas menghentikannya.

"Ini Bunny, kan? Bukan tuyul? Ayo jawab sebelum saus tartar ini nyemprot loh." Carla sengaja mengarahkan sebotol air mineral ke wajah Derby yang masih mengumpulkan kesadarannya itu.

"Kak, plis, itu nyawanya belum ngumpul loh," dengkus Saga merampas botol yang ada di tangan kakak perempuannya.

Dari arah samping ranjang, Riona lekas menggenggam tangan Derby yang sedingin es itu. "Sayang, kamu gak pa-pa? Sakit ya kepalanya?" tanyanya penuh khawatir.

Derby melihat ke arah sekitar, tak menemukan sosok Rega yang ia cari-cari dari tadi, detik kedua pintu kamarnya terbuka, ia berharap Rega yang tiba. Sayang, ternyata itu ayah angkatnya yang masuk lengkap dengan pakaian kerjanya.

"Masih hidup?" tanya Dimitri tanpa ekspresi.

"Ayah, ih! Mulutnya!" Riona melempar sandal rumahnya tepat di mulut suaminya.

Dimitri terkekeh mengusap mulutnya. Sedangkan, Carla dan Saga sudah tergelak hebat hingga berguling di lantai tak sanggup menahan tawa.

Derby yang masih pusing dibuat tertawa kecil karena reaksi spontan. Hal itu sejenak melupakan apa yang sudah terjadi padanya.  Namun, ia masih penasaran. Di mana saudara barunya yang bernama Rega itu. Karena dia yang terakhir kali ada bersamanya.

"Bang Rega?" tanya Derby dengan suara paraunya.

Sejemang terjadi keheninga. Mereka seakan enggan menjawab, namun Cain mulai membuka suara dengan mengusap pucuk kepala Derby.

"Ada urusan. Jangan khawatir, kamu masih punya kami," tegas Cain meski air mukanya nampak datar.

Penyataannya diangguki oleh yang lain. Membuat Derby merengut tak puas dengan jawabannya. Urusan apa? Kenapa dia tak ada di saat Derby ingin melihatnya sekarang? Namun, ia enggan menanyakannya, rasanya tidak etis jika orang baru sepertinya terlalu ikut campur saat ini.

"Ternyata barriernya Bubub bisa ditembus sama tuyul itu, ya? Itu peliharaan kakekmu kan? Siapa namanya? Bahaya banget tuh gundul satu." Saga memberikan beberapa pertanyaan dengan nada kesal. Berharap ia bisa menangkap entitas asing yang sudah merasuki adiknya.

Mulut Derby terasa kelu saat hendak menjawab. Jujur ia tak begitu ingat saat Ucil merasuki tubuhnya.

"Namanya Ucil, dia dulu baik kok, udah kayak keluarga Derby sendiri, waktu kecil kita sering main bareng. Tapi, ya gitu, pas Engkong udah gak ada, mereka kek satwa liar lepas ..." Derby menutupi setengah wajahnya dengan selimut.

Karena tak ingin larut dalam kekacauan, Riona menepuk tangannya satu kali dan menyuruh anak-anaknya untuk tidak membahas hal ini lebih lanjut.

"Mending Derby makan malam dulu, ya. Kamu sudah dari kemarin malam loh gak bangun-bangun." Sang ibu mengusap pipi Derby dengan lembut.

Tak ingin menolak, Derby mengangguk giranh karena perutnya memang sudah memberontak.

***

Di sini Rega, duduk di gazebo belakang rumahnya bersama Beelzebub yang duduk di sebelahnya sembari memotong buah belimbing.

"Bro, suka pedes gak? Cabenya saya tambahin, ya," tanya Beelzebub sembari menambahkan beberapa cabai pada cobek yang sudah berisikan bumbu kacang itu.

Rega tak menjawab, fokusnya entah ada di mana sekarang. Sampai akhirnya, Beelzebub mendengkus kesal, dia tak suka diabaikan.

"Kesambet juga loh entar, bengong gitu. Bocil sudah sadar itu, mending lanjut ngerujak aja sama saya." Beelzebub menyodorkan semangkuk berisikan buah-buahan yang sudah dipotonng.

Meski enggan menanggapi, Rega hanya meliriknya sekilas. Meski, ekor matanya beralih ke atas tepat di jendela kamar Derby.

"Berapa lama lagi?" tanya Rega yang akhirnya membuka mulutnya.

Kini si iblis yang mengabaikan pertanyaannya itu. Dia memilih fokus makan dari pada harus menjelaskan perjanjian mereka yang sudah dibahas berkali-kali.

"Aku tahu, kau sengaja membiarkan setan kecil bernama Ucul itu masuk ke dalam rumah." Rega memijat tengkuk lehernya, ia jengah dengan situasi ini.

"Ucil, bodoh. Ucul siapa Ucul?" koreksi Beelzebub hingga merotasikan bola matanya.

Satu suapan buah belimbing yang sudah dibalut bumbu kacang sudah masuk ke mulut si iblis. Setelah selesai mengunyah, ia melanjutkan kalimatnya. "Gabut aja sih, biar gak nganggur Derby di sini. Sekalian godain kamu, ceunah."

Ingin rasanya Rega mencongkel bola mata iblis itu. Namun, dia hanya bisa hembus napas gusarnya. Terasa membuang energi jika terus berdialog dengan iblis putih satu itu.

Karena jam makan malam sudah tiba. Rega mulai beranjak bangun agar bisa segera melihat Derby. Berharap si bungsu baik-baik saja sekarang.

Ia meninggalkan si iblis yang masih bersantai di gazebo tersebut sembali menikmati kesunyian malam bersama lampu taman yang temaram.

Setibanya Rega di ruang makan. Bola mata Derby seketika berbinar dan lekas berlari menuju abang ketiganya itu.

"Bang Rega! Kemana aja?!" pekik Derby yang sudah memeluk perut Rega dan menenggelamkan wajahnya di dada yang lebih tua.

Rega tak membalas pertanyaan maupun dekapan Derby. Fokus matanya tentu pada keluarganya yang kini menatap tajam seakan mengatakan sesuatu yang membuatnya bungkam seketika.

Namun, Derby tak ingin melepaskan dekapannya. Dia yang sedari awal tertekan dengan atmosfer rumah ini, selalu bisa tenang jika berada di dekat Rega. Entah apa alasannya.

"Lepas dan kembali ke tempatmu, lalu makan yang benar." Rega mendorong si bungsu yang sedikit terkejut dengan sifat dinginnya.

"Iya, sini, By! Duduk sama Abang!" tawar Saga menepuk-nepuk pahanya sendiri.

"Sama *Noona aja, pahaku lebih empuk," timpah Carla tak mau kalah.

(*Noona adalah kata dalam bahasa Korea yang berarti "kakak perempuan". Kata ini digunakan oleh laki-laki untuk menyapa wanita yang lebih tua.)

Derby yang masih tak terbiasa, hanya bisa berdiam diri di tempat. Jujur dia masih terperanjat dengan respon Rega tadi.

Detik kedua, Cain beranjak bangun dari duduknya. Lalu, tanpa izin mengangkat tubuh Derby yang kaku lalu dibawa ke pangkuannya.

Derby yang terkejut semakin mematung kaku dengan aksi si sulung, ia duduk manis di atas paha Cain dengan posisi menyamping.

"Cih, nyuri start," cibir Carla melirik sinis kembarannya.

Remaja laki-laki itu nampak ketakutan. Ia tak berani bergerak atau bahkan melawan. Seakan sesuatu yang buruk akan terjadi jika dia menolak sekarang. Derby hanya bisa pasrah dan membuka mulutnya sesaat Cain menyodorkan sesendok nasi di depan mulutnya.

Rega tak banyak membuat ekspresi, dia memilih ikut duduk dan makan bersama keluarganya tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi.










TBC




Maap banget loh lamaa😭😭😭



Senin, 10 Februari 2025

Chrysalism Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang