"a-ahhh!!.. aghh.. mmm~.."
"aghh.. l-liam liam.. ahh.. t-terus.."
"ck.. sudah mulai longgar karena dipake bergilir" -batin Liam
"ahhh! Liam!..eghh~.."
"ck" -Liam
Liam mengeluarkan penisnya dari salah satu bottom di sekolahnya, salah satu ketua OSIS yang bernama Arya dia dikenal sebagai ketua OSIS yang tegas dan juga disiplin namun dibalik semua itu dia adalah pemuas nafsunya Liam dan teman teman Liam.
Liam kembali memasang celana nya dan akan berjalan keluar dari perpustakaan namun Arya memegang tangannya menahan dirinya untuk tidak keluar"kenapa tiba tiba.. kamu bahkan belum cum di dalam ku" -Arya
"buat apa" -Liam
"kamu berubah! kamu bahkan belum cum kenapa kamu berhenti" -Arya
"huff.." -Liam
Liam menghela nafas panjang dan menatap Arya dengan dingin
"gua ga suka sesuatu yang sudah longgar" -Liam
"a-apa.. apa?! aku juga begini karena mu!! kamu yang membuatku-" -Arya
"ya gua suruh lo untuk hanya puasin nafsu gua, bukan puasin nafsu temen gua yang lain" -Liam
"... t-tapi.. Liam, ayolah..b-bukan aku bukan, mereka yang memaksa-" -Arya
"memaksa apa? lo suka kan di gilir" -Liam
"...." -Arya
"lepas, mulai hari ini gua ga butuh lo lagi" -Liam
"apa?! tidak bisa begitu! kamu sudah menggunakan ku dan kamu akan meninggalkan ku begitu saja?!" -Arya
"...." -Liam
"cowo mana yang menggoda mu!!" -Arya
Liam tidak mendengarkan Arya dan tetap pergi meninggalkan Arya sendirian disana, Arya benar benar merasa frustasi karena Liam membuang dirinya seperti permen karet saja, dia merasa kesal dan juga marah karena liam tidak memerlukannya lagi.
Dia memukul meja dengan keras untuk meluapkan emosi nya, beberapa kali dia memukul meja dan melempar buku"sialan.. awas aja.. kita lihat saja nanti, Liam.. gue akan dapetin lo, lo harus jadi milik gue seutuhnya.." -Arya
. . .
Di ruang guru, Steven sedang terdiam dan tangannya masih gemetar akibat kejadian kemarin hal yang dia lakukan dengan murid nya sendiri, dia tidak menyangka bahwa dia akan melakukan hal terlarang dengan muridnya sendiri, bahkan tangannya sampai gemetar yang membuatnya kesusahan menyatat nilai murid.
Tiba tiba saja salah satu guru memegang bahu Steven yang membuat Steven terkejut dan hampir menumpahkan minumannya."ahjk!!!" -Steven
"pak! ini saya!" -Pak darjo
"ha.. ah! pak! maaf maaf" -Steven
"astaga, anda kenapa melamun dan keringat dingin begitu" -Pak darjo
"pak.. saya, s-saya mungkin hanya kelelahan" -Steven
"oh begitu, jangan lupa istirahat" -Pak darjo
"ah iya Pak" -Steven
"oh ya, apa anda bisa mengurus Liam?" -Pak darjo
"..." -Steven
Steven terdiam dan menelan saliva nya dengan berat, dia menggaruk garuk lengannya dengan gugup dan mulai mengatur nafas, dia lalu berbalik ke hadap darjo dan tersenyum hangat
