Chapter 18.

21.1K 1.8K 36
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Sejauh mata memandang, hanya ada pepohonan yang menjulang tinggi, semak-semak belukar, suara serangga yang saling bersahut-sahutan dan ilalang yang lebat melambai karena desir angin yang datang. Hutan Vorêt, hutan yang berada di tepian hiruk pikuk Ibu Kota.

Cukup jauh dari Istana, namun sepanjang perjalanan Akasia benar-benar menikmati pemandangan yang ada.

Meski awalnya Ia sedikit sedih karena ternyata sekelompok Ksatria yang pergi berburu termasuk Theodore terlebih dahulu berjalan memimpin, mencegah dari pusat perhatian rakyat juga memastikan jalan yang akan dilewati Raja tetap aman.

Akasia tidak rela harus terpisah lagi dengan Theodore, tapi apa boleh buat.

Sejauh ini Hewan-hewan buruan seperti Rusa, Kelinci, Babi Hutan, belum terlihat sama sekali. Elliot tampak mencoba fokus mencari tanda-tanda Hewan bersembunyi.

Meski tidak terlalu menyukai kegiatan ini, Ia harus tetap terlihat lebih unggul dari Theodore nanti nya.

Elliot tidak ingin mendengar Akasia memuji Theodore habis-habisan. Itu membuat telinganya benar-benar panas.

Namun ketika Ia sibuk mencoba menajamkan indera pendengarannya, mencari tanda-tanda dari Hewan yang bersembunyi. Akasia justru sibuk berceloteh riang, menunjuk-nunjuk kesana-kemari dengan heboh.

"Papa, apa kita akan menangkap Hewan seperti Singa atau Beruang?"

"Langit nya cerah sekali, Papa.."

"Papa, aku ingin memelihara Serigala. Bisakah kau menangkapnya untukku?"

"Papa, jenis Burung apa yang barusan bersuara tadi, ya?"

Elliot bertopang dagu dengan wajah datarnya, nampaknya Ia sudah merasa cukup mendengar banyaknya celotehan yang keluar dari bibir berbentuk hati itu. Elliot bingung darimana Akasia mendapat sikap cerewet itu, padahal Hestia adalah Wanita yang kalem.

Srek..

Elliot menoleh cepat begitu mendengar suara yang berasal dari semak-semak. Langkah Kuda nya melambat, emerald nya memandang tajam asal suara. Memastikan sekali lagi kalau indera pendengarannya tidak salah.

"Pa-- hmph." Sebelum Akasia mengeluarkan kembali celotehannya lebih lanjut, Elliot dengan sigap menutup mulutnya.

Mata bulat jernih nya berkedip beberapa kali, belum bisa merespon apa yang baru saja terjadi.

Akasia tersentak kaget ketika sesuatu melompat keluar dari semak-semak. Elliot mengeluarkan busur serta anak panahnya, bersiap mengarahkan pada target buruannya.

"Tidak, Papa! Jangan!!" Elliot terkejut saat Akasia tiba-tiba saja berteriak. Hewan buruannya pun turut lari karenanya.

Elliot berdecak melihat itu. "Kau ini kenapa?" Tanyanya pada Akasia.

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang