"Idih, si Iqbal mah pinter. Otak nya encer nggak kayak elo, BEGO!"
"Gue doain mencret lo besok, Muka Rata!"
Adit dan Joni hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah ke dua temannya yang terkesan aneh itu. Bahkan cenderung lebih ke arah gila, kalau pun mereka meladeni, bisa di bilang mereka berdua pun sama gila nya seperti Si Kiki dan Si Nouval.
"Jadi, lo berubah jadi rajin begini, karena fasilitas holang kaya lo mau di cabut? Jadi bener gitu?" tanya Joni kembali ke topik, membiarkan Kiki dan Nouval yang masih beradu argumen.
"Iya," jawab Adit singkat. Ia sudah menyelesaikan makan nya, sekarang ia menyulut sebatang rokok putih berfilternya.
"Waduh, jangan sampai lo jadi miskin, Din. Ntar nggak ada yang nombokin utang-utang gue di konter mas Naryato." Joni memasang tampang memelas di hadapan Adit, karena memang di antara mereka berempat yang paling berduit hanyalah Aditya seorang. Ia sudah biasa menomboki hutang teman-temannya.
Adit tak menjawab lagi perkataan Joni, ia lebih memilih menghisap rokoknya yang terasa nikmat di setiap tarikannya. Merokok di kantin mbak Jummi adalah salah satu tempat paling aman. Tak akan ketahuan oleh guru BK, karena kantin mbak Jummi jarang di jarah razia para guru. Letak kantin nya memang sedikit jauh dari area bangunan sekolah, jadi. Mungkin karena itu pihak BK mager untuk merazia kantin andalan anak-anak Speed Demons itu.
"Bos, semalem lo gimana? Aman kan, nggak ke tangkep polisi?" Nouval bertanya setelah menyudahi pertengkaran konyol nya dengan Kiki. Ia mengeser duduk nya dekat dengan Adit.
Adit langsung menatap Nouval, ia menjadi tertarik dengan topik tawuran semalam. " Gue aman aja. Gimana sama lo, pada? Aman kan?"
"Aman, Din." Kiki menjawab.
"Kita semua aman, kok, Dit, beres! Kan, titisan Ultraman, lo lupa?" tambah Joni. Mewakili jawaban kedua temannya dengan ngaco. Nouval langsung menjitak jidat Joni cukup keras, membuat Joni meringis memegangi jidatnya.
"Aman, kok. Bonyok dikit nggak ngaruh!" timpal Nouval.
"Kita jangan senang dulu sama keberhasilan semalem. Gue rasa Arga sama Rafi nggak akan tinggal diam, apalagi kita secara spontan nyerang markas mereka, di tambah lagi curut mata-mata Vagos kita tahan di markas," ujar Adit serius. Wajah rupawan nya menimbulkan semburat ketegangan bercampur kemurkaan. Sama sekali tak ada rasa takut yang bersemayam di sana.
"Berati, bakalan ada tawuran yang lebih besar lagi, Dit?" desis Kiki, mata nya waspada mengamati sekitar.
"Kemungkinan iya. Kita harus tetep jaga-jaga kalo sewaktu-waktu Arga nyerang balik markas kita."
Semua mengangguk setuju dengan apa yang di katakan oleh Adit.
"Ngomong-ngomong... Taqim kemana, nih?" Adit celingukan. Mencari keberadaan Taqim yang sedari tadi tak terlihat batang hidung nya di antara mereka.
♡♡♡
Caca dan Dinda, telah sampai di kantin mbak Jummi yang di penuhi oleh lautan siswa-siswi yang kelaparan. Dinda sibuk celingukan memperhatikan sekitar, mencari keberadaan manusia dingin yang menyandang gelar cowok terpopuler sekaligus ketua Speed Demons. Detik kemudian, Dinda tersenyum. Mendapati sosok yang di cari nya tengah berbincang sambil merokok bersama dengan Kiki, Nouval, dan Joni di meja paling ujung. Cewek itu langsung menarik lengan Caca, untuk menempati meja yang kebetulan kosong di sebelah meja yang di tempati oleh Adit bersama teman-temannya. Hanya terhalang satu meja lagi saja di antaranya, yang kebetulan di duduki oleh para cewek-cewek yang sekarang sibuk mengagumi ketampanan seorang Aditya.
YOU ARE READING
ADITYA {OnGoing}
Teen FictionAditya, seorang ketua Speed Demons. Sebuah perkumpulan geng motor yang sangat di segani dan berpengaruh di kalangan geng motor lainya. Harus menerima kenyataan bahwa ia telah menjilat ludahnya sendiri. Cowok berhati dingin dan susah di tembus benten...
ADITYA 03
Start from the beginning
