07

20.4K 1.6K 22
                                        

Kalyan menganggukan kepalanya mengerti. Setelah mendengar cerita dari kepala sekolah nya langsung mengenai anaknya ia cukup paham, anak itu memang lah membuat masalah. Ya terserah, ia hanya cukup menjemput Nio dan membawanya pulang. Karena anak itu di skors selama 3 hari mulai dari hari ini.

Karena sekarang sudah jam pelajaran masuk, lorong-lorong terlihat sepi. Didepannya melangkah ada wali kelas Nio yang menuntunnya menuju kelas anak itu.

Ia menunggu diluar. Sedang sang wali kelas berjalan masuk memanggil Nio. Selang beberapa detik, guru itu kembali keluar. "Maaf pak. Sepertinya Nio sedang membolos bersama temannya. Mungkin bapak bisa pulang terlebih dahulu, biar saya yang mencarinya."

Kalyan tersenyum tipis. Sebagai orang yang sudah lulus sekolah dengan berbagai pengalaman, ia cukup tahu dimana anak anak yang suka membolos.

"Tidak usah. Biar saya saja yang mencarinya. Kalau boleh tau dimana arah jalan menuju rooftop ya?"

•—•

Mengikuti pengunjuk yang diberi wali kelas, Kalyan menatap keatas dimana terdapat pintu diujung sana. Dengan tangan yang dilipat, ia menaiki satu persatu tangga. Tangannya yang putih bersih itu menyentuh handle pintu. Menariknya perlahan–

"Wow wow siapa ini," ucap Martin. Tadinya ia ingin keluar untuk membeli minuman. Baru saja ingin membuka pintu malah sudah dihadapkan oleh seseorang yang katanya ayah dari sahabatnya itu. Ia menoleh kebelakang pada sahabatnya yang juga menatap kesini setelah ia berkata demikian. "Salam kenal om, saya sahabatnya Nio."

Kalyan menatap tangan yang terulur padanya. Ia pun menjabatnya dengan tersenyum kaku. Pemuda dihadapan nya ini tidak seperti anak SMP. Lihatlah badannya yang terlihat bugar. Bahkan telapak tangannya terasa kasar untuk anak semuda ini.

Nio menatap lurus pada kedua tangan yang masih berjabat. Ia tanpa sadar menatapnya tak suka. Badannya bergerak secara tak sadar dan menubrukkan bahunya pada Martin. Sedangkan Martin terdorong kesamping membuat tangannya terlepas berjabat tangan.

"Kenapa?" Tanya Nio tanpa menatap ayahnya.

"Ayo pulang. Ayah menjemput kamu karena diskors selama 3 hari." Jawabnya.

Pada akhirnya Nio pun sudah tahu. Ujung-ujungnya hukuman pun berlaku kepadanya. Lebih baik diskorsing daripada membersihkan seluruh kamar mandi disekolah ini, pikirnya.

Nio beranjak pergi tanpa sepatah katapun. Ia akan mengambil tasnya dahulu sebelum benar-benar pulang.

Kalyan menghela nafasnya melihat tingkah Nio. Sebelum ikut menyusul Nio, ia menatap keempat pemuda yang katanya sahabat dari anaknya itu.

"Kalian—"

Martin, Bumi, Drax serta Satya dengan kompak menatap Kalyan.

"—kembalilah ke kelas. Jangan keseringan membolos pelajaran." Perintahnya juga sedikit nasihat untuk anak-anak itu. Apalagi mereka adalah anak-anak yang akan lulus. Tidak baik jika terlalu sering membolos. Buruk-buruknya bagaimana jika tidak lulus.

"Ah iya. Siap om," ucap Bumi menyauti. Ia menyenggol lengan Drax untuk lekas berdiri, di ikuti Satya.

"Bagus. Ayo cepat kembali." Ucapnya dengan tersenyum manis juga tangan yang terulur keluar tanda untuk mereka lekas pergi.

•—•

Kalyan menyandarkan tubuhnya pada pintu mobil. Ia sudah sampai terlebih dahulu diparkiran. Tadinya Kalyan berpikir bahwa Nio sudah pergi duluan, tetapi melihat motor anak itu yang masih terpajang rapi, tandanya anak itu masih disini. Mungkin mengambil tasnya?

Ia menghampiri Nio yang berjalan menuju motornya. Tangannya mencekal lengan anak itu yang ingin bersiap menaiki motor.

"Kamu pulang sama ayah. Naik mobil. Biar motor kamu dibawa sama supir."

Nio melepas cekalan tangan ayahnya. Tanpa memperdulikan ucapan nya itu, ia menaiki motor dan menghidupkannya.

"Apa yang ayah lakuin?!! Turun!" Sentak Nio melihat ayahnya yang malah ikut naik pada motornya ini.

Tidak peduli. Bagaimana pun ia harus mencoba dekat dengan ketiga anaknya. Demi kenyamanannya didunia ini. "Oke ayah turun. Tapi kita pulang naik mobil," ucap Kalyan bernego.

Jelas Nio menolak. Mana mau ia membiarkan orang lain membawa motornya ini. Tidak boleh ada yang membawanya selain dirinya ini. Bahkan tidak sembarang orang yang boleh menyentuh motor kesayangannya.

"Gak. Cepet turun!"

Hei. Memangnya yang keras kepala hanya dirimu saja bocah? Tidak tau kah bahwa Kalyan bahkan lebih keras kepala dahulunya.

"Kalau gitu ayah ikut kamu. Cepet jalan."

Nio menghembuskan nafasnya kasar. Entah apa yang merasuki pria ini. Bahkan dulu ayahnya sangat tidak sudi untuk dekat dengan dirinya. Begitupun ia yang juga tidak sudi berada dekat-dekat dengan ayahnya.

Mencoba tak perduli. Nio pun melajukan motornya dengan Kalyan yang tersenyum senang dibelakangnya. Oke perlahan saja Kalyan... Sedikit demi sedikit pasti hati ke-tiga anaknya itu akan ia genggam dengan seutuhnya.

—a y a h—

Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang