Part 26. Desahan di Dalam Toilet

67.6K 216 21
                                        

Di balik meja guru, Inaya tengah duduk sambil menggesek-gesekkan kedua pahanya. Ia bergerak tak nyaman ketika tengah mengajar.

Itu karena di mobil tadi Inaya tak sempat mengelap sperma pak Rahmat yang disemprotkan di dalam inti tubuhnya.

Bagaimana tidak, mereka berdua terus berpacu dalam nafsu sambil pak Rahmat mengemudikan mobilnya. Dan mereka sama-sama mencapai orgasme ketika mobil memasuki gerbang sekolah.

Dengan perasaan yang campur aduk, Inaya langsung berbenah sambil membetulkan make up-nya yang berantakan. Dia langsung memakai celana dalamnya kembali.

Alhasil ceceran sperma pak Rahmat di bibir vaginanya mengering dan membuat rasa gatal di sekitar area sensitifnya.

"Gimana anak-anak? Sudah paham?" tanya Inaya dengan suara yang lantang.

Salah satu muridnya mengacungkan jari telunjuk. "Soal yang nomor tiga gimana, Bu? Bisa dijelasin ulang gak?"

Inaya menghela nafas dalam. Mau tak mau ia harus berdiri dan menjelaskan di papan tulis. Ia pun melangkah dengan menahan rasa gatal tersebut.

Meskipun konsentrasinya terbagi, Inaya mampu menjelaskan dengan rinci pertanyaan dari muridnya itu.

"Sudah paham Fira?" Inaya menatap ke arah siswi yang bertanya tadi. "Sudah, Bu!" jawabnya.

"Ya sudah. Sekarang kalian coba kerjakan soal nomor tujuh. Ibu mau keluar sebentar." Karena rasa yang amat tidak nyaman, Inaya ijin kepada muridnya untuk pergi ke toilet.

Inaya benar-benar berjalan dengan menggesek-gesekkan kedua pahanya. Rasa gatal itu semakin menjadi-jadi. Namun saat sudah beberapa meter lagi sampai di pintu toilet guru, tiba-tiba ada suara yang memanggil.

"Naya!" Inaya reflek menoleh ke arah sumber suara. Seseorang datang menghampiri dengan langkah cepat. Dan sialnya itu adalah Ibnu.

"Nay, aku mau ngomong sebentar sama kamu," ujar Ibnu yang kini sudah berada di depan Inaya.

"Mau ngomong apa, pak Ibnu? Gak bisa lain kali aja? Saya sedang buru-buru!"

Inaya hendak melewati Ibnu namun lelaki itu menahan jalurnya. "Gak bisa, Nay. Harus ngomong sekarang. Kalo nanti pasti kamu menghindar lagi."

Inaya mendesah penuh frustasi. Di saat ia merasa sesuatu yang tak nyaman, justru harus berhadapan dengan mahluk menyebalkan itu.

Sungguh, rasa gatal itu benar-benar menyiksa. Inaya merasa seperti ada banyak kutu yang menari-nari di selangkangannya.

"Gak bisa, pak! Aku udah gak tahan pengin pipis!" ucap Inaya akhirnya mendorong badan Ibnu hingga pria itu hampir terjengkang.

Setelah tidak ada lagi yang menghalangi, Inaya buru-buru berlari masuk ke dalam toilet. Ibnu hanya bisa garuk-garuk kepala. "Ternyata kebelet pipis. Gak bilang dari tadi," ujarnya.

Di dalam toilet, Inaya langsung membuka roknya serta celana dalamnya yang ada bercak putih. Ia menggantungkan celana itu di kapstok yang terpasang di dinding ruangan berukuran dua kali dua meter tersebut.

Inaya duduk di atas toilet duduk, mengangkang sambil jarinya membuka celah vaginanya sendiri serta jari yang lain ia gunakan untuk menggaruk area yang gatal.

"Ssshhh...pantesan gatel banget! Ini nih biang keroknya!" Inaya bergumam sambil menarik-narik kerak bekas sperma pak Rahmat di jembut tipis miliknya.

Saat sedang asyik-asyiknya membersihkan selangkangannya sambil merasakan enak gatal ketika digaruk-garuk, tiba-tiba ponselnya berbunyi.

Inaya kemudian mengambil ponselnya yang ada di dalam saku tok yang dicantolkan di kapstok itu. Melihat siapa yang mengirim pesan. Bibirnya langsung tersungging kala melihat siapa pengirimnya.

Kisah Lendir Di SekolahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang