Chapter 16.

25.4K 2.1K 30
                                    

Bunga-bunga bermekaran sepanjang jalan, sebuah Ladang bunga luas dengan warna-warna cantik, peternakan yang di tumbuhi hijaunya rerumputan subur, orang-orang berlalu lalang dengan sesekali bertukar senyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bunga-bunga bermekaran sepanjang jalan, sebuah Ladang bunga luas dengan warna-warna cantik, peternakan yang di tumbuhi hijaunya rerumputan subur, orang-orang berlalu lalang dengan sesekali bertukar senyum.

Sebuah Kereta Kuda melenggang memalui jalanan Ibu Kota Foressaina yang nampak begitu damai di lingkupi suasana Musim Semi.

Dalam sedikit guncangan dalam Kereta Kuda, Wanita bersurai kecoklatan itu memandangi jendela Kereta Kuda yang nampak sedikit berembun.

"Indah, seperti ketika pertama kali aku datang kemari." Ucapnya pelan, memandangi pantulan wajahnya yang samar terlihat dari jendela.

Seolah kembali ke waktu itu. Rongga dadanya di penuhi rasa sesak, mengingat hari yang selalu berusaha Ia lupakan pahitnya.

Perlahan kehangatan menyelimuti punggung tangannya yang saling bertumpu di pangkuannya, Wanita itu seketika menunduk dan mendapati tangan yang jauh lebih besar darinya itu mendekap punggung tangannya dan meremasnya lembut.

Beralih menatap Pria yang duduk di sebelahnya. "Aku tahu, Marie. Kau turut membawa kenangan buruk itu ketika pertama kali datang kemari. Maafkan aku yang menjadi penyebabnya ini," Iris pekat itu menyorot sendu.

Marie tersenyum, membalas genggaman tangan Gibson. "Sudahlah, bukankah hari ini kita akan bertemu dengan Cucu kita?"

Senyuman Wanitanya membuat nya secara tidak sadar turut tersenyum. "Marie, terima kasih. Kau meninggalkan kehidupan mu di sini, hanya untuk bersama Pria sepertiku.." Dengan tatapan lamat yang tak lepas dari wajah Istrinya, Gibson membawa punggung tangan itu untuk di kecup nya. "Aku sangat mencintaimu."

Rona samar terlihat jelas di wajah Marie. "Hei, kita ini sudah tua. Jangan terlalu banyak melontarkan perkataan manis padaku."

Gibson beralih membelai lembut sisi wajah Marie. "Bukan sekedar perkataan manis, Istriku. Aku mengatakannya tulus dari hatiku, maaf karena pernah menyakitimu sedalam itu dan terima kasih karena masih sudi untuk kembali padaku."

Marie terdiam, iris hijaunya berkaca-kaca menatap wajah Suaminya.

Gibson membawa tubuh Marie ke dalam dekapannya, mengecup dalam puncak rambut Istrinya dengan setetes air mata yang luruh.

"Tetaplah bersamaku hingga nanti aku menutup mata selamanya, Cintaku."

Masing-masing dari roda itu berputar, Kereta Kuda yang memiliki ukuran rumit dengan material berharga itu memberinya identitas Amarta yang amat khas.

Kelopak bunga yang berjatuhan tertiup angin seolah turut mengiringi perjalanan yang membawa ke dua pasangan yang paling di hormati oleh ke dua Negeri tetangga itu.

Istana Foressaina yang megah terlihat jelas berdiri menjulang tinggi nan kokoh. Perlahan gerbang di buka dengan lebar, mempersilahkan Kereta Kuda itu untuk masuk bahkan sebelum jaraknya dekat.

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang