Chapter 6

2.1K 208 24
                                    


Aku menghela nafasku sesaat setelah menyelesaikan hukuman yang diberikan oleh Mr. Bennet. Tanganku terasa mengeriting setelah menulis dua kali lipat setiap huruf yang tertulis di tugas pria tua itu.

"Hey," Seseorang menepuk bahuku dari belakang membuatku menoleh. Luke. Ia tersenyum manis dengan beberapa buku di tangannya.

"Ada apa?"

"Ayolah, kau tidak lupa kan?" Ia mengedipkan sebelah matanya padaku membuat aku memutar mataku.

Kuputuskan untuk terus berjalan tanpa menghiraukan Luke yang entah tadi berbicara tentang apa. Sepertinya, aku tidak berjanji apa - apa dengannya. Aku berbelok ke arah koridor sekolah.

"Positif, kau lupa." Ia berujar lagi sembari terus melangkah mengikutiku. Astaga! Aku berhenti melangkah lalu menoleh kearahnya.

"Aku tidak ingat apa - apa tentangmu." Ujarku to-the-point lalu kembali melangkah. Persetan dengan kenyataan bahwa aku harus baik - baik dengan targetku. Aku sedang marah besar sekarang!

"Ayolah, kita jadi berkencankan malam ini? Berikan aku alamat rumahmu."

Aku menoleh lalu menatapnya dengan tatapan maafkan-aku. Astaga bagaimana aku bisa lupa dengan peluang besar itu?!

Ia menatapku angkuh akan tetapi diikuti dengan tatapan candaan lalu tangannya terlipat di dadanya.

"Kau akan berkencan dengan salah satu pria tampan di universitas dan kau melupakannya?!" Ia berakting seakan - akan tercengang. Aku hanya tertawa seakan - akan geli. Kau tampan tapi bodoh. Tak sabar untuk menusuk jantungmu.

"Ehm, aku pergi dulu." Ujarku sembari berdeham lalu berjalan duluan ke mobil.

Aku naik dan menelfon Louis.

"Hey," sapa Louis dari seberang telfon.

"Aku ingin mendiskusikan sesuatu. Bisa tolong datang sekarang ke kafe tempat kita biasa bertemu?"

"Well, oke." Jawab Louis sebelum memutuskan sambungan. Aku menginjak pedal gas dan berbelok kanan untuk menuju kafe itu.

***
7.30 PM

Louis terus mengotak - atik komputernya mencoba mencari bukti pada kasus terbaru kami--pembunuhan bantai sebuah keluarga.

"Yo, bukannya kau punya kencan?"

Aku menepuk kepalaku. Astaga, mengapa aku begitu pelupa?

"Tapi, ia belum menelfonku." Jelasku lalu Louis mengangguk dan kembali menonton rekaman cctv.

"Wah, pembunuh ini pintar sekali. Ia berbaur dengan yang lain hingga aku bahkan tidak dapat melihat keanehan satupun."

Aku memutar mataku dan dengan sabar mencoba mencocokkan semua bukti yang kami dapat.

9.00 PM

Ini aneh.

Luke bahkan tidak menelponku sama sekali.

Aku membuka handphoneku dan tiba - tiba saja terkejut--astaga dia telah menelfonku setengah jam yang lalu.

"Lou, aku harus pergi!" Ujarku terburu - buru keluar dari kafe.

Kulangkahkan kakiku masuk mobil dan cepat - cepat pergi ke apartemenku.

. . .

Aku mematikan mesin mobil lalu turun dari benda itu dan berjalan masuk ke gedung apartemen, tempat aku tinggal.

Kutelusuri lorong gedung akan tetapi tetap tidak dapat melihat penampakkan Luke sama sekali.

Aku mengetik namanya di kontakku dan mencoba menelponnya. Akan tetapi, telfon itu malah tersambung ke pesan suara.

Kuketik passwordku lalu pintu terbuka. Aku tidak ingat bahwa aku mematikan lampu.

Kulangkahkan kakiku ragu menuju saklar dan menghidupkan lampu.

"HOLY SHIT!"

Aku begitu gemetaran melihat mayat Luke tengah terduduk di kursi tamuku. Tubuhnya penuh darah dan mukanya sudah hancur.

"A-apa ini?!" Aku begitu panik hingga aku kembali menelfon Louis.

"Ada apa?"

"Lou, datanglah kesini! D-datang ke apartemenku sekarang!" Aku berteriak sembari menggigiti kukuku. Lalu, aku berlari menutup pintu ruangan.

Aku duduk di kasur lalu mencoba berpikir apa yang sedang terjadi.

Harry. Hanya Harry yang tahu tentang apartemen ini sebelumnya. Tapi, kenapa?

Mr. Black? Tidak. Dia tidak akan menggunakan tangannya sendiri untuk membunuh pria itu. Dan, dia bisa pingsan kalau melihat darah.

Lalu, siapa? Berarti, ada yang sedang mengancamku? Orang itu pasti tahu keberadaanku.

Dan, karena itu, aku harus lebih berhati - hati.

****

Short ya wkwk maaf. Kehabisan ide gilak.

Btw, follow igku : raissaintani

Minta follback? Minta aja ya!

LostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang