06

20K 1.6K 10
                                        

"Tuan, saya diperintah oleh tuan muda terakhir untuk memberikan nya pada anda."

Kalyan menerima surat itu. Dilihatnya tulisan yang berjudul surat panggilan untuk orang tua. Tanpa membukanya, Kalyan meletakkan surat itu pada nakas disampingnya.

Bima melihat tuannya, Zeylan, yang terlihat tidak peduli. Sedangkan Kalyan kembali asik bermain handphone dengan game yang baru saja di unduhnya.

"Bima, aku mau makan malam dikamar saja. Suruh anak-anak itu makan duluan, tidak usah repot-repot untuk menungguku."

"Baik tuan." Bima membungkuk singkat. Sebelum pergi, ia dengan lancangnya kembali bertanya, "Mohon maaf jika saya lancang. Jika boleh tau apa alasan anda tidak ingin makan malam bersama tuan muda?"

Dilihatnya Bima yang menatapnya dengan pandangan hormat. Kalyan mengedikkan bahunya acuh, "Hanya tidak ingin bertemu mereka untuk malam ini."

Entahlah. Kalyan hanya sedang malas saja bertatap muka dengan ketiga anaknya. Terutama Nio.

"Baiklah. Akan segera saya ambil makan malam anda, permisi."

•—•

"Tolong siapkan untuk tuan Zey." Perintah Bima pada bawahannya. "Tuan muda sekalian, ayah anda menyuruh kalian untuk makan malam terlebih dahulu. Karena tuan Zey sedang ingin makan diruangan nya."

Nio dengan cepat memakannya. Tau gitu tidak usah menunggu. Disebelahnya, Elard pun meletakkan handphonenya. Ditatapnya pelayan milik ayahnya itu, "Memangnya kenapa dia?"

Tidak heran ia bertanya. Karena sudah terhitung 8 hari dengan malam ini, bahwasannya pria itu tidak makan malam bersama mereka. Bukan dia peduli, hanya saja rasa penasarannya begitu tinggi.

"Maaf jika jawabannya saya terdengar lancang, tetapi tuan Zey berkata sedang tidak ingin bertemu kalian. Saya permisi ingin mengantarkan makanan ini, tuan muda." Setelah menerima nampan berisi makanan juga segelas susu diatasnya, Bima pergi. Meninggalkan keheningan dimeja makan tersebut.

Nio melirik punggung Bima yang kian menghilang dari pandangannya. Teringat akan sikapnya siang tadi yang mungkin saja bisa membahayakan nyawanya dan juga ayahnya. Rasa bersalah seakan hinggap pada hatinya dan juga hilang dengan begitu cepatnya.

•—•

Kalyan sudah siap dengan pakaian formal tetapi juga santai. Celana formal hitam dipadukan dengan kemeja putih dimana lengannya dilipat hingga sebatas siku dan dua kancing atas yang terbuka membuatnya bahkan terlihat sangat seksi.

Pintu belakang dibuka oleh supir. Angin-angin seakan menyambutnya dengan lemah gemulai. Kaki yang terlihat jenjang dengan sepatu pantofel yang mengkilat menjadi afeksi utama orang-orang melihatnya.

Bisik-bisik seakan mengudara pada pendengaran nya. Mulut ke mulut membicarakannya bertanya-tanya siapakah gerangan. Mungkin hanya sedikit dari sekian orang disini yang mengenalinya sebagai orang tua dari Renio Hart E. Salah satunya rombongan yang berada di ujung sana. Sahabat dari Nio yang terkadang berkumpul dirumahnya. Itupun juga mereka jarang melihat sosok dari Zeylan, hanya sekali atau dua kali.

Kalyan membuka kacamatanya. Terlihat berbicara dengan sang supir dan pergi berlalu menuju dimana kantor berada.

"Lah, bukannya itu bokap Lo?" Ucap Bumi, salah satu sahabat Nio.

Pria dengan mata biru yang terlihat berbeda dari yang lain pun mengangguk seakan menyetujui. "Tumben, biasanya juga kalau ni anak dapet masalah yang datang asisten bokapnya." Celetuk Drax.

Nio diam saja. Membiarkan sahabatnya itu berbicara sesukanya. Matanya mengikuti setiap langkah yang dibawa oleh ayahnya. Jujur saja diapun terkejut. Kemarin memang dia menyuruh Bima untuk memberikan surat itu pada ayahnya. Tapi tak berharap bahwa pria itu yang akan datang. Karena sedari dulu sekalipun dia memberikan surat panggilan orang tua yang datang hanyalah asisten ayahnya, Ken, pria yang menyebalkan.

"Itu bokapnya?" Bumi mengangguk, menjawab pertanyaan dari Martin. Anak itu memang tidak pernah ikut jika sedang berkumpul dirumah Nio. Jadi wajar jika dia tidak mengetahuinya. "Kirain abangnya. Keliatan masih ABG soalnya," ucap Martin dengan tersenyum culas.

Terdengar menyebalkan, dan Nio tidak suka mendengarnya.

—a y a h—

Ayah?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang