Sebuah notifikasi muncul di ponsel Alexa, ia buru-buru membukanya. Reesha mengirim pesan padanya, ia mengirimkan sebuah lokasi, lalu tidak lama ia mengirim sebuah voice note.
"T-tolong.. gue, Lex.." ucap nya lemah.
Detik itu juga Alexa langsung berlari menuruni tangga. Hatinya berdebar kencang. Suara Reesha di voice note terdengat lemah dan ketakutan. Ia melihat Alex yang sedang main PS dengan El. Alexa langsung berlari menuju garasi tanpa memperdulikan apapun. Hatinya dipenuhi kecemasan, langkahnya begitu cepat, hampir seperti berlari sprint.
"Alexa! Lo kenapa?!" seru El yang melihatnya terburu-buru melewati ruang tamu.
Alex yang ikut melihat langsung berdiri dan bergegas mengejar Alexa. "Dek, lo mau ke mana?!"
Alexa tidak memperlambat langkahnya sedikit pun. "Gue harus nyelamatin Reesha!" katanya dengan suara tergesa. "Dia dalam bahaya!"
Mendengar itu, El dan Alex langsung berpandangan dengan wajah serius. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi melihat kepanikan di wajah Alexa sudah cukup bagi mereka untuk menyadari bahwa ini bukan hal sepele.
"Oke, kita ikut!" kata Alex sambil mengambil kunci mobil yang tergeletak di atas meja.
Mereka bertiga segera masuk ke dalam mobil, dan Alex menginjak pedal gas dengan cepat menuju lokasi yang dikirim oleh Reesha. Sepanjang perjalanan, Alexa terus menggenggam ponselnya erat-erat, mencoba menghubungi Reesha berulang kali, tapi tidak ada jawaban.
Ketika mereka tiba di lokasi, mereka mendapati sebuah gedung tua yang tampak kumuh dan nyaris runtuh. Tempat itu gelap dan tidak terawat, memberikan kesan mengerikan yang semakin memperparah perasaan cemas di hati Alexa.
Tanpa pikir panjang, mereka bertiga bergegas masuk. Langkah kaki mereka menggema di lantai berdebu, dan suasana di dalam terasa begitu menyesakkan. Mereka menyusuri lorong yang remang-remang, sampai akhirnya mereka menemukan Reesha.
Reesha terduduk di sudut ruangan, tubuhnya bergetar hebat. Air matanya mengalir deras di wajahnya yang terlihat pucat. Tangannya mencengkeram erat lengan bajunya sendiri, seolah berusaha menenangkan diri.
"Reesha!" Alexa langsung berlari menghampirinya, berlutut di depannya dan menggenggam tangannya.
Reesha tersentak, tatapannya kosong sebelum akhirnya menyadari siapa yang ada di hadapannya. "L-Lex..." suaranya bergetar.
"Gue di sini, Sha. Gue di sini," Alexa mencoba menenangkan sahabatnya. Ia menoleh ke arah El dan Alex yang masih berdiri di dekat pintu dengan wajah tegang.
"Kita harus keluar dari sini sekarang!" kata El tegas.
Alexa membantu Reesha berdiri, memeluknya erat. "Lo aman sekarang, Sha. Lo sama kita."
__________
"APA?! Lo gak bercanda kan?!" teriak Alexa tidak percaya mendengar penuturan Alex.
Setelah tiba di rumah, Alex dan El langsung mencari tahu tentang apa yang terjadi pada Reesha. Keadaan Reesha benar-benar kacau, tubuhnya masih gemetar, dan tatapannya juga masih kosong. Bahkan untuk diajak bicara pun ia tidak menjawab. Hal itu membuat El dan Alex tidak kehilangkan akal.
Ia meretas beberapa CCTV yang berada di dekat gedung tua. Mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dan ternyata gedung tua itu adalah markas para preman. Yang membuat El dan Alex bingung adalah, untuk apa Reesha datang seorang diri kesana. Ia seperti mengumpankan diri sendiri kepada para preman.
YOU ARE READING
I'm Alexa [End-Tahap Revisi]
Teen Fiction⚠️ BIASAKAN FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ - - Belum sampai diambang pintu kantin Alexa kembali berhenti, lalu melepaskan pecahan beling yang menancap pada sepatunya tanpa rasa ngilu. Setelah itu ia melepaskan sepatunya, terlihatlah kaos kaki putihnya y...
Part 42 - Memories in Dreams
Start from the beginning
![I'm Alexa [End-Tahap Revisi]](https://img.wattpad.com/cover/376930039-64-k717476.jpg)