0 1 3 ; Garden With Him.

67 53 0
                                    

Di bawah pohon yang rindang Aga dan Ara menikmati angin yang ber hembusan, sepoi - sepoi angin membuat mereka terbawa suasana untuk memikirkan banyak hal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di bawah pohon yang rindang Aga dan Ara menikmati angin yang ber hembusan, sepoi - sepoi angin membuat mereka terbawa suasana untuk memikirkan banyak hal. Kecanggungan yang masih terasa, setelah sekian lama tak lagi seperti ini membuat mereka merasa canggung dengan satu sama lain.

“Kamu ingat waktu itu nggak?” Tiba - tiba sebuah pertanyaan keluar dari mulut Ara, Aga menoleh dengan rasa penasaran dengan apa yang Ara maksud.

“Dulu, aku sering kalah main petak umpet dan akhirnya aku main curang. Aku pura - pura jatuh trus kamu keluar dari persembunyian kamu karena khawatir, lalu aku bersorak menang,” jelas Ara.

Aga tertawa, menertawakan dirinya yang sangat bodoh bisa di bohongi begitu saja oleh Ara. “Tetap kayak gini ya, Ra? Gua nggak mau lo jauhin gua. Saat itu gua seneng lo nggak benci gua, disisi lain gua takut lo sakit hati karena nanti pasti ada masanya gua buat pacaran.”

“Aku emang sakit hati waktu itu, Ga. Tapi, kamu tetap care sama aku. Kamu rela celaka hanya demi aku, aku tau apa yang kamu bicarain itu terpaksa agar aku terbiasa tanpa kamu.”

Ber jam - jam mereka tidur di bawah pohon menikmati indahnya siang hari ini, Ara tak henti - hentinya menatap Aga dengan mata yang tak akan pernah berubah. Tatapan kagum bahkan tatapan suka pada lelaki di samping nya itu.

Aga itu peduli, jika sayang maka ia akan rela melakukan apapun, ia mendeskripsikan seseorang yang berarti dari sikapnya. Aga selalu sigap mengambil selangkah maju untuk menjadi garda terdepan di saat orang yang ia sayangi tersakiti, tak peduli jika nyawa taruhannya.

Seperti nya hari - hari seperti ini berada di taman menikmati hembusan angin dan mengobral santai jauh lebih berharga, Ara selalu tak percaya jika mereka sudah baikan.

“Kenapa lo semau itu temanan sama gua, Ra?” Satu pertanyaan lolos dari mulut Aga. “Disaat gua udah sejahat itu lo masih tetap berusaha, berusaha tetap ada di saat gua nyuruh lo pergi,” sambungnya.

“Karena kamu adalah lelaki kedua yang aku sayangi setelah ayah, sekalipun aku benci sama kamu tapi kamu tetap ada di hati ku. Pecahan kenangan yang selalu berputar di ingatan ku membuat aku nggak bisa buat lupain bahkan ngebenci kamu, Ga.”

Mendengar nya Aga tertegun. “Lo...jatuh cinta sama gua?” tanya Aga ragu.

Ara sedikit mengangguk jujur mungkin ini bukan waktu yang tepat, dan ia juga belum mengerti dengan perasaan nya ini. “Aku gak tau, Ga. Setiap dekat kamu semenjak kita masuk SMP jantung aku berdebar lebih cepat dari biasanya, itu kalau dekat kamu. Dulu aku kira aku punya penyakit jantung, semakin beranjak dewasa aku jadi tahu kalau aku jatuh cinta sama kamu.”

Aga menutup matanya menikmati semilir angin dengan suara Ara yang membuatnya tenang. “Gua nggak masalah. Tapi kalau buat berharap hubungan kita kedepannya, gua harus pikir matang - matang dulu, Ra. Gua takut nanti gua malah makin nyakitin lo.”

Aga sudah belajar dari kesalahan sebelumnya, kesalahan yang mungkin adalah hal paling buruk yang ia pilih. Memilih untuk memutuskan hubungan pertemanan tanpa adanya alasan yang jelas, membuatnya sangat merasa bersalah.

Fragments Of MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang