Kalyan meringkuk dengan selimut yang menutupi sebagian tubuhnya. Ia terpaku menatap kosong pada langit-langit kamar. Tak menyangka dengan sesuatu yang diterimanya secara tiba-tiba.
Transmigrasi? Hahaha lelucon macam apa itu. Memangnya dia anak kecil yang bisa di bohongi.
Arghh!! Tapi fakta bahwa tubuh yang ditempatinya ini sangat jauh berbeda dengan tubuhnya dahulu tak dapat ia pungkiri. Apalagi fakta bahwa dia seorang ayah dari tiga anak. Tidak bisa, tidak bisa... Kalyan tidak mau disini. Ia mau bersama mommy dan Daddy nya saja. Ia tak sanggup menerima bahwa tubuhnya sudah 2× lipat dari umur aslinya.
"Huhuu Kalyan gamau jadi tua mommy..."
"Ck, apa dia jadi gila?"
Elard melihat dengan malas adiknya itu. Dari tadi asik menggerutu tak karuan bagai burung yang terus menerus berceloteh.
Griffin menghela nafasnya. Tadi dia sedikit terkejut, ah maaf dia jelaskan sekali lagi bahwa dirinya sedikit terkejut, melihat ayahnya yang digendong oleh Elard. Jadi dirinya mengikuti keduanya sampai kini lah dirinya bisa berada disini. Bonus Nio, si bungsu yang mencarinya karena ingin menanyakan pelajaran. Ujung-ujungnya anak itu ikut menungguinya disini.
"Mau pulang.."
"Apa maksudmu ayah? Bukankah ini sudah dirumah."
Suara Elard mengagetkan Kalyan. Dia tau bahwa yang berbicara itu bernama Elard dari ingatan yang memasukinya. Sedangkan di sofa tak jauh dari kasurnya berada terdapat si sulung Griffin juga si bungsu Nio yang menatapnya malas.
"Udahlah bang, ayo keluar. Dia juga sudah sadar kan." Ucap Nio pada Griffin. Ada hal lebih penting dari pada harus diam saja disini. Lagipula dirinya heran sekali. Kerasukan setan apa kedua abangnya hingga repot-repot mau menunggu pria itu hingga sadar.
Griffin berdiri, di ikuti Nio yang sudah berlalu terlebih dahulu. Tanpa menoleh sedikitpun pada ayahnya, Griffin pun berlalu pergi.
Ahh anak kecil itu benar-benar seperti preman, pikir Kalyan. Melupakan itu, Kalyan kembali mengingat kedua orang tuanya. Dia ingin menangis, tapi malu dengan umurnya yang sudah tua ini. Apalagi anaknya, ah maksudnya anaknya tubuh om ini masih ada disini.
"Tubuhmu panas. Aku akan menyuruh Bima untuk mengurusmu nanti." Ucap acuh tak acuh Elard. Lalu pergi begitu saja meninggalkan seorang Kalyan seorang diri. Ah lupakan. Mulai sekarang Kalyan haruslah terbiasa menerima bahwa namanya Zeylan. Pria duda yang sudah memiliki tiga anak. Sial, mau dipaksakan bagaimanapun Kalyan masihlah tidak dapat menerima fakta itu.
•—•
Kalyan sudah seminggu berada disini. Ditubuh ini dengan suasana yang baru. Yah, terlalu baru hingga membuatnya mengurung diri selama seminggu penuh didalam kamar. Membuat Bima setiap harinya mengantarkan makanan itu kekamarnya.
Melupakan pekerjaannya. Sudah beberapa hari ini ponsel miliknya selalu berdering dengan nama yang terus muncul selalu sama. Ken, asistennya di perusahaan. Dia tak peduli. Lagi pula dia ini kan bos, pemilik perusahaan. Jadi tidak mungkin perusahaannya itu akan bangkrut hanya karena dia tak pergi bekerja. Pikirnya dengan ringan.
Dengan tubuh yang sudah segar. Kalyan membuka lemari dimana tempat pakaiannya berada. Dia terdiam melihat-lihat ingin memakai apa. Hari ini Kalyan ingin keluar dari zona nyaman nya. Ia ingin berjalan-jalan mengelilingi rumah ini.
Sudah mendapatkan pakaian yang pas. Dengan kaos hitam juga celana berbahan kain pendek. Sangat pas dengan niatnya yang ingin bersantai juga berleha-leha. Apalagi ini style nya sekali dahulu.
"Hmm kaya juga ni orang ya."
Rumah dengan gaya interior klasik. Bertingkat tiga dengan halaman depan yang luas. Di ujung sana terdapat gerbang tinggi yang menjulang dengan gagahnya. Menelisik kebelakang rumah terdapat taman mini dengan lapangan basket. Menurut ingatannya, lapangan itu sering digunakan oleh anaknya yang terakhir.
"Yaaa setara lah sama kekayaan Daddy gua." Cetus Kalyan dengan nada yang terdengar sedikit mengesalkan.
່
່
່"Zeylan."
—a y a h—

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah?
FantasyMenjadi seorang ayah? Tiba-tiba banget nih? Cover by pinterest. + ke perpustakaan Jangan lupa ☆ and 💬