Nio menatap ayahnya. Waktu sudah terlewat selama sepuluh menit tapi pria itu hanya terdiam saja?! Cih, dia sudah lapar tapi pria yang sayangnya ayah nya itu tak kunjung memulainya juga sedari tadi.
"Ehem, Mulailah ayah." Ucap si sulung dengan datar. Griffin.
Kalyan mengusap peluh pada keningnya. Entah mengapa rasanya ruangan ini begitu sesak. Apalagi tiga orang pemuda yang sedari tadi sudah berada satu meja dengannya. Sial. Mereka manusia apa setan sih. Kok serem amat mukanya.
Dia masih bingung. Masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. Pada akhirnya Kalyan bisa berada diruang makan karena kakinya yang tiba-tiba saja terasa bergerak dengan sendirinya.
Berusaha tenang, Kalyan pun mulai menyendok sesuap makanan yang sudah disajikan oleh pelayan itu kedalam mulutnya. Entah mengapa, pemuda yang duduk disebelah kanan seperti menyuruhnya untuk memulai dahulu.
Sambil menyuap, Kalyan melirik ketiga orang itu. Yang tadi menyuruhnya, dia terlihat lebih dewasa. Mungkin umurnya sekitar 24 / 25? Entahlah. Pemuda itu terlihat seperti seumurannya. Wajahnya datar, minim tersenyum, ia akan nilai 6,5!
Lalu disebelahnya, pemuda dengan Hansaplast di keningnya. Terlihat seperti umur 20an. memiliki wajah yang lempeng-lempeng saja. Ah maksudnya tidak terlihat ganas, tidak juga terlihat baik. Hemm akan ia nilai 8.
Dan disana, anak yang sedari tadi memandangnya dengan bengis. Terlihat seperti anak nakal dan urakan. Umurnya seperti 15 tahun. Perawakan nya mirip seperti anak tetangganya yang masih berada di kelas 3 SMP. Wajahnya tidak ramah, seperti seseorang yang bersiap akan meninjunya kapan saja yang anak itu mau. ia nilai 4!
Terlalu hanyut dalam pikirannya, Kalyan tak menyadari bahwa kini ia sendirian. Dirinya ditinggalkan. Tapi peduli apa dirinya? Kalyan kan tak mengenali orang-orang itu.
"Udahlah, semakin dipikirin semakin stres gua."
Kalyan pun meminum air putih. Mengelap mulutnya dengan tissue. Ia kembali berlalu menuju kamarnya. Eh kamarnya? Apa bisa disebut begitu?
Terserah, bodo amat. Ia pusing. Kangen mommy dan Daddy.
"Shh.."
Kalyan mencengkram rambutnya. Pusing mendera begitu hebat seolah mencabik-cabik isi kepalanya. Pandangannya menjadi berbayang. Ia berpegangan pada pegangan tangga. Seperkian detik kemudian kembali normal. Ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pusing yang masih sedikit menderanya. Dirasa sudah aman ia pun kembali lanjut menaiki tangga secara perlahan.
"Arghh!"
Lagi. Kalyan mencekram rambutnya dengan kuat. Pusing! Ia tak tahan. Seolah ada yang memaksa masuk ingatannya. Tak kuasa dengan rasa sakit yang menderanya, tubuhnya oleng. Rasanya Kalyan seperti berada di puncak langit tertinggi dan terjun dengan begitu cepatnya.
Greb
Elard menahan tubuh ayahnya. Jantungnya berdetak cepat. Hampir dirinya melihat tubuh sang ayah terjun dengan bebas. Untunglah ia dapat bergerak cepat. Ah kenapa...? Kenapa rasanya dirinya khawatir pada seseorang yang tubuhnya ia tahan ini. Sial, perasaan menjijikkan macam apa ini.
–a y a h–

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah?
FantasyMenjadi seorang ayah? Tiba-tiba banget nih? Cover by pinterest. + ke perpustakaan Jangan lupa ☆ and 💬