Dengan nafas tersengal-sengal, lari yang terseok-seok, juga tubuh yang terluka ia berusaha sekuat tenaganya berlari dan terus berlari demi hidupnya yang mungkin sebentar lagi akan tamat.
Tak perduli dengan darah yang kian merembes keluar dari perutnya yang setengah jam lalu tertembak. Kalyan, pemuda malang yang sedang berjuang sekuat tenaga untuk kabur dari kejaran musuh keluarganya.
Ia lelah, ingin menyerah saja dikarenakan memang tubuhnya yang terus dipaksa untuk berlari terus menerus tanpa berhenti sedetikpun. Berlari Sejauh-jauhnya yang ia bisa.
Kalyan tak ingin pengorbanan Daddy juga mommy nya sia-sia. Karena mereka lah sekarang ini Kalyan bisa pergi. Mengingat wajah wanita yang sudah membesarkan dan mencintainya, juga wajah pria yang sudah memberinya kasih sayang yang melimpah membuat matanya berkaca-kaca. Teriakan kedua orang tuanya yang menyuruhnya pergi, suara tembakan yang memekakkan telinganya, kembali terngiang dalam pikirannya.
Bruk
"Arghh–shh..."
Mencengkeram perutnya yang kian terasa sakit. Ia sudah tidak kuat. Kakinya sudah tidak bisa dipaksa nya untuk berlari. Apa ini akhir hidupnya?
Mommy, Daddy...
Ahh lagian bisa apa ia hidup di dunia ini jika tak ada kedua orangtuanya. Kalyan hanyalah anak manja yang selalu dilimpahkan kasih sayang yang begitu banyak. Tak perduli dengan umurnya, tubuhnya, juga pola pikirnya yang kian beranjak dewasa, Kalyan masihlah diperlakukan seperti anak kecil yang akan menangis jika tak diberi permen.
"Mau lari kemana lagi? Anda lari sejauh mungkin pun pada akhirnya akan kami musnahkan."
Kalyan berdiri dengan kaki gemetar, akibat terus menerus dipaksakan berlari. Matanya berkilat tajam menatap kelima pria dengan salah seorang memegang sebuah pistol ditangannya.
Tidak ada jalan lagi. Mungkin memang inilah akhir dari riwayat hidupnya. Bibirnya tersenyum dengan pedih, matanya berembun menatap tepat pada pistol yang mengacung lurus kepadanya. Bersiap menerima rasa sakit yang luar biasa.
Mommy... Daddy... Kalyan datang–
Dor!
•—•
"Aaargh!!"
Kalyan terbangun dengan terduduk juga mata yang terbuka lebar. Tangannya yang gemetar memegang perut juga kepalanya yang tertembak.
T-tidak ada!
Apa ia bermimpi? Tidak mungkin! Bahkan rasa sakit dari tembakan itupun masih dapat ia rasakan dengan jelas.
"Tuan?"
Kalyan melihat kesamping. Terkejut menyadari bahwa ada orang lain selain dirinya. Seorang pria dengan pakaiannya yang seperti... Pelayan?
"Ah.. iya."
"Sudah saatnya makan malam. Silahkan tuan mandi terlebih dahulu, air hangatnya sudah saya siapkan."
Tak mendapatkan jawaban dari atasannya. Bima, pelayan yang mengurus segala keperluan tuannya pun menunduk dengan hormat, "Saya izin undur diri. Permisi tuan."
Apa? Apasih yang terjadi?!!
Dengan keadaan yang masih linglung, Kalyan bangkit, berjalan menuju kamar mandi dengan tangan yang masih asik memegangi kepalanya. Ia merasa aneh, tak ada luka disini, maupun diperutnya. Apalagi rasa-rasanya tempat ini terlihat asing di ingatannya.
Tubuhnya membeku. Matanya terpaku pada cermin yang memantulkan dirinya. Siapa? Siapa pria yang ada dihadapannya?!! Tidak mungkin itu dirinya. Apa dirinya operasi plastik? Ah tidak. Kalyan menggelengkan kepalanya, mengusir pikiran yang sangat konyol. Lihat! Bahkan pria itu mengikuti gerakannya.
Sial, apa yang terjadi.
–a y a h–

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayah?
FantasyMenjadi seorang ayah? Tiba-tiba banget nih? Cover by pinterest. + ke perpustakaan Jangan lupa ☆ and 💬