Blurb 🔮
"Mungkin sudah suratan takdirku untuk bertemu denganmu, anak muda. Banyak sejarah yang terkubur akibat peperangan ratusan tahun lalu. Kau mungkin salah satu yang terpilih untuk menyelamatkan negeri ini dari kehancuran."
Pertemuan tak terdug...
Fiuuna duduk di bangku depan kelas yang sudah mulai lenggang setelah bel istirahat panjang berbunyi. Langit di luar tampak mendung, seperti memantulkan perasaan yang ada di dalam hatinya. Ia mencoba berkonsentrasi pada catatan sihir dasar yang sedang ia pelajari, tetapi pikirannya terus kembali pada ruangan kosong yang dilihatnya tadi.
"Ah, kenapa aku harus selalu memikirkan semua ini." Gerutunya kesal. "Padahal aku tak berniat memikirkannya, tapi hal-hal seperti ini selalu mengusik pikiranku."
Fiuuna menyalakan layar ponselnya, ia memilih untuk menjernihkan pikirannya dengan bermain ponsel sebentar. Akan tetapi, itu justru mengingatkannya pada suatu hal. Fiuuna membuka aplikasi teleponnya dan mencari riwayat panggilan. Ketika ia menemukan nomor yang dituju, tangannya berhenti menggulir layar. Sebuah nomor tak dikenal yang menghubunginya pada saat jam istirahat pertama.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fiuuna menatap layar ponselnya dengan alis berkerut. Nomor asing itu masih tertera di daftar panggilan, tanpa nama, hanya angka-angka tanpa arti yang tampak begitu asing baginya. Ia merasakan ada sesuatu yang tidak beres-entah firasat atau sekadar perasaan gelisah yang muncul tanpa alasan.
Tangannya melayang di atas layar, ragu untuk mengetuk nomor itu. "Apa aku harus menghubungi balik?" gumamnya pelan, setengah berbicara pada dirinya sendiri. Suara di luar kelas terdengar samar, tetapi ia tidak memedulikannya. Perasaannya tertuju pada layar kecil di tangannya, yang seolah-olah menyimpan jawaban atas teka-teki yang mengganggunya sejak pagi.
Belum sempat ia menekan ikon panggilan balik, sebuah panggilan berdering dari ponselnya dan itu berasal dari nomor asing tersebut.
Mata Fiuuna membelalak kaget, jantungnya kembali berdebar cepat. Walaupun begitu, ia segera menenangkan dirinya dengan situasi yang menegangkan ini. Aku harus tenang, anggap saja ini berbicara langsung dengan orang tak dikenal di sekolah. Meskipun Fiuuna merupakan seorang introvert, tetapi tugasnya sebagai pemimpin Staraa mengharuskan dirinya untuk bergaul dan menyapa siswa-siswi tak dikenal untuk mempromosikan klub nya.
Dengan berusaha rileks, Fiuuna menggeser layar untuk mengangkat panggilan dan menempelkan ponselnya di telinga. Disertai rasa penasaran yang selalu mengikutinya, ia bertanya kepada pemilik nomor tersebut. "Halo? Maaf, ini siapa?" Tanyanya pelan.
Ada jeda sejenak di ujung telepon, hal itu membuat ketegangan Fiuuna semakin bertambah. Ia dapat merasakan saraf-saraf tangannya mulai menegang, sebelum akhirnya suara di seberang menjawab. "Rupanya kau tidak menyimpan nomorku.."
Hah? Fiuuna kembali terkejut saat mendengar suara di ujung telepon. "Apa maksudmu?" Tanyanya tegas. Suara nafas di ujung telepon semakin jelas, dan semakin terdengar familiar. "Aku berdiri di depan ruanganmu." Spontan, Fiuuna berdiri dari kursinya dan bergegas pergi ke depan pintu ruang kelasnya. Saat Fiuuna sampai di depan kelas, ia memberikan rem mendadak pada langkah nya. Nafasnya tersengal-sengal dan matanya melebar karena tak percaya dengan apa yang dia lihat.