Chapter 16

7.1K 847 42
                                    

Tujuh tahun kemudian........

Saat ini Revinn dan Rylan sudah memasuki sekolah menengah pertama atau SMP. Untuk Ezie, dia akan lulus sekolah SMA beberapa bulan lagi.

Sedangkan Wiluna, dia masih kuliah S1 sembari bekerja dibawah naungan perusahaan milik Recill. Dan Izal masih sama-sama saja, mengasuh Revinn dan Rylan.

Di umurnya yang ke 24 ini, Izal merasa bahwa dirinya harus segera mencari pasangan. Karena kebanyakan temannya itu sudah menikah.

Tetapi tak ada kesempatan karena sangat sibuk mengurus kedua bocah yang makin hari, makin betingkah. Ada-ada aja kelakuan mereka yang membuat Izal memijat kepala.

Seperti saat ini, mereka sedang mengusili Izal dengan membuat prank padanya. Dengan meletakkan tepung di atas pintu, saat membukanya Izal langsung dibanjiri dengan tepung tersebut.

Izal menghela nafas, lalu menatap pada si kembar yang menertawakan dirinya dari jauh. Entah bagaimana mereka tiba-tiba mempunyai sifat usil ini.

"Revinn! Rylan! Sini kalian, awas aja ya!" Izal mengejar si kembar dengan kecepatan penuh miliknya.

"Awas kenapa kak? Jalan besar loh?" Tanya Rylan yang mulai berlari dari kejaran Izal bersama dengan Revinn.

"Aaaa! Takut dikejar tuyul haha" jerit Revinn dengan tawa, begitupun dengan Rylan.

Tetapi karena memang si kembar yang tubuhnya penuh akan energi sehingga Izal tak bisa mengejar mereka. Mansion kini penuh dengan teriakan dan tawa dari Izal, Revinn dan Rylan.

"Berhenti lari!" Teriak Izal.

"Ayo kejar, kita!" Ucap keduanya, Izal sudah capek sungguh bahkan nafasnya sudah tak beraturan.

Izal berhenti, lalu membungkukkan badannya dengan tangan di lutut serta menundukkan kepalanya. Mengatur nafasnya yang berat.

Si kembar masih berlari hingga mereka melewati pintu utama, ada tangan yang menarik kerah belakang mereka berdua.

Itu adalah Ezie, dengan tubuh jangkungnya yang kini melebihi Izal. Dengan mudah membawa si kembar pada Izal.

"Abang diapain lagi sama mereka berdua?" Tanya Ezie basi. Padahal bisa dilihat seluruh badannya putih dengan tepung.

"Zie, bisa lihat kan, badan abang? Pake nanya segala" ucap Izal mendongakkan kepalanya guna menatap Ezie.

Terlihat oleh Ezie, wajah sang abang yang putih. Terlihat lucu, apalagi wajah abangnya yang tak berubah, tak ada raut wajah seperti orang dewasa atau pun tanda penuaan.

Hanya masih tampan dan manis, semenjak tinggal di sini Izal mendapat banyak asupan. Sehingga pipinya yang dulu tirus, kini terlihat agak berisi.

"Pufth" Ezie hampir saja tertawa. Menutup mulutnya dan melepaskan si kembar. Sedangkan si kembar sudah terkekeh saat melihat Izal.

"Jangan ketawa!" Ucap Izal menukikkan alis dan matanya tanda marah.

"Ini juga salah kalian berdua ya!" Lanjutnya, lalu menjewer telinga Revinn dan Rylan.

"Aduh, aduh. Kak! gak usah jewer telinga kita juga dong!" Ucap Revinn protes.

"Masih bisa protes ternyata" melepas jewerannya dari si kembar lalu mengelusnya. Tentu saja karena kasihan, padahal Izal lebih parah keadaanya.

"Maaf ya bang/Kak" ucap ketiganya berbarengan.

"Udahlah, abang mau mandi" Izal berbalik pergi dengan dumelan yang diarahkan pada ketiganya.

"Mau dibantuin gak, kak?" Teriak Revinn saat Izal sudah lumayan jauh.

"ENGGAK!!" Balas Izal juga dengan teriakan.

BabysitterBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang