Chapter 15

6.7K 764 16
                                    

Saat ini waktu akan menunjukkan terbenamnya matahari, yang maksudnya malam akan segera tiba. Ketiga bocah itu sekarang ini sedang berada di ruang keluarga.

Ezie, Revinn dan Rylan sedang bermain game yang ada pada tab milik si kembar. Hanya Revinn dan Rylan yang bermain, sedangkan Ezie hanya memperhatikan keduanya bermain.

Sebenarnya Revinn dan Rylan sudah menawari Ezie untuk mencoba memainkannya. Tetapi Ezie menolak, dengan alasan bahwa dirinya tidak tau cara menggunakan tab tersebut dan juga takut rusak.

Sehingga, seperti sekarang inilah. Revinn dan Rylan bermain game sembari memberitahu Ezie bagaimana cara menggunakannya. Ezie pun dengan antusias mendengarkan dan juga bertanya banyak hal.

Mereka sudah banyak memainkan mainan yang ada diruangan itu, hingga sekarang ini.

Tak berapa lama terlihat Izal yang datang menghampiri mereka. Memperhatikan interaksi antara adik dan kedua anak asuhnya.

Henri pun sudah kembali dipanggil oleh Recill untuk kembali bekerja.Bahkan Izal pun sempat berpapasan dengan Henri

Izal duduk disamping Revinn, karena Ezie berada ditengah keduanya. Ikut memperhatikan apa yang dimainkan oleh si kembar. Dan ternyata game tersebut bernama P*U yang banyak mini gamenya.

Izal masih terdiam, tidak berkata apapun. Tetapi seketika ingat bahwa adik perempuannya dia tinggal di rumah sendirian.

"Ezie? Kita harus pulang" ucap Izal tiba-tiba.

Sehingga ketiga bocah yang sedang fokus dengan tab itu terkejut begitu mendengar suara Izal. Menoleh kearah Izal dengan terkejut.

"Loh! Abang dari kapan duduk di sana?" Ucap Ezie bingung yang diikuti oleh si kembar.

"Udah daritadi. Kalian aja yang keasikkan, sampe abang dicuekin" Izal berucap dengan julid.

"Maaf ya bang" ucap Ezie. Revinn dan Rylan mengangguk meminta maaf.

"Gak apa" ucap Izal tersenyum simpul mengusap surai ketiganya. "Lucu sekali" batin Izal.

Revinn menyadari ada yang aneh saat melihat wajah Izal. Matanya terlihat sedikit merah pikir Revinn. Mengulurkan tangannya menuju mata Izal dan mengusapnya.

"Kakak kenapa? Matanya merah" tanya Revinn.

Ezie dan Rylan yang mendengar itu langsung melihat ke arah mata yang diusap oleh Revinn. Dan memang benar sedikit memerah.

"Bang Iz, nangis?" Tanya Ezie yang langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Izal.

"Hah? Enggak kok. Tadi kemasukan debu doang" ucap Izal berbohong. Si kembar sudah percaya, tetapi tidak dengan Ezie.

Ezie dapat melihat kebohongan itu, karena dirinya tahu saat Izal sehabis menangis matanya selalu terlihat merah.

"Abang bohong" ucap Ezie. Izal kelabakan dengan hal itu. Membuat si kembar kembali menatap pada Izal dengan tatapan penuh tuntutan akan jawaban.

"Kakak dijahatin ya, sama Mommy? Nanti aku marahi Mommy" ucap Rylan menuduh Recill.

Izal dengan cepat membantah.

"Enggak! Iya, kakak nangis. Tapi bukan karena Mommy kalian kok" ucap Izal. Izal berpikir bagaimana bisa anak dari majikannya ini menuduh ibunya sendiri.

Padahal itu karena Recill sendiri yang membuat si kembar selalu berpikir negatif tentangnya.

"Trus nangis karena apa?" Tanya Rylan.

"Itu.... karena potong bawang, iya potong bawang" ucap Izal mencari jawaban yang logis.

Dan untung saja ketiganya langsung percaya. Izal menghela nafas lega, lalu teringat kembali bahwa dirinya harus pulang terlebih dahulu.

BabysitterBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang