"Ketika ikrar diucapkan, maka sejak saat itu kau tak akan pernah kulepaskan."
🥀🥀🥀
Kepulangan Fredric di malam hari tentu tidak diketahui oleh Gretta. Ia terlelap lebih cepat dari jadwal istirahatnya seperti biasa. Akhir-akhir ini ia merasa tubuhnya menjadi lebih mudah lelah. Persendiannya pun menimbulkan rasa dingin yang mengganggu. Gretta tidak tahu penyebabnya, tapi ia juga tak kunjung menemui tabib kerajaan. Gretta pikir, ini akan mereda dengan sendirinya.
"Duke telah tiba di kediaman, Duchess," lapor Walter yang kini berdiri sembari membawa kotak-kotak yang berisi berbagai buku romansa.
"Apakah dia mencariku?" tanya Gretta yang masih fokus memilih buku di dalam kotak tersebut.
"Maaf Duchess, ketika tiba, Duke langsung mengistirahatkan tubuhnya," jawab Walter jujur.
Gretta yang mendengarnya berdecak sebal. Dia pikir Fredric akan menanyakan keberadaannya. Sayang sekali faktanya Fredric kembali tidak peduli padanya. Padahal perubahan sikap Fredric membuat Gretta berharap banyak.
"Maaf menyela Duchess, sepertinya Duke sedang berada di suasana hati buruk. Saya dengar, Duke bertemu dengan putra mahkota," ujar Fleur menyampaikan pemikirannya.
Gretta menghentikan aktivitasnya dan menatap lekat Fleur yang masih membantu menyusun buku yang telah dipilih Gretta ke rak buku yang berada di kamar.
"Kau yakin?" Gretta mencoba untuk memastikan lebih baik.
"Tentu saja Duchess, saya bisa bersumpah untuk itu. Informasi ini bahkan disampaikan langsung oleh Scott." Mendengar nama orang kepercayaan Fredric itu disebutkan, Gretta yakin bahwa hal tersebut benar-benar terjadi.
Gretta tidak mengingat dengan jelas semua yang terjadi di kehidupan lamanya, tapi dia yakin bahwa Egbert tidak akan mau bertemu dengan Fredric. Pria itu menghindari Fredric sebaik mungkin.
"Scott bahkan mengatakan bahwa putra mahkota mencoba mengakrabkan diri. Saya rasa, ada sesuatu yang mencurigakan, Duchess."
Gretta mengangguk. Membenarkan dugaan tersebut. Dia yakin otaknya tidak mungkin salah mengingat.
"Apakah kalian mempunyai pemikiran mengenai hal tersebut?" Gretta tidak bisa menebak. Semua tindakan Egbert semakin aneh di pikirannya.
Tampak hening sejenak. Fleur dan Walter sibuk menyusun satu demi satu pola abu-abu yang ditunjukkan dari Egbert. Memastikan dengan jelas semua hal yang akan mereka katakan sesuai dan masuk akal.
"Saya menduga bahwa putra mahkota tampaknya tidak ingin membahayakan posisinya," tebak Fleur.
"Tepat. Bukankah semua yang dimiliki Duke sangat berpotensi untuk membalikkan putra mahkota?"
Gretta menyimak dengan seksama. Mencoba mencerna politik kekaisaran Douglas yang selalu memanas.
"Membalikkan? Fredric tidak akan pernah melakukan kudeta seperti yang kalian bayangkan!" Bisa dipastikan bahwa Fredric hanya akan menjadi bayangan kaisar dan akan melindungi dengan baik tanpa harus menjadi pemimpin yang duduk di tahta.
Walau ia tidak terlalu dekat dengan suaminya itu, tapi Gretta tahu bahwa Fredric akan tetap berada di posisi netral, sama seperti leluhurnya. Semua keturunan Valtor tidak akan mau terlibat hal seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess of Valtor
Historical FictionGretta Quinley harus menyandang gelar Duchess of Valtor atas paksaan kakaknya. Mengubur semua impiannya untuk menjadi Ratu di masa depan bersama sang kekasih, Putra Mahkota Kekaisaran Douglas. Gretta pikir menikah dengan Duke Fredric Caradoc of Val...