Menurut Skara, Braga dulu adalah tempat berpulang paling nyamannya. Tempat dia berbagi duka dan suka. Dulu, dimana ada Skara pasti selalu ada Braga di sana. Dulu, hal utama yang Braga prioritas kan adalah Skara dan sekarang semuanya berubah karena s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pagi hari pun tiba, Ara menunggu Jefri tak sabaran di depan gerbang rumahnya. Tak lama kemudian suara motor sport terdengar begitu nyaring itu adalah suara motor yang sangat Ara kenali. Alisnya terangkat saat yang datang bukan Jefri tapi seseorang yang tidak ia kenali?
Siapa? ia memakai pakaian serba hitam dan jaket kulit dengan lambang tengkorak du belakang nya. Jefri?
Helm terbuka menampilkan seseorang yang di tunggu-tunggu. "Kok beda motor lo?" tanya Ara melihat motor Jefri yang berbeda.
Motor sport berwarna hijau di dominasi kan dengan warna hitam. "Iya, tadi gue habis dari markas ban motor gue kurang anginnya." jawab Jefri ia memberikan satu helm full face pada Ara.
"Ihh helmnya kok bau."
"Pake aja anjirr, banyak mau lo!" Ara hanya cengingiran mendengar nya ia memakai helm itu, ia tahu jika helm ini milik Jefri tentu saja tidak berbau busuk tapi bau shampoo rambut yang sering Jefri pakai.
***
Setelah sampai di rumah Aga yang baru, Jefri pergi meninggalkan Ara yang berdiri diam di depan gerbang. Ini bukan kali pertama Ara kerumah Aga sebenarnya Ara dulu sangat sering kesini, bahkan saat Aga berada di luar negeri. Ara memang sudah pindah rumah dan tidak tinggal di komplek yang sama, tapi Ara sering mampir kesini sekedar melihat rumah Aga.
Rumahnya masih sama seperti dulu, ada beberapa tanaman mawar di depan gerbang. Di gerbang juga berada sebuah hiasan dan bel di sebelah kanan. Ara memencet bel itu satu kali dan cukup kedua kali seseorang datang membukakan pintu. Dia adalah Aga, jantung Ara berdegup begitu cepat melihat Aga keluar hanya kutangan dan bercelana pendek.
"Siapa?"
Ara tertegun. "Eh, ada buna nggak?" tanya Ara.
"Ada, mau ketemu buna? mau ngapain?"
"Mau bikin kue," jawab Ara.
Aga mempersilahkan dirinya masuk, Ara mengikuti Aga rasanya sudah lama tak menghirup wangi maskulin lelaki di depannya itu. Seperti nya parfume nya masih sama, Ara mengembangkan senyumnya mengingat beberapa memori indah bersama Aga dulu. Ara berharap Aga bisa mengingat nya kembali.
Beberapa jam Buna dan Ara berada di dapur mereka sibuk bergerak kesana kemari, mereka berencana ingin membuat kue bersama. Aga yang duduk di atas sofa seraya memandangi dua perempuan yang sibuk berada di dapur itu, dahinya mengernyit merasakan sakit di kepalanya telinganya berdenging dan perlahan sebuah memori berputar di kepalanya.
"Sebenarnya, siapa gadis itu?" monolog Aga. Setiap kali ia memilih jalan-jalan di sekitar rumah sebuah memori selalu terputar dan sekarang juga. Padahal Alisya dan buna juga pernah memasak bersama tetapi memori itu tak ada sama sekali.