Menurut Skara, Braga dulu adalah tempat berpulang paling nyamannya. Tempat dia berbagi duka dan suka. Dulu, dimana ada Skara pasti selalu ada Braga di sana. Dulu, hal utama yang Braga prioritas kan adalah Skara dan sekarang semuanya berubah karena s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara gemericik air dari toilet wanita, Ara memandangi wajahnya di depan kaca. Wajah cantik natural tanpa make up sama sekali, bibirnya yang berwarna pink dan kulitnya yang berwarna putih pucat.
"Jangan pernah dekati Braga." celetukan itu membuat Ara menoleh ke sampingnya ternyata Alisya yang baru saja datang.
Ara menaikkan satu alisnya. "Maksud lo?" tanya Ara.
"Gue tau kalau lo adalah cewek di masa kecil Aga. Dan gue bilang jangan dekati Aga! jangan buat dia ingat!" gertak Alisya.
"Terserah." Setelah mengatakan itu Ara pergi meninggalkan Alisya yang kesal sendiri.
"Gue harus nyingkirin dia." gumam Alisya.
Ara berjalan mendekati meja tempat teman-temannya duduk, ia memilih duduk di sebelah Jefri. Laki-laki itu sedang asik bermain game online di ponselnya, tangannya sangat sigap berpindah dan menekan musuh hingga ia mendapat kan kill.
"Lo bawa mobil sendiri ke sekolah?" tanya Jefri tanpa mengalihkan pandangan nya dari ponselnya.
"Gak ada penolakan." final Jefri nadanya serius membuat Ara tidak berani lagi untuk menolak.
Ara lebih memilih membuka ponselnya, memainkan apa yang bisa ia mainkan yang lainnya asik dengan obrolan. Jefri yang tiba-tiba menyenderkan kepalanya pada bahu Ara membuatnya sedikit terkejut, Ara sedikit menggeser tangannya yang terhimpit oleh tubuh Jefri.
***
Sore hari tiba Ara berada di dalam mobilnya, ia memperhatikan dua orang yang kini sedang asik berbincang. Matanya terfokus kepada cowok dan cewek yang asik mengobrol, motor sport berwarna hitam itu di penuhi obrolan mereka. Hingga Ara tersadar dari lamunannya karena Jefri yang mengetuk kaca mobilnya.
"Katanya lo mau pulang, ayo!" Ara melupakan jika Jefri akan mengikuti nya dari belakang buat berjaga-jaga.
Ara cukup heran dengan tingkah laku Jefri yang tak seperti biasanya, Jefri belum pernah se khawatir ini yang mengharuskan untuk mengikuti nya dari belakang. Ara mengangguk lalu menyalakan mesin mobilnya, perlahan mobilnya melaju keluar dari area parkiran.
Sekarang dia lebih bahagia.
Mata Ara berkaca-kaca ia menggelengkan kepalanya agar tak menangis lagi. Jefri dengan motor sport berwarna biru mengikuti nya dari belakang, tak lama kemudian beberapa gerombolan motor ikut berada di belakang mobil Ara. Jefri adalah anak geng motor yang cukup terkenal, Jefri sudah meminta agar anggotanya ikut menjaga Ara dari belakang.
"Lo selalu aman kalau sama gue, Ra." gumam Jefri.
Tanpa sadar gadis yang berada di dalam mobil tersenyum melihat mereka yang berada di belakang mobilnya dari kaca spion. Ara benar-benar merasa aman jika ada Jefri di sampingnya, perlu di ketahui Jefri itu orang nya gampang khawatir tapi kalau sudah nakal ia akan membuat emosi Ara naik.
Semua tentang Aga ia ceritakan pada Jefri, semua tangis bahkan tawa saat menceritakan tentang Aga pada Jefri ia dengarkan. Ara begitu beruntung bertemu dengan lelaki sebaik Jefri, tak pernah Ara bisa berfikir dan bergaul dengan anak motor seperti Jefri yang hobinya tawuran dan balapan bebas. Ara tak pernah bisa mengungkapkan bagaimana bisa ia bergaul dengan anak motor yang dulu ia benci?
Perlahan satu persatu motor yang mengikuti berbelok tinggallah Jefri yang masih mengikuti nya, Jefri ikut berbelok setelah memastikan Ara tiba di depan rumah dengan selamat. Dibalik helm full face itu Jefri tersenyum.
"Jef...makasihh." gumam Ara.
***
Skara Jefri, besok bisa anterin gue?
Jefri bisa. Mau kemana?
Skara Buna Aga nyuruh gue ke rumah nya katanya mau buat Aga ingat sama gue lagi.
Jefri oke. Besok pagi gue jemput, okay?
Skara okayy. Makasih, Jef.
Jefri ya sama-sama, Ra..
Akhir-akhir ini Jefri tidak lagi seperti dahulu yang selalu Menjahili nya, Ara dan Jefri bertemu di saat kelas 12 sma di neo high school. Jefri anak pindahan karena di sekolah lamanya ia selalu berulah dan paling banyak mencetak rekor di ruang bk hingga guru-guru di sana angkat tangan dan memutuskan untuk men do anak itu.
Disaat terpuruk Jefri lah tempat pelariannya, Jefri selalu siap menjadi sandaran kapanpun. Ia tak pernah merasa repot jika harus menjadi tempat bercerita dan tempat pelampiasan emosi Ara sekalipun. Bagi Jefri kesehatan, keselamatan, dan kebahagiaan Ara nomor satu. Jefri tau jika Aga banyak menyakiti Ara tapi seperti nya Aga lah sumber kebahagiaan sekaligus kesedihan gadis itu.
Jefri tidak pernah bisa menyimpulkan jika Aga lelaki jahat, Jefri bisa mengerti dari yang Ara cerita kan pada dasarnya Aga tak akan pernah melupakan masa kecilnya yang begitu indah walaupun sekarang ia sedang amnesia sekalipun.
Ara menatap langit kamar-kamarnya, ia sudah tak sabar untuk hari esok yang dimana ia akan berusaha membuat Aga ingat padanya. Ara selalu ingin berdua kembali dengan Aga seperti dahulu, Ara harap proses pengembalian ingatan Aga tidak berlangsung lama.
"Aku harap cepat atau lambat kamu harus ingat aku kembali, Ga. Maaf kalau aku egois..."
"...Liat kamu sama perempuan lain rasanya sakit banget, Ga. Aku tahu status kita cuman berteman tapi aku pernah ada di posisi itu, setidaknya jangan lakukan hal yang pernah aku lakukan bersamamu."