[⚠️NO PLAGIARISM⚠️]
"𝙅𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣 𝙜𝙖𝙣𝙜𝙜𝙪 𝙙𝙞𝙖. 𝙎𝙝𝙚'𝙨 𝙢𝙞𝙣𝙚."
•°•°•
Kendrick Brix Stephaneus─pemuda tampan yang memiliki seribu kesempurnaan. Jago dalam bertarung dan memimpin salah satu geng motor terbesar seantero Jakarta─Black Viper...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
••
"Sorry bos, lokasi cewek lo nggak bisa di lacak." kata Gema di seberang sana.
"Coba terus! gue gak mau tau harus bisa kelacak gimanapun caranya."
"Bentar gue lacak sekali lagi, semoga kali ini berhasil."
'Tut!'
Kendrick memutuskan panggilannya sepihak, laki-laki itu mengusap kasar wajahnya. Laki-laki itu tampak berantakan, di bawah matanya terdapat mata panda, rambut acak-acakan, wajahnya kusut, serta matanya yang tampak sayu.
Dia bergerak merogoh saku celananya, mengambil sebuah kalung berliontin love milik Loura. Menatap kalung itu dengan mata memerah.
"Kamu dimana...?" lirihnya serak tenggorokannya terasa tercekat, "I'm sorry, really sorry. Harusnya malam itu aku bisa nahan diri. Sekarang aku benar-benar menyesal, Lou...," lanjutnya mengangkat kalung itu lantas menciumnya.
Tubuh Kendrick bersimpuh kebawah, tangisnya perlahan pecah membasahi matanya. Dia tidak peduli akan di sebut cengeng, karena kali ini dia benar-benar hancur.
Ditinggalkan oleh perempuan yang sangat dia cintai ternyata sesakit ini.
"Aku nyesel Lou, demi tuhan, aku menyesal." lirihnya, "Tuhan ... kenapa sesakit ini." lanjutnya sambil memukuli dadanya yang terasa sesak.
"Kamu ... kamu nggak mungkin ninggalin aku sendiri, kan?"
"Sekarang biarin aku pergi. Aku gak mau lihat kamu, aku gak mau ketemu kamu, so, hubungan kita sampai sini aja."
"Tolong habis ini jangan cari aku, aku bakal pergi dari hadapan kamu. Makasih karena udah nemenin kehidupan aku walaupun sebentar."
"Aku pergi!"
"Aku sayang kamu, makasih atas luka dan kebahagiaannya!"
Tangis laki-laki itu semakin pecah saat mengingat semua perkataan perempuan itu sebelum pergi meninggalkannya. Entah kemana perginya perempuan itu sampai-sampai lokasinya tidak terlacak.
"Brengsek! lo brengsek Kendrick!"
-o0o-
-Melbourne, Australia.
Sore ini hujan tampak berjatuhan membasahi kota Melbourne. Angin berhembus kencang menciptakan hawa dingin yang menggerogoti kulit. Sore ini kota Melbourne seolah-olah tau perasaan seorang perempuan cantik yang kini sedang duduk termenung di dalam kamar seorang diri. Tatapan matanya menerawang jauh ke luar, ke titik-titik hujan yang turun ke bumi.
'Ceklek!'
Perempuan itu menoleh ke arah pintu saat mendengar suara pintu dibuka, "what's wrong with you? is there a problem?"tanya Daniel setelah menutup pintu.
"Kalo ada masalah cerita, ada aku, abang kamu!"
Loura tersenyum tipis, "Nggak papa abang." katanya membuat Daniel berdecih.
"Nggak mungkin nggak papa. Mana tiba-tiba minta balik ke Australia lagi. Ada apa, hm?" lagi, Daniel kembali bertanya kepada sang adik.
"Aku enggak papa abang, serius. I'm really fine!" serunya, berusaha untuk membuat abangnya tidak merasa khawatir pada dirinya. Bukan tidak ingin bercerita, tetapi dia belum siap untuk cerita.
"Lalu? alasan lo maksa Daddy buat balik ke Australia?"
"Gak betah di Indonesia."
Daniel tau bahwa adiknya berbohong.
"Ya, ya, ya. Terserah kamu, but, kalo kamu udah siap cerita, pasti abang dengerin!" ujarnya diangguki Loura.
Setelah Daniel keluar dari kamarnya, dia kembali merenung, merenungi hidupnya yang entah bagaimana kedepannya. Jujur, dia takut untuk melangkah lebih jauh lagi.
"Maafin Ara abang, mommy, daddy..." lirihnya, "Maafin Ara ... Ara udah ngecewain kalian." lanjutnya terisak pelan.
Demi apapun, dia takut.
***
-Besoknya.
Kendrick melangkah lebar memasuki markas Black Vipers. Wajahnya tampak kusut, di bawah matanya terdapat lengkungan hitam-menandakan bahwa pria itu kurang tidur. Anggota lain Black Vipers saat mendapati sang ketua memasuki markas pun menunduk guna menyapa pria itu yang hanya di balas anggukan singkat.
"Gem!" panggil Kendrick pada Gema.
"Ya, bos?" sahut Gema, "Gimana? bisa gak?" tanya Kendrick, memancarkan harapan di kedua matanya.
"Dari semalem udah gue coba berkali-kali, tapi tetap gak bisa kelacak bos. Kayaknya cewek lo sengaja nyuruh bokapnya buat ngehilangin jejak mereka," jawab Gema serius.
Kendrick mendesah kasar, "Benar-benar gak bisa? gak ada cara lain?"
"Gak bisa bos!"
"Shit!"
"Kok bisa cewek lo pergi?" timpal Edgar membuat Kendrick terdiam.
"Iya tuh bos! Lo ada masalah sama dia? lagi marahan? tapi gak mungkin sih cewek lo bakal pergi sampai nggak bisa kelacak kalo masalahnya gak besar. Lo ngelakuin kesalahan apa bos emangnya sampai bu bos semarah itu?" ucap Dean membuat inti Black Vipers mengangguk.
Hening.
Semua inti Black Vipers menatap kearah Kendrick dengan rasa penasarannya.
"Gue ngelakuin itu di saat cewek gue gak sadar."
BUGH!!!
Edgar spontan langsung melayangkan bogeman keras itu mengenai sudut bibir Kendrick hingga robek. Sang wakil ketua itu menggeleng tidak percaya.
"Lo setres?"
"B-bos lo ... lo serius? gue gak percaya bos sumpah!" Ryo menatap tak percaya pada sang ketua.
Kaget? tentu saja!
"Gue gak nyangka kalo lo udah sejauh itu bos, pantes aja cewek lo pergi, lo emang sebrengsek itu-"
BUGH!!!
Lagi, Kendrick kembali mendapatkan pukulan-kali ini dari Gema.
"Lo mikir gak sih bos? ANAK ORANG LO HANCURIN BEGO!" gertak Dean, "Pantesan Loura pergi, lo emang pantes di tinggalin."
"Crazy! You are really crazy. Lo udah ngehancurin masa depan anak orang, gimana hancurnya dia bos!?" sentak Theo merasa sangat emosi pada sang ketua yang menurutnya kelakuannya sangat keterlaluan.
"Ya, gue emang bego, tolol, bodoh, brengsek! Dan sekarang gue nyesel..." tubuhnya merosot kebawah, rasa sesak itu kembali menghantamnya.
"Penyesalan emang ada di akhir. Sekarang lo terima konsekuensinya, Man. Gak nyangka kalo kelakuan lo sebajingan itu." Edgar kembali menggeleng tak percaya kearah Kendrick, demi apapun dia tak percaya bahwa temannya sebajingan itu.
"Sekarang gue harus gimana...? gue nyesel."
"Biarin dia sembuhin traumanya bro. Lo disini tinggal terima karmanya aja."