Kalau pagi tadi Amora terbangun karena suara bising teman-temannya yang datang tiba-tiba atas undangan Narendra, sekarang gadis itu terjaga dari tidurnya sebab ia tak lagi mendengar celotehan yang meramaikan apartemennya.
Amora berjalan dengan langkah lebar keluar dari kamarnya, demi mendapati suasana ruang tamu yang lengang. Keheningan tersebut malah membuat hatinya menjauh dari tenang.
Lalu telinga Amora mendengar suara kertas yang dibalik, ketukan tuts keyboard yang beraturan, serta denting gelas keramik yang beradu dengan permukaan meja.
Perlahan Amora mengambil langkah maju, melongokkan kepala saat berusaha melihat seseorang yang sosoknya tersembunyi di balik kisi-kisi dinding pembatas ruang makan dan ruang tamu.
Tanpa sadar, kakinya terus berjalan, sampai kedua mata bulatnya menangkap keberadaan sang tunangan di sofa ruang tamu. Lelaki itu terlihat larut dalam rangkaian huruf yang sedang ia susun dalam layar MacBook-nya.
Refleks, sikap tubuh Amora yang sebelumnya tegang karena menduga-duga, berubah rileks dan tenang. Langkahnya juga menjadi lebih ringan saat berjalan menghampiri Narendra.
Sadar ada seseorang yang mendekat, Narendra mengangkat kepalanya. Senyuman hangat langsung terbit di wajahnya saat mendapati Amora dengan wajah khas bangun tidur yang menggemaskan.
Satu lengan Narendra terentang, siap menyambut gadisnya dalam rangkulan.
Tanpa keberatan Amora menyambut tangan sang tunangan, masuk dalam pelukan Narendra yang nyaman. Satu kecupan mendarat di pelipis gadis itu, membuat Amora terpejam sejenak.
"Yang lain pada ke mana?" tanya Amora, memainkan jemari Narendra di pundaknya.
"Mereka lagi nyiapin acara barbeque nanti malem di taman balkon apartemen," beritahu Narendra, menyandarkan pipinya pada puncak kepala Amora.
"Barbeque?" alis Amora terangkat.
"Mhm," Narendra mengangguk sekali. "Idenya Bang Galen sama Kak Maya. Sekalian katanya, acara nginep nggak seru kalau nggak ada pesta barbeque."
Bibir Amora membulat. Kakak sepupunya itu memang hobi sekali bertindak impulsif dengan isi otaknya yang penuh ide-ide ajaib.
"Kamu mau mandi dulu sebelum nyusul yang lain?" tawar Narendra.
Amora lebih dulu melihat jam dinding di atas televisi, sudah pukul empat sore lebih. Ia melepas rangkulan sang tunangan, hendak beranjak.
"Ok," gumam gadis itu singkat.
Amora menoleh pada Narendra yang masih duduk diam, seolah menunggu ucapannya yang lain. "Kamu bisa ke sana duluan, Ares. Nanti aku nyusul aja. Aku tau tempatnya, kok."
Narendra memicingkan kedua matanya, menatap Amora tidak yakin. Lelaki itu kemudian menggeleng, "Nope. Aku tunggu di sini sampai kamu siap. Bisa sambil kerjain tugas UAS yang masih setengah jadi ini juga."
Amora mengikuti pandangan Narendra pada tumpukan buku di atas meja, berjejer dengan MacBook dan secangkir kopi yang tersisa sepertiga.
"Ya udah, aku bakal mandi kilat kalau gitu," putus Amora, tak mau membuat Narendra menunggu lama.
Gadis itu beranjak dari sofa. Saat hendak mengambil satu langkah, tangan kanannya ditahan. Amora menunduk, menatap penuh tanya pada sang tunangan.
"Take your time, Ara," kata laki-laki itu lembut. "Kita bukan mau ke event formal, kok. Cuma acara bakar-bakaran kecil sama yang lain. So, no need to rush."
Amora tertegun sejenak. Ia meremas tangan Narendra yang masih menahannya sebelum akhirnya melepaskan genggaman itu.
"Alright, I'll take my time," Amora tersenyum kecil, lalu melenggang menuju kamar mandi.

KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
Teen FictionAmora cinta mati dengan Allister. Tidak, lebih tepatnya, ia tergila-gila dengan lelaki populer di SMA-nya tersebut. Segala cara Amora lakukan untuk mendapatkan Allister. Termasuk, merundung seorang siswi beasiswa bernama Hana yang mendapat perhatian...