S O N G O

53K 1.6K 15
                                    

Selamat datang dan selamat membaca

~~~*~~~

Kedua gadis cantik di sekitarnya nampak terdiam dengan raut wajah berbeda-beda.

Yang satu terperangah dengan mata berbinar menatapnya, sedangkan yang satunya lagi nampak gugup, sekilas-sekilas menatap kearahnya.

So cute!

"Adi, apa kabar nak? Tante sama om jarang ketemu kamu..."

Adinata menanggapi pertanyaan Prinka dengan santai, begitupun dengan pertanyaan basa-basi Setyo.

"Tambah ganteng aja kamu Di, sampe kesem-sem gini putri Tante."

Yang di maksud hanya tersenyum malu-malu garong, Adinata sedikit melirik pakaian Resti yang cukup terbuka di acara orangtuanya.

Heih, gadis ini apa tak kedinginan kah?!

Lirikan mata tajamnya kembali melirik kearah gadis cantik yang diam berdiri di samping mamahnya.

Sendirian.

Karena rupanya, bapaknya sudah di panggil oleh salah satu teman pekerja nya.

Satu senyuman tipis terbit, kesempatan ini!

Nyonya Saras yang mengetahui lirikan mata anaknya pun hanya mengulum senyum.

Oh Adinata, sudah ngebet banget rupanya.

"Em, Prinka. Saya ada koleksi cangkir dan teko baru, kamu mau lihat?"

Prinka yang memang menyukai barang-barang mewah langsung mengangguki semangat, kedua wanita paruh baya itu berjalan bersama berlalu dari sana.

Sebelum benar-benar berlalu, nyonya Saras sempat mengkode suaminya.

Juragan Jaya pun mengajak Setyo ikut bersamanya.

Dan kini, tinggal lah tiga anak manusia ini.

Cahaya yang sangat tak menyukai kecanggungan pun bermaksud ingin pergi dari sana, lebih baik makan kue hidangan di sini daripada berdiri canggung di samping pria tampan itu.

Gerak-gerik Cahaya di awasi lekat oleh Adinata.

Baru hendak melangkah, lagi-lagi lengannya di cekal.

Cahaya memejamkan matanya jengah, apalagi sekarang?!

Tubuhnya memutar pelan menghadap pria kekar di sampingnya.
"Mau kemana?"

Haruskah suara itu terdengar serak-serak berat menggoda begitu, hah?!!

Gadis cantik dengan dress sederhana itu nampak membasahi bibir ranum glossy nya.

Glek!

Adinata sontak menelan ludahnya kasar melihat betapa tebal dan menggodanya bibir Cahaya.

Merasa tak diperhatikan, Resti pun menyeletuk. "Mas--"

"Abang!!"

Entah dari mana asal bocah kecil ini yang sudah berdiri antar ketiganya.

Bimo.

Terlihat menggoyangkan pinggulnya ke kanan-kiri, Adinata mengernyitkan keningnya.

Kenapa dengan adiknya ini?

"Kenapa kamu?"

"Mau pipis, mamah mana sih?!" Tanyanya dengan nada tak sabar.

Adi mendapat ide cemerlang, ia menatap Resti penuh makna.

"Bang! Aku kebeleet."

Melihat adiknya yang sudah kepalang ingin buang air kecil, Adinata dengan gampangnya..
"Resti."

"Iya mas Adi?" Sahut Resti cepat, ah rasanya senang bukan main saat namanya disebut oleh pujaan hatinya.

"Kamu bisa antar Bimo buang air kecil kan, kasian dia sudah kebelet."

Eh?!

Senyum Resti yang tadi mengembang seperti adonan bolu pun kini luntur bak warna noda baju.

Mau menolak tapi ingin menjaga image-nya di depan calon suami.

Dengan senyum terpaksanya, Resti pun mengangguk. Gadis itu mengajak Bimo ke toilet.

Ah, dan kini tinggallah Adinata bersama Cahaya.

Kira-kira apa ya yang bisa mereka lakukan, sekilas pertanyaan Adinata di benaknya.

"Emm, aku--"

Suara gadisnya terdengar gugup, Adinata tak henti-henti menatap Cahaya, membuat gadis itu tambah gugup.

"A--"

"Ikut saya."

Cahaya melihat lengannya yang terlihat mungil sekali di cengkraman Adinata.

Dan, perlakuan Adinata itu tak luput dari tatapan Wisnu yang menatap putrinya dibawa oleh tuan muda keluarga ini.

'Mau dibawa kemana putriku? Apakah mereka ingin membicarakan tentang lamaran itu?'-

~bersambung

Mau dibaawa kemanaa, mbak Cahaya nyaa🤣

Mau dibawa nengndi toh mas? Awww🫣🤭

Makasih ya udah baca🤗💗

Sempatkan klik tombol bintangnya👉🏻 🌟
Biar Nana semangat update buat kalian jugaa🥹🫶🏻

See you next chapter ☺️👋🏻


Tertanda istri Massimo
~Nana🥰

Istri kecil Tuan muda Adtmajaya {21+} END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang