E N E M

52.4K 1.5K 4
                                    

hi, ketemu lagii sama Nana🤗

apa kabar kaliaann☺️🤏🏻

jangan bosan-bosan nunggu up Nana ya, dan don't forget to klik bintang kecil pojok kirii👉🏻🌟

Selamat datang dan selamat membaca

~~~**~~~

Sore harinya, Cahaya baru tiba dari bekerja.

Gadis cantik dengan body aduhai itu tengah duduk istirahat di kursi teras rumahnya.

"Capek tenan toh."

Tangannya mengipasi wajahnya yang nampak sedikit berkeringat.

Setelah cuci kaki di kran depan rumah, gadis itu pun masuk kedalam rumah.

Agaknya sang bapak belum pulang bekerja di pabrik.

Karena pintu rumah masih terkunci.

Cahaya mengambil kunci tersebut yang biasa di taruh bawah keset.

~~*~~

"Apa ini benar juragan, nak Adi-"

"Iya, saya harap kamu bisa memberikan pengertian untuk Cahaya."

"Tapi juragan, apa Cahaya pantas untuk nak Adi?"

"Wisnu, kami ndak ada patokan calon mantu harus ningrat atau bagaimana, kami selalu mendukung apapun pilihan putra-putra kami."

"Kalau memang begitu, saya akan coba bicara dengan Cahaya, juragan."

"Saya harap jawaban Cahaya memuaskan Wisnu, karena baru kali ini Adinata nampak semangat untuk menikah."

"Enggih, juragan."

~~*~~

Malam harinya, Cahaya sudah nampak menyiapkan makan malam di meja makan.

Terlihat ada pepes ikan pindang, sayur asem kembang Turi, dan tak lupa nasi jagung anget.

"Pak, ayo makan malam." Ajak cahaya sembari menuangkan nasi ke piring bapaknya.

Wisnu berjalan mendekat, jauh dalam benaknya ia sedikit bingung harus mulai dari mana ia menjelaskan ke cahaya.

"Ini pak nasinya, kerupuknya ambil sendiri nggeh."

Kerupuk ikan sudah tersaji di wadah toples kecil samping bapaknya.

Melihat bapaknya diam dan melamun, Cahaya sedikit bingung ada apa dengan bapaknya itu?

"Pak?"

"Yo nduk."

"Bapak kenopo toh, ono sing lagi dipikirin?"

Wisnu menggeleng pelan, "ndak, ayo makan."

Cahaya pun menyiapkan piring makanannya sendiri, diam-diam Wisnu memandang kearah putri nya lekat.

'Bapak lagi mikirin kamu nduk, apa yang kamu putuskan nanti, bapak selalu mendukungmu.'-

~~*~~

Tangan mulus Cahaya baru ingin membuka pintu kamar, namun urung karena panggilan bapaknya dari arah ruang TV.

"Cahaya."

Kaki mulusnya berjalan ke sumber suara, ia melihat disana bapaknya tengah duduk lesehan di ruang tv.

"Wonten nopo pak?"
(ada apa)

Wisnu menepuk-nepuk sisi samping karpet halus itu, bermaksud untuk cahaya duduk.

Gadis itu menurut, kini Wisnu menatap wajah ayu putri semata wayangnya lembut.

"Bapak mau ngomong sama kamu."

Cahaya mengangguk.

"Kamu jangan kaget yo."

Alis cahaya mengernyit heran, kaget kenapa fikirnya?

"Kamu mau dimantu juragan Jaya untuk nak Adi."

Deg!!!

Dengan sekali tarik nafas, Wisnu mengatakan beban pikiran yang sedari tadi mengusiknya.

Cahaya jelas sangat kaget, tiba-tiba saja bapaknya mengatakan demikian.

"P-pak.."

Wisnu mengangguk kecil, ia menatap Cahaya.
"Nak Adi, kamu sudah tau kan-"

"Nggeh Aya tau, tapi-- kok tiba-tiba, lanopo juga kudu Aya, pak?"
(kudu= harus)

Pertanyaan bertubi-tubi itu dilayangkan ke Wisnu, membuat bapaknya juga bingung.

Pria paruh baya tersebut menghela nafasnya sebentar sebelum menjawab, "bapak yo ndak tau nduk, juragan Jaya sanjang ke bapak. Kalau nak Adi ingin melamar kamu." (sanjang= bilang)

Mata indah cahaya membola terkejut.

"Dia ingin meminang mu menjadi istri nya."

Kini mulut Cahaya yang ternganga mendengar itu.

"Juragan Jaya koyo seneng nduk, nyawangi semangat'e nak Adi pengen nikah," (kayak)

"Sama Aya?"

"Iyo nduk."

Cahaya tak bisa berkata apa-apa, dirinya benar-benar syok!

Kelopak matanya berkedip-kedip, nafasnya sedikit memburu.

Bayang-bayang wajah Adi yang tampan berkeliaran di pikirannya, tatapan tajam tapi memabukkan itu terus menghantuinya.

Apakah sedari dulu sudah ada pertanda, kalau pria matang itu diam-diam punya maksud padanya?

"The real ceblok ketiban duren, pak."
(Kenyataan jatuh ketimpa)

Wisnu terkekeh kecil, "terus piye nduk?"

Cahaya menggelengkan kepalanya, "Aya ndak tau pak, Aya bingung mau jawab apa.."

Wisnu pun paham, putrinya butuh waktu.

"Ndakpapa, bapak tak nyuwun waktu berpikir ke pak jaya, yo?"

Cahaya tersenyum lembut, "apapun keputusan Aya nanti, bapak terimo kan?"

Wisnu tentu saja langsung mengangguk, "iyo nduk, pasti iku. Apapun keputusanmu bapak selalu mendukung."

Hati Cahaya terasa lega, setidaknya bapaknya tak akan memaksa atau kecewa nantinya apapun keputusan yang ia ambil.

                         ~bersambung

Oh, sepertinya masih abu-abu yaa dari mbak Cahaya awokawokk🤣🤭

Next nggak??

Makasih ya udah bacaa🙏🏻😉

See you next chapter😽🫰🏻

Tertanda istri Massimo
                                                                 ~Nana🥰

Istri kecil Tuan muda Adtmajaya {21+} END✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang