🥀🥀🥀
Riuh suara penjual yang menawarkan dagangannya terdengar memenuhi jalanan. Berlomba mencuri hati setiap pelanggan yang datang. Anak kecil berlarian ke sana-kemari sembari berteriak memanggil satu sama lain. Terdengar juga beberapa suara pelanggan yang bahkan meributkan barang terbatas.
"Duchess, anda kembali lagi!" seru penjual bertubuh gemuk dengan surai putih yang terkepang. Ia tidak henti menebarkan senyuman kepada Gretta dan Fredric yang setia mengawal di samping.
"Aku ingin strawberry segarmu Bentley. Aku bahkan memikirkannya terus-menerus," jujur Gretta yang diakhiri kekehan. Ia tampak melihat satu-persatu buah lainnya yang dijual oleh pedagang bernama Bentley itu.
"Sebuah kehormatan untuk saya, Duchess." Bentley bergerak cepat menyiapkan buah merah yang disukai Gretta itu.
"Saya memiliki apel hijau segar yang sangat enak, Duchess," Bentley menyodorkannya dan langsung disambut senang oleh Gretta. Bahkan sekarang apel hijau itu telah tergigit.
"Kau mau?" tanya Gretta yang kini bahkan mengangkat apel tersebut ke arah Fredric. Ia menawarkannya dengan suka hati.
"Kau menyukainya?" tanya Fredric.
Gretta mengangguk, lalu menggoyangkan apel tersebut yang masih ia sodorkan ke arah Fredric.
"Tuan, bisakah saya membeli semua apel hijau dan strawberry itu?" tanya Fredric yang membuat Gretta membelalakkan kedua matanya.
"Ini adalah berkah yang tidak akan pernah saya lupakan. Terima kasih Duke. Saya akan menyiapkannya dengan cepat," ujar Bentley yang kini bahkan mengusap kedua sudut matanya.
"Daroll! Cepat siapkan pesanan Duke dan Duchess kita!" perintahnya yang langsung dipatuhi oleh pria muda yang sejak tadi sibuk menyusun buah.
"Duke, bukankah pasokan buah di dapur selalu bertambah?" ujar Gretta setelah mereka berlalu pergi dari pedagang buah tadi.
Fredric melirik sekilas, "jika kau tidak bisa menghabiskannya, bagikan saja."
Gretta pikir pria di sampingnya ini terlalu bersemangat. Dia jadi bingung, sebenarnya yang ingin belanja itu dirinya atau justru Fredric.
"Kita sudah sampai." Fredric memecah pikiran Gretta. Memberitahu bahwa mereka telah berdiri di depan toko kue yang sering dikunjungi oleh Gretta selama di wilayah Valtor.
Kedua alis Gretta menyatu, "Darimana kau tahu?" herannya. Kini bahkan Gretta telah melemparkan tatapan curiga.
"Kau pasti pernah kesini!" tuduhnya sembari menyenggol tubuh Fredric dengan bahunya.
"Tidak," jawab Fredric cepat.
Gretta semakin memajukan wajahnya dengan sedikit berjinjit, "Dengan siapa?" selidiknya yang tentu langsung mendapat dengusan dari Fredric.
"Jauhkan pikiran konyolmu itu!"
Setelah mengatakannya, Fredric langsung masuk meninggalkan Gretta yang sudah memberi sumpah serapah. Walau hanya di dalam hati saja. Mana berani Gretta mengatakannya di tempat ramai seperti ini. Bisa-bisa tersebar rumor aneh.
Berbeda seperti pelanggan lainnya, mereka langsung dilayani oleh pemilik toko. Seorang Countess yang memang meneruskan usaha keluarganya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Duchess of Valtor
Historical FictionGretta Quinley harus menyandang gelar Duchess of Valtor atas paksaan kakaknya. Mengubur semua impiannya untuk menjadi Ratu di masa depan bersama sang kekasih, Putra Mahkota Kekaisaran Douglas. Gretta pikir menikah dengan Duke Fredric Caradoc of Val...