Chapter 8

8.1K 810 24
                                    

Izal sudah masuk kedalam ruangan yang katanya tempat interview itu. Terlihat banyak mata yang memandangnya dan itu membuat dia merasa tidak nyaman.

Tentang si kembar, mereka hanya mengantar Izal sampai depan pintu sahaja. Setelah itu pergi bersama Bi Nari meninggalkannya pada ruangan ini.

"Ekhem, baik jadi kita mulai imterviewnya" ucap Henri, sebenarnya interview ini hanya formalitas belaka, karena Izal sudah berhasil melewati ujian.

Izal mengangguk, pertanyaan demi pertanyaan Izal jawab dengan percaya diri. Sebab kemarin saat sedang main di warnet, Izal sekalian mencari bagaimana cara interview dengan baik.

Sehingga kini Izal tak merasa kesusahan saat menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan padanya.

Meskipun Izal tak menjawab dengan baik, mereka juga tetap menerimanya karena adanya ujian yang diberikan pada Izal.

Selesai sudah interview dilakukan mereka. Tetapi sebelum hendak beranjak pergi Henri berkata.

"Untuk hasilnya saya akan mengirimnya lewat email, jadi mohon untuk menuliskan terlebih dahulu data ini" Henri sembari menyerahkan selembar kertas yang harus diisi oleh Izal.

"Tapi, saya gak punya hp, pak" ucap Izal memberitahukan Henri yang akan mengirimkan hasilnya email.

Ahh, Henri lupa akan hal itu. Dia merasa bersalah, tetapi raut wajahnya tak menunjukkan hal itu.

"Kalo begitu, untuk hasilnya kita tunggu besok, jika ada yang menjemputmu berarti tanda kamu lolos" ucap Henri.

Izal mengangguk mengerti, lalu mulai mengisi setiap pertanyaan yang ada formulir itu. Semuanya diisi dan hanya meninggalkan dua pertanyaan yang tak diisi oleh Izal.

Yaitu pertanyaan yang menanyakan nomor hp dan emailnya. Izal kan gak punya keduanya jadi dia kosongkan saja.

Setelah mengisi formulir itu, Izal menyerahkan kembali pada Henri. Dan dicek kembali, takutnya ada kesalahan.

"Kau, boleh pergi" ucap Henri.

Izal mengangguk lalu izin pergi meninggalkan ruangan tersebut. Saat keluar, di balik pintu terdapat kedua sosok anak kecil yang tadi bertemu dengannya.

Itu Revinn dan Rylan, mereka berdua telihat seperti menunggu Izal hingga akhir interviewnya. Izal tentu bingung kenapa mereka berdua menunggunya.

"Apa kalian menungguku?" Tanya Izal memastikan.

Revinn dan Rylan mengangguk dengan tangan mereka saling bertautan menggenggam satu sama lain.

"Apa ada yang kalian butuhkan?" Tanya Izal lagi.

"Kakak, apa kita boleh memakan permennya?" Tanya Revinn dan Rylan menatap ke arah Izal dengan tatapan yang khawatir.

Entah apa yang dikhawatirkan oleh mereka berdua, tetapi Izal memilih tidak bertanya apapun.

Dan kenapa pula mereka meminta izin untuk memakan permennya, kan itu sudah hak mereka. Tetapi Izal tetap menjawabnya.

"Tentu saja boleh" ucap Izal dan hendak mengusap surai kedua anak kembar tersebut.

Revinn dan Rylan melihat tangan yang melayang itu refleks menunduk sambil menutup mata dan membuat badan keduanya bergetar.

Izal melihat itu tentu saja merasa bertambah bingung. Tetapi tetap melanjutkan aksinya untuk mengusap surai Revinn dan Rylan.

Si kembar yang dikira akan dipukul oleh Izal langsung terkejut, bukannya pukulan yang mereka terima tetapi hanya usapan kepala yang membuat mereka nyaman.

BabysitterBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang