Chapter 6

8.2K 796 9
                                    

Izal menghampiri asal suara tangis tersebut dan melihat ada seorang anak perempuan yang sedang berdiri dengan luka dikedua lututnya.

Dihampirinya oleh Izal sosok anak kecil tersebut.

"Adek? Kamu gapapa?" Tanya Izal yang kini sudah dihadapan anak kecil tersebut sambil berjongkok mnyamakan tingginya dengan anak kecil itu.

"HUAAA!!! Kaki Ira cakit" tangis anak kecil itu yang sekarang kita ketahui bernama Ira.

"Kenapa bisa sakit?" Tanya Izal.

"Jatuh di cini" jawab Ira menunjuk tempat dimana dirinya jatuh lalu menunjuk ke arah kupu-kupu masih dengan tangisnya.

Meski penjelasannya tidak spesifik tetapi Izal mengerti maksudnya.

"yang mana sakitnya?" Tanya Izal lagi dengan lembut dan tentu saja Izal tahu bagian mana yang sakit.

Tetapi Izal tanya agar Ira menunjukkan lukanya sehingga anak itu berhenti menangis.

"Yang ini, cama yang ini" ucap Ira sambil menunjukkan luka dilututnya yang berdarah. Ira akhirnya berhenti menangis seperti yang Izal pikirkan dan sekarang hanya menyisakan sesenggukan kecil.

"Kakak obatin yaa?" Izal bertanya sembari mengeluarkan kotak p3k kecil didalam tas kecilnya.

"Gak Mau!!! Cakit!!" Ucap Ira sambil menutup luka di kakinya dengan tangan dan menatap marah pada Izal dengan muka yang merah serta mata yang masih berkaca-kaca.

"Kenapa gak mau? Nanti kalo gak diobatin kakinya dipotong, loh" ucapnya menakut-nakuti agar menurut.

Izal hanya tidak ingin anak dihadapannya ini lukanya bertambah parah jika tidak diobati dengan segera.

"Beneran?" Tanya Ira dengan raut wajah yang ingin menangis lagi.

"Iyaa beneran! Jadi maukan diobatin? Nanti kalo udah diobatin kakak kasih kamu permen"

Mendengar kata permen tentu saja Ira langsung setuju, meski dengan takut-takut memberikan lututnya pada Izal.

Setelah melihat Ira mengangguk, pertama Izal menyuruh Ira duduk terlebih dahulu dengan lulut yang ditekuk.

Setelah itu Izal langsung membersihkan lukanya dengan air yang dibawanya terlebih dahulu lalu dikeringkan memakai tisu.

Saat di bersihkan dengan air, Ira mengeluarkan air matanya merasakah perihnya luka tersebut, tetapi tak ada suara isak tangis yang keluar hanya suara sesenggukan saja.

Setelah kering, Izal membuka betadine menuangkan pada tisu baru lalu di tepuk-tepuk dengan lembut dan perlahan sembari ditiup oleh Izal. Dan terakhir dipakaikannya hansaplast agar lukanya tidak terkena debu.

"Dan selesai! Ini permennya karena Ira udah mau diobatin lukanya!" Ucap Izal memberi permen rasa susu kepada Ira seperti janjinya tadi.

Ira senang sebab dikasih permen, tetapi tiba-tiba saja Ira kembali murung. Melihat Ira kembali murung Izal mengusap kepala Ira lalu bertanya.

"kenapa?" Tanya Izal.

"Kakak! Ira mau ke nenek" ucap Ira menatap kepada Izal.

"Emangnya nenek Ira di mana?" Tanya Izal sambil mengangkat Ira ke dalam gendongan sampingnya.

Ira kemudian menunjuk ke arah mansion, mengerti maksud dari Ira, lalu Izal berjalan hendak mengantar Ira untuk pergi ke neneknya.

Sepanjang jalan menuju mansion tersebut banyak di iringi dengan ocehan dari Ira dan selalu dibalas oleh Izal. Tanpa diketahui oleh Izal dan Ira terdapat tiga sosok mengikuti mereka dari jauh.

BabysitterBoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang