"Kau mau kencingin dia?" Karina tertawa.

"Hmm. Ya, biar aku bisa bilang seumur hidupnya aku kencingin dia." Jisoo tertawa. "Dia pasti akan sangat benci padaku."

"Kau idiot."

"Aku tahu," Jisoo menyeringai bangga. "Shh. Dia datang," Bisik Jisoo, berusaha duduk senormal mungkin, tetapi malah duduk seperti orang bodoh yang sok keren. "Joohyun!"

"Nona Joohyun," Sapa Karina menundukkan kepalanya di hadapan bosnya yang menyeramkan, sementara Jisoo memutar bola matanya.

"Bukankah seharusnya kau bekerja?" Tanya Joohyun. "Kurasa orang yang bekerja kurang dari sepuluh menit tidak perlu istirahat." Dia mengejek melihat jam tangannya.

"Aku setuju denganmu," Jawab Jisoo meneguk kopinya agar efeknya lebih terasa, tanpa repot-repot bergerak. "Jam tanganmu bagus." Ia menghela nafas, mengalihkan topik, membuat Joohyun sedikit lengah saat melihat jam tangan perak miliknya itu.

"Terima kasih," Alis Joohyun berkerut sementara matanya melirik Karina sebelum kembali ke Jisoo.

"Apakah ada fitur kerennya?" Tanya Jisoo lagi. "Sekarang banyak fiturnya, kan?"

"Tidak juga," Ucap Joohyun bingung. "Hanya tahan air hingga 50 meter." Ia mengangkat bahu acuh, hanya itu yang ia ingat selain jam itu bisa menunjukkan waktu.

"Ah," Jisoo mengangguk sementara Karina menatapnya lebih bingung daripada Joohyun. "Apa kau membelinya kalau-kalau kau gemuk dan mulai tenggelam?" Tanya Jisoo serius.

"Kembali bekerja, Jisoo!" Bentak Joohyun, kebingungannya langsung lenyap saat rahangnya mengeras. "Sekarang."

"Okay, Bos," Jisoo memberi hormat kembali bersandar di kursinya. "Setelah kopi ku ini habis."

"Kau beruntung jika besok masih ada pekerjaan."

Joohyun keluar dari ruangan dengan marah, menuju ke tempat yang Jisoo duga adalah kantor Jennie. Jisoo hanya menggelengkan kepalanya sambil tertawa karena dia tahu Jennie tidak ada di sana, dan merupakan alasan utama mengapa dia sendiri juga tidak ada di sana hari ini. Bahkan jika dia ingat bukunya, dia mungkin tidak akan bisa belajar hari ini meskipun jika Jennie ada di ruangannya.

"Aku belum pernah melihatnya semarah ini!" Karina tertawa dengan mata terbelalak. "Bagaimana kalau dia memecatmu?"

"Dia bukan bosku." Jisoo mengangkat bahu. "Dia tidak mau jadi bosku."

"Setelah hal barusan, aku benar-benar ingin membelikanmu minuman," Seru Karina. "Beberapa dari kita akan keluar malam ini. Hanya minum-minum di bar lokal. Kau harus ikut."

"Entahlah," Kata Jisoo memiringkan bibirnya.

"Ayolah. Ini hari Jumat, besok tidak ada pekerjaan, lagipula hanya untuk beberapa minuman."

"Baiklah." Jisoo setuju. "Hanya beberapa. Aku masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan."

"Hanya beberapa." Karina setuju, meletakkan cangkirnya di atas meja. "Kau bisa bertemu denganku di resepsionis setelah selesai, kita akan pergi dari sana."

"Baiklah, sampai jumpa."

***

Jennie seharian ini bekerja di luar kantor dan Jisoo membencinya. Dia sudah membuat lebih dari satu alasan untuk kembali ke lantai lima puluh lima hanya untuk melihat apakah dia bisa melihat sekilas wanita berambut cokelat itu atau hanya mengobrol sebentar, apa pun, sungguh, dia hanya ingin bertemu dengan Jennie setelah tadi malam.

Saat pukul lima tiba, Jisoo melakukan pemeriksaan terakhirnya di lantai atas, melewati karyawan yang berlarian, tetapi saat Jisoo berjalan ke ujung lorong, dia sudah bisa melihat Jennie tidak ada di sana. Dia berbalik perlahan, merasa lebih kecewa daripada beberapa saat yang lalu sambil menekan tombol lift. Dia akan mengiriminya pesan nanti saja, pikirnya saat pintu lift terbuka.

"Nona Kim,"

Jisoo kenal suara itu, ia mendongak, bertemu dengan tatapan mata kucing dan senyum lembutnya.

"Jennie," Sapa Jisoo.

"Sudah selesai?" Tanya Jennie keluar dari lift di samping Jisoo, sementara si rambut gelap hanya berdiri di sana.

"Ya. Aku hanya mengambil jaketku." Jisoo berbohong agar Jennie tidak tahu dia hanya ingin melihatnya.

"Bisa bicara sebentar di kantorku?" Tanya Jennie sambil menunjuk ke arah ruangannya, sementara Jisoo mengangguk.

Mereka melangkah di koridor dalam diam, sementara Jisoo tidak yakin apakah ia lebih gugup atau cemas. Entah Jennie hanya ingin berbicara dengannya karena ingin bertemu dengannya, atau Joohyun yang sudah berbicara dengan Jennie dan ia mungkin akan kehilangan pekerjaannya.

"Apa kau bicara dengan Joohyun hari ini?" Tanya Jisoo santai.

"Tidak," Jawab Jennie menutup pintu di belakangnya. "Ponselku mati seharian, aku sibuk rapat."

"Makanya kau tidak ada di sini," Kata Jisoo bersandar di meja Jennie, berbalik menghadapnya.

"Kau mencariku?" Jennie menyeringai.

"Sulit untuk tidak menyadarinya saat kau tidak ada di sini," Aku Jisoo membuat mata kucing itu berbinar-binar sementara Jennie melangkah lebih dekat ke arahnya.

Tangan Jisoo terulur agar Jennie menariknya sedikit lebih dekat hingga mereka berdua terpaku dengan mata cokelat yang lebih terang dari sebelumnya dan mata kucing dengan kilauan yang telah hilang sepanjang hari.

"Kau mendengkur," Bisik Jennie tanpa alasan yang jelas, membuat Jisoo tertawa.

"Kau menyadarinya."

"Sedikit." Jennie bercanda otomatis mendekat ke arah Jisoo.

Bibir Jisoo mendarat di bibir Jennie dengan hangat dan menggoda.

Apakah salah mendambakannya seharian ini setelah hanya tiga kali keluar kencan dan semalaman bercinta?

Saat Jennie menjilat bibir bawah Jisoo, Jisoo menarik dirinya, membuat Jennie merengek manis.

"Lucu sekali," Goda Jisoo mengangkat alisnya, disambut tatapan tajam dari Jennie.

"Kenapa kau menjauh?" Jennie mengerutkan keningnya, mencondongkan tubuhnya ke depan, hanya untuk Jisoo yang menarik diri lagi sambil tertawa.

"Aku lupa menggosok gigi pagi ini." Jisoo mengaku wajahnya sedikit memerah saat Jennie mengernyitkan hidungnya dengan bercanda. "Aku tidak bisa mengundangmu masuk ke mulutku sekarang." Jisoo terkekeh. "Aku ingin kau hidup."

"Aku juga ingin diriku hidup." Goda Jennie.

"Diam." Jisoo merengek.

"Apa yang kau lakukan malam ini?" Tanya Jennie mengecup bibir Jisoo.

"Aku sebenarnya mau keluar minum dengan Karina malam ini." Jisoo menghembuskan nafas lelah.

"Oh," Jennie mengerutkan kening, lengannya menjauh menatap kosong ke mata cokelat di depannya. "Aku tidak tahu." Nadanya berubah saat lengannya terlepas dari tubuh Jisoo, melangkah mengitari mejanya dan berdeham. "Semoga malammu menyenangkan." Jennie mengangkat kepalanya sebentar sebelum meraih kertas di mejanya.

"Apa yang baru saja terjadi?" Jisoo mengerutkan kening bingung.

"Bukan apa-apa." Jennie menjawab dengan posisi tegak, menelan ludah. ​​"Aku tidak tahu kau dan Karina masih-" Jennie berdeham, tidak ingin menyelesaikan kalimatnya, membuat Jisoo semakin mengerutkan keningnya. "Aku tidak tertarik seperti itu," Kata Jennie tegas lagi. "Seharusnya kita bicara jujur sebelumnya."

"Tertarik seperti itu?" Tanya Jisoo. "Apa maksudnya?"

"Aku tidak tidur dengan siapa pun tanpa hubungan."

"Dan kau pikir aku begitu?" Jisoo mendengus. "Apakah itu caramu memanggilku seperti jalang?"

"Jangan membuatku salah bicara, Jisoo," Kata Jennie tajam. "Aku tidak menyangka kau masih bersama Karina juga."

Jisoo malah tertawa. Dia tertawa, menggelengkan kepalanya dan menjauhkan diri dari meja Jennie.

"Aku tidak bersamanya," Jawab Jisoo singkat. "Tapi terima kasih karena mengatakannya," Ucap Jisoo, berbalik dan melangkah keluar kantor.

Sementara Jennie membiarkan kertas-kertas itu jatuh ke atas mejanya.

TBC...

The InterviewWhere stories live. Discover now