40

45.8K 1.6K 365
                                    

Gavin berjalan keluar dari mobil hitamnya. Setelah menempuh perjalanan satu setengah jam akhirnya dia sampai di depan gedung besar yang menjulang tinggi di ibu kota.

Ia menatap gedung itu dengan perasaan campur aduk.

Sudah sekian lama ia tidak menginjakan kakinya di gedung besar ini. Terakhir kali ketika menemani mamanya mengantar bekal papanya.

Baiklah hanya ini jalan satu-satunya.

Ia berjalan masuk pada lobby utama, menatap lurus kedepan tanpa memperhatikan tatapan sekelilingnya.

"Saya ingin bertemu dengan beliau"

Dua petugas resepsionis yang awalnya terperangah langsung sadar ketika anak bos mereka berdiri didepan mereka.

"B-baik tuan muda"

Ya siapa yang tidak tau Gavin? meskipun tidak pernah menginjakkan kakinya setelah bertahun-tahun tetapi wajah pria itu akan sering terpampang pada layar televisi di kantor mereka.

Papanya atau Marko Wijaya sudah mengatur itu semua.

Wajah Gavin dengan seluruh penghargaanya.

Resepsionis perempuan dengan name tag 'Denna' itu buru-buru mengantar anak bosnya. Ia merasa gugup karna pesona Gavin.

Padahal Gavin masih SMA tapi entah mengapa aura ceo muda mulai terasa pada anak muda ini. Itulah batin Resepsionis itu.

"Mari tuan"

Ia mempersilahkan Gavin untuk masuk duluan pada lift dan langsung ikut untuk mengantar tuan mudanya.

"Silahkan, Tuan Marko ada didalam"

Begitu mengucapkan kalimat tersebut resepsionis itu meninggalkan Gavin dengan dada yang berdegup kencang, sedikit merasa salah tingkah.

Kembali pada Gavin.

Ia meremas tangannya, memantapkan hatinya lalu mendorong pintu besar itu.

Marko Wijaya yang tak lain adalah papanya.

Pria berusia 40an tahun itu berdiri membelakangi Gavin. Ia menatap pemandangan ibu kota dari jendela kacanya.

Menunduk sebentar dan menampilkan smirknya. Sudah lama Anak semata wayangnya ini tidak menginjakan kantornya lagi.

Dulu saja ia dengan istrinya akan rajin untuk datang kekantor ini, namun karna sudah meninggal, Marko juga jarang berada di kantor ini. Ia lebih sering berpergian ke luar negri untuk mengurus bisnisnya.

"Ada apa?" Suara berat dan pelan itu menusuk indra pendengaran Gavin.

Gavin hanya diam, menatap punggung papanya.

Tidak mendapatkan respon apapun Marko berbalik perlahan menghadap Gavin.

Menatap pria dengan duplikat wajahnya. Ia sangat mirip dengan Gavin sewaktu masih masa Remaja. Hanya saja Gavin lebih tinggi di usianya sekarang.

Dengan tangan yang senantiasa didalam kantor Marko mendekat. Ia menatap mata tajam yang sama dengan miliknya.

"Katakan, apa yang kau inginkan?"

Suhu udara yang dingin menjadi semakin dingin akibat dua pria yang tidak memancarkan aura menyenangkan.

"Aku butuh bantuan, papa"

Marko tersenyum lalu menutup matanya perlahan. Ya dia tau anaknya ini memang mirip dengannya.

Ia akan membuang harga dirinya hanya untuk seorang perempuan. Sama seperti yang Marko lakukan untuk mendapatkan Mama Gavin.

Ia juga melakukan segala cara untuk mendapatkan hati Mama Gavin.

ah ia jadi merindukan istinya, sayangnya mereka tidak mungkin bisa berjumpa lagi.

Marko menatap Gavin lalu menepuk pundak pria itu dengan pelan.

"Papa tau, papa akan bantu kamu. Yaa hitung-hitung ini imbalan kamu karna sudah menuruti keinginan papa untuk selalu menjadi juara"

Gavin hanya diam, tidak bereaksi apapun.

"Tapi, jelaskan sedikit seperti apa perempun yang sudah mendapatkan hati mu?"

Gavin mengalihkan tatapnya. Ia menatap pada arah lain sambil mengingat kembali tatapan ceria Aneska.

"Dia seperti.. Mama"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GAVIN 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang