- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Karel dan Revan tiba di lokasi yang dituju tak lama kemudian. Keduanya mengikuti petunjuk jalan yang diarahkan oleh Ketut dan Gede. Hutan di belakang rumah Ariti benar-benar menjadi tempat pertarungan. Keduanya tak mau berbasa-basi dan langsung ikut menyerang bersama yang lainnya. Revan mencoba menebas kaki Ariti dengan parang peraknya, sementara Karel juga berusaha menebas bagian lengannya dengan pedang jenawi. Sayangnya, kedua tebasan itu berhasil dihindari oleh Ariti dengan sempurna. Membuat Revan maupun Karel langsung berpikir keras soal cara membuatnya tumbang.
Mereka pun mundur dari pertarungan selama beberapa saat. Mereka jelas perlu berunding, sebelum kembali bertarung dengan Ariti. Mundurnya keenam orang itu pun digunakan oleh Ariti untuk merapal jampi-jampi. Ia merasa diberi kesempatan untuk lebih memperkuat diri, tanpa tahu kalau saat itu seseorang sedang berupaya menghancurkan ritual yang dijalaninya di dalam rumah. Ariti tetap tenang, meski sejak tadi ia tidak lagi melihat keberadaan Ruby.
"Sejak tadi kami kesulitan menyerang dia, Rel. Hanya beberapa kali serangan dari kami berhasil mengenai tubuhnya," lapor Iqbal.
"Ya. Itu pun yang berhasil mengenai tubuhnya hanya serangan yang diiringi aliran energi. Jadi sejauh ini, hanya Samsul dan Nadin yang berhasil menyerang dia. Aku dan Iqbal gagal total," tambah Reva, sambil mencoba mengatur nafasnya yang masih naik-turun.
Mendengar laporan itu, Karel pun segera mencoba untuk memikirkan jalan paling baik yang bisa mereka tempuh. Seluruh anggota tim yang ada di sisinya saat itu tidak boleh patah semangat, hanya karena Ariti sangat sulit diserang. Mereka tidak boleh kehilangan kepercayaan diri, agar pekerjaan kali itu benar-benar bisa dituntaskan seperti biasanya.
"Kalau begitu hanya ada satu jalan," ujar Revan, sambil memainkan parang peraknya tanpa mengalihkan tatap dari Ariti. "Satu atau dua orang harus fokus mengalirkan energi pada yang akan bertarung. Satu orang yang memiliki energi harus tetap ikut bertarung, karena dengan begitu dia tidak akan menyadari ketika ada energi tambahan yang berasal dari salah satu lawannya. Dengan begitu pula, dia akan cepat terpojok dan bisa kita tumbangkan."
Karel pun mengangguk-anggukkan kepalanya, usai mendengar masukan dari Revan. Saran yang Revan cetuskan bukanlah saran biasa. Revan sudah mengamati keadaan sekitar dan juga pergerakan Ariti sejak baru tiba di sana. Iqbal dan Samsul juga langsung memahami, bagaimana jalannya pertarungan yang baru saja Revan gambarkan. Revan jelas seorang pemikir yang andal, sehingga mereka selalu merasa ringan apabila Revan sudah ikut di tengah pertarungan.
"Ya. Itu ide yang bagus, Van. Kalau begitu sekarang tugas Samsul dan Nadin adalah mundur dari pertarungan. Kalian berdua sudah mengeluarkan energi sejak tadi dan Nenek tua itu tahu persis kalau kalianlah yang memiliki energi di antara anggota tim yang lain. Jadi tugas kalian selanjutnya adalah menjadi pengecoh. Kalian harus mengalirkan energi kepada Iqbal, Revan, dan Reva agar mereka bisa mendaratkan serangan di tubuh Nenek tua itu. Aku sendiri akan menyerangnya dengan beberapa ajian yang bisa kukeluarkan tanpa dia tahu. Jadi, akulah penyusupnya. Aku akan menjadi ujung tombak kalian semua hari ini," jelas Karel.
"Setuju," sahut Iqbal dengan cepat. "Hanya kamu yang tidak dia ketahui memiliki kemampuan sama dengan Samsul dan Nadin. Itu adalah nilai lebih untuk pergerakan kita dalam pertarungan ini."
Setelah sepakat dengan rencana itu, mereka segera mengambil posisi masing-masing dan mulai kembali menyerang ke arah Ariti. Ariti yang saat itu masih merapalkan jampi-jampi pun merasa terkejut dengan serangan yang datang ke arahnya. Samsul dan Nadin mengalirkan energi mereka dari belakang, sehingga kini Reva, Iqbal, dan Revan tak lagi meleset ketika memberikan serangan pada tubuh Ariti.
SLASH!!! SLASH!!! SLASH!!!
"ARGGHHH!!! SAKIT!!!" jeritnya.
Darah segar mulai menetes dari luka-luka yang dihasilkan oleh sabetan senjata milik Iqbal, Revan, dan Reva. Karel sendiri ikut menyerang ke arah Ariti ketika ajian yang ia siapkan sudah benar-benar bisa dilepaskan ke arah Nenek tua tersebut.
BLAAAMMMM!!!
Ariti pun terlempar ke arah belakang, sehingga kini tak lagi berada di posisinya yang sejak tadi ia pertahankan. Hal itu membuat keenam anggota tim yang sedang melawannya bisa melihat, bahwa sejak tadi Ariti ternyata berlindung di tengah lingkaran sebuah bentangan kain bersimbol rerejahan. Kain itu tadinya tidak terlihat oleh siapa pun. Namun ketika Ariti terlempar dari posisinya, kain itu akhirnya bisa terlihat.
"Wah ... dia main curang rupanya," desis Reva, merasa tidak terima.
"Sudah kuduga, sih. Enggak mungkin sejak tadi dia bertarung bersama kita tanpa melakukan kecurangan," sahut Iqbal, sama kesalnya dengan Reva.
Ariti berusaha bangkit lagi, meski tubuhnya saat ini terasa sangat sakit. Ia baru saja hendak memberi serangan balasan, saat telinganya mendengar sesuatu yang seharusnya tak ia dengar.
BOOMMM!!!
Tatapan Ariti maupun seluruh anggota tim yang sedang melawannya kini terarah pada rumah yang sedang Ruby masuki. Ariti kini bisa merasakan bahwa ritual yang sedang ia jalani untuk merenggut nyawa Arsyad telah digagalkan. Pada saat itulah ia baru menyadari, bahwa ada satu orang yang tidak lagi terlihat olehnya sejak awal pertarungan tadi. Ariti pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia memilih segera melarikan diri dari tempat itu. Meski ritual perenggut nyawa yang ia lakukan telah digagalkan, setidaknya ritual yang ia jalani untuk berubah menjadi leak tidak terganggu sama sekali. Dalam pikirannya masih ada Made yang bisa ia jadikan sasaran, meski bukan untuk ia ambil nyawanya. Ia hanya perlu melanjutkan upaya ngelekas malam nanti, agar dirinya benar-benar menjelma menjadi leak yang sempurna.
Ruby keluar dari rumah itu tak lama setelah suara ledakan tadi terdengar. Ia menatap bingung ke arah seluruh anggota timnya, yang ternyata sudah tidak bertarung lagi.
"Pertarungannya sudah selesai?" tanya Ruby.
Samsul pun menoleh ke tempat Ariti berada terakhir kalinya.
"Hei! Nenek tua itu kabur!" seru Samsul, yang baru menyadari kalau Ariti sudah tak ada di sekitar mereka.
Semua orang segera mencari keberadaan Ariti ke semua penjuru hutan itu. Namun hasilnya nihil. Ariti tak lagi bisa mereka temukan setelah memilih melarikan diri. Mereka kehilangan jejaknya, karena Ariti sendiri yang menginginkan demikian.
"Dia pasti memilih menyerah dan lari, setelah ritual perenggut nyawa yang dia lakukan berhasil dipatahkan. Dia memilih lari karena tahu bahwa ritual yang dia lakukan untuk menjadi leak juga terancam gagal, jika tetap memaksa untuk melawan kita," ujar Karel.
"Intinya saat ini nyawa Arsyad sudah tidak lagi terancam. Gagal atau tidaknya kita menghentikan Odah Ariti menjadi leak, itu jelas sudah berada di luar pekerjaan kita," tambah Ruby.
"Kalau begitu, sebaiknya kita kembali ke rumah Pak Yunus, 'kan? Kita harus mendampingi Arsyad terakhir kali, sebelum kita semua pulang ke Jakarta. Benar, 'kan?" tanya Reva.
"Ya. Sebaiknya kita memang segera kembali ke rumah Pak Yunus. Ayo, sebaiknya kita pergi dari sini sebelum langit mulai gelap," ajak Iqbal.
Jejak Ariti benar-benar tak lagi terlihat. Dia sudah berada jauh dari rumahnya dan mungkin tidak akan pernah kembali lagi.
* * *
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...