26 | Ritual Perenggut Nyawa

622 70 10
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Ruby berhasil menyelinap ke dalam rumah Ariti yang pintu belakangnya sama sekali tak terkunci. Ariti saat itu benar-benar hanya fokus pada pertarungan yang sedang terjadi. Apa yang dilakukan oleh Samsul, Reva, Iqbal, dan Nadin berhasil memecah konsentrasinya, hingga tak menyadari bahwa Ruby telah memisahkan diri dan masuk ke rumahnya. Ariti berusaha terus menghindari serangan senjata dari Reva dan Iqbal sekaligus menghindari serangan tenaga dalam dari Nadin dan Samsul.

Ponsel milik Ruby bergetar saat ia baru saja menutup kembali pintu rumah Ariti. Ia segera mengeluarkan ponselnya dari dalam saku, lalu membaca pesan masuk dari Karel.

KAREL
Oke. Aku dan Revan akan segera memulai ruqyah terakhir pada Arsyad. Kabari aku lagi, jika ada hal yang perlu kami ketahui di sini.

Ruby segera mengetik balasan secepat mungkin, lalu kembali fokus pada pencarian ruang atau tempat ritual yang Ariti lakukan. Ia berjalan pelan sambil mengamati setiap sudut yang dilewatinya di dalam rumah itu. Ada banyak sekali kain putih dengan simbol rerejahan, yang sempat Arsyad sebutkan ketika sedang menceritakan soal wujud Nenek yang dilihatnya di area dalam kuburan. Ruby mengambil banyak foto bagian dalam rumah itu dan mengirimnya pada Karel. Ia terus berjalan tanpa memasuki ruangan mana pun. Tatapannya kini tertuju pada arah datangnya kepulan asap putih. Langkahnya juga mengarah ke sana, seiring dengan firasat yang menuntun hatinya.

Ketika ia akhirnya tiba di bagian tengah rumah itu, pada saat itulah ia melihat serangkaian proses ritual yang selama ini tak pernah dilihatnya. Ia kembali mengambil foto tempat proses ritual itu berlangsung, lalu mengirimnya kepada Karel. Ruby mencoba mengenali apa-apa saja yang ada di atas meja ritual tersebut, namun tak lama ia merasa kalau kaki dan perutnya mendadak kram.

"Oh, astaghfirullah. Kuatkan aku, Ya Allah. Sebentar lagi. Hanya sedikit lagi. Jangan buat aku tumbang di sini, Ya Allah. Jangan buat aku tumbang ketika pekerjaanku belum benar-benar tuntas," doa Ruby, membatin.

Di rumah Yunus, Karel segera membuka ponselnya setelah proses ruqyah terakhir terhadap Arsyad selesai. Pesan dari Ruby adalah satu-satunya yang menghiasi layar ponsel itu. Revan masih membersihkan muntahan kelabang dari dalam ember. Pria itu sempat melihat ke arah Karel beberapa saat, namun kembali fokus pada pekerjaannya dan tidak bertanya-tanya.

RUBY
Ya. Akan segera kukabari.

RUBY
Rel, coba lihat semua foto yang aku kirimkan padamu. Apakah menurutmu yang kulihat saat ini adalah simbol rerejahan?

Karel pun segera memeriksa satu-persatu foto kiriman Ruby. Ia mencoba menggunakan Google Lens, untuk mencari tahu keterangan soal foto yang Ruby dapatkan saat itu. Saat ia akhirnya tahu bahwa semua kain putih yang Ruby foto adalah simbol rerejahan, ia pun segera hendak membalas pesan dari Ruby. Sayangnya, belum sempat ia membalas pesan itu, sebuah foto lain masuk tak lama kemudian.

RUBY
Rel, ini tempat ritual yang baru aku temukan. Bisa beri aku petunjuk, dari mana aku harus mematahkannya?

Karel kembali mengamati foto yang Ruby kirimkan. Semua hal yang ada di atas meja ritual itu tak luput dari pengamatannya. Kedua mata Karel mendadak membola, saat menyadari ritual apa yang sedang dilakukan oleh Ariti saat itu. Ia tahu persis, bahwa ritual itu ditujukan khusus kepada Arsyad. Revan mendekat pada Karel setelah pekerjaannya selesai. Ia melihat foto yang Ruby kirimkan, namun tak sempat bertanya karena Karel memilih untuk langsung menghubungi Ruby melalui sambungan video call.

"Ada apa?" tanya Revan, berbisik.

"Sabar. Nanti kuberi tahu," jawab Karel, ikut berbisik.

Ruby mengangkat panggilan video itu tak lama kemudian. Wajahnya terlihat sedikit pucat bagi Karel maupun Revan, namun wanita itu berusaha untuk tetap biasa saja dan tak menunjukkan apa-apa.

"Hai, Rel. Ada yang ingin kamu jelaskan soal tempat ritual yang baru aku temukan ini?" tanya Ruby.

"Iya, By. Aku mau kasih tahu kamu untuk berhati-hati ketika akan mematahkannya. Ritual yang sedang dilakukan oleh Nenek tua itu adalah ritual perenggut nyawa. Nyawa incarannya sudah jelas nyawa Arsyad. Saat ini Arsyad telah selesai kami bentengi dari dalam, jadi kemungkinan dia akan aman meski kamu menghancurkan tempat ritual itu," jawab Karel.

"Ritual perenggut nyawa, ya? Jadi menurutmu, Odah Ariti benar-benar ingin membunuh Arsyad?"

"Iya, By. Sudah jelas memang harus begitu. Jika manusia yang hendak berubah menjadi leak terganggu proses ngelekasnya, maka sudah pasti dia akan meminta nyawa orang yang menurutnya adalah si pengganggu. Dia jelas merasa Arsyad adalah pengganggu, sehingga dia melakukan ritual perenggut nyawa agar bisa merenggut nyawa Arsyad," jelas Karel.

"Oke. Aku paham sekarang. Aku akan coba menghancurkan proses ritual ini pelan-pelan. Pertarungan yang lain dengan Odah Ariti masih berlangsung di hutan belakang. Kalau kalian mau menyusul, maka sebaiknya menyusul sekarang. Siapa tahu yang lainnya membutuhkan bantuan," saran Ruby.

"Ya. Tentu saja kami akan segera menyusul ke sana. Kami tidak akan diam-diam saja di sini, terutama karena pekerjaan kami terhadap Arsyad sudah selesai," sahut Revan.

"Kalau begitu kami tutup dulu teleponnya, By. Assalamu'alaikum," pamit Karel.

"Wa'alaikumsalam, Rel."

Setelah sambungan video call itu terputus, Ruby pun segera menyimpan ponselnya kembali ke dalam saku. Kram yang tadi ia rasakan sudah tak lagi terasa. Kakinya kembali bisa dipakai untuk melangkah, sehingga kini ia bisa mendekat pada tempat ritual yang akan segera ia hancurkan.

Dua botol air berukuran besar ia keluarkan dari ransel. Ia segera membuka tutup kedua botol air itu, lalu mulai mendoakannya seperti yang biasa ia lakukan.

"A'udzubillahi minasy-syaithanirrajim. Bismillahirrahmanirrahim. A'udzubi kalimaatillahit tammati min kulli syaithonin wa haammatin wa min kulli ‘ainin laammatin. A‘udzu biwajhillaahil kariim, wabikalimaatillaahit-taammaatillatii laa yujaawizuhunnaa barrun wa faajirun, min syarri maa yanzilu minas-samaa’i, wa min syarri ma ya‘ruju fîhaa, wa min syarri maa dzara’a fil-ardhi, wamin syarri ma yakhruju minhaa, wa min syarri fitanil-laili wan-nahaari, wamin syarri thawaariqil-laili, wamin syarri kulli thaariqin illaa thaariqan yathruqu bi khairin, yaa rahmaan."

Ruby segera meniup air pada kedua botol itu, lalu menyiram seluruh isi meja ritual yang ada di hadapannya tanpa terkecuali. Meja ritual itu mendadak bergetar, sebelum akhirnya meledak begitu keras hingga semua hal di atasnya berhamburan di lantai rumah itu.

BOOMMM!!!

Ruby pun segera menjauh, lalu diam sejenak menatap ke tempat ritual yang sudah hancur lebur tanpa sisa. Ia kemudian beranjak menuju pintu belakang kembali. Kini hanya perlu menuntaskan semuanya terhadap Ariti, agar Nenek tua itu bisa segera ditaklukkan dan gagal menjadi leak.

* * *

LEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang