- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
+62 821-7717-7177
Ning, wengine jani odah lakar teka ka kamar ceninge, nggih? Odah jagi ngambil ragane.Made langsung membanting ponsel sekali lagi ke atas tempat tidur. Ia meraih selimut dan berusaha menyembunyikan dirinya di balik selimut itu. Tatapan matanya kini terarah pada seluruh bagian kamar. Ia ingin memastikan, bahwa saat itu tidak ada satu makhluk halus pun yang sedang mengawasinya tanpa ia tahu.
Made semakin tak bisa tenang di rumahnya sendiri. Pesan balasan yang ia terima itu membuatnya sangat ketakutan. Ia terus berkeringat dingin, meski masih menatap ke arah ponsel yang tadi kembali ia banting ke atas tempat tidur. Pikirannya berkecamuk. Hatinya benar-benar tidak tenang akibat teror itu. Ia takut mengalami hal yang Arsyad alami. Ia takut mengalami sakit mendadak dan didatangi langsung oleh leak. Ia tidak pernah membayangkan akan mendapat teror seperti itu. Ia hanya ingin membuat Arsyad menerima balasan atas rasa sakit hatinya. Namun ia tidak tahu, kalau dirinya juga bisa menjadi incaran leak seperti yang terjadi pada Arsyad.
"Tidak! Aku tidak boleh sakit! Aku harus tetap sehat, agar tidak didatangi oleh makhluk apa pun!" tegas Made, pada dirinya sendiri.
Sayangnya, di sisi pemuda itu sejak tadi sudah ada yang memerhatikan. Sosok seorang Nenek bungkuk berlidah panjang telah menjilati sebagian tubuhnya, tanpa ia sadari. Seakan sedang menandai diri Made, jika nanti ia gagal mendapatkan Arsyad.
Ketut dan Gede mengajak Iqbal dan Samsul mengawasi rumah Made dari tempat yang cukup rindang. Tempat itu tidak terlalu bisa terekspos, karena penuh dengan rumput yang cukup tinggi dan bebatuan. Rumah Made terlihat jelas oleh mereka, namun sama sekali tidak ada terlihat aktivitas. Bahkan para pekerja di rumah itu--yang biasanya sering berlalu lalang di halaman depan--sama sekali tidak kelihatan keberadaannya.
"Apakah mereka sedang libur, ya? Biasanya ada beberapa pekerja, 'kan?" tanya Ketut, kepada Gede.
"Kalau mereka libur, siapa yang mau mengurus Made? 'Kan orangtuanya Made tidak ada di rumah jika hari masih cerah begini. Mereka baru akan pulang saat malam tiba," jawab Gede.
"Dan bahkan Made pun sama sekali tidak terlihat, Adek-adek. Apakah mungkin, kalau Made sedang keluar saat ini?" tanya Samsul.
"Made tidak pernah keluar rumah kalau bukan karena ada urusan penting, Bli. Biasanya dia lebih banyak berkeliaran di rumahnya sendiri, karena di rumahnya dia bisa melakukan apa saja. Semua fasilitas dia miliki, jadi tidak ada yang membuatnya tidak betah di rumah," jawab Gede, yang memang pernah beberapa kali mampir ke rumah Made.
Iqbal dan Samsul pun saling menatap satu sama lain, lalu tersenyum menyebalkan.
"Hanak horang kayah, bre!" ucap keduanya, kompak.
Gede dan Ketut hanya bisa mengulum senyum, ketika melihat cara Samsul dan Iqbal mengomentari kehidupan Made. Tatapan mereka pun kembali terarah ke rumah Made. Di sana kini terlihat kemunculan seseorang yang tampak cukup panik. Hal itu menarik perhatian mereka, karena orang itu terlihat sangat pucat.
"Ada apa itu, kira-kira? Kenapa orang yang baru keluar itu kelihatan panik?" tanya Iqbal.
"Mungkin sedang terjadi sesuatu di dalam rumah itu. Perhatikan saja," jawab Samsul.
Orang yang mereka awasi itu segera mendekat pada seseorang yang sedang duduk di teras rumah terdekat.
"Pak Sunggoh, tolong, Pak. Ning Made, Pak. Tolong Ning Made."
"Ada apa? Made kenapa?"
"Ning Made di dalam mendadak ketakutan, Pak. Semua orang yang dia lihat mendadak diusir dari sisinya. Dia tidak mau melihat kami, seakan dia baru saja melihat setan, Pak. Saya tidak tahu apa alasannya. Tolong, Pak. Tolong Ning Made."
Orang yang dimintai pertolongan pun segera masuk ke rumah itu. Keempat orang yang tengah mengawasi rumah itu pun tahu, bahwa Made kini benar-benar sudah terjebak dengan rasa takutnya sendiri.
Di wilayah barat Dusun Tengah, I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar sedang membawakan bantuan untuk beberapa orang warga yang sudah tua. Mereka sengaja langsung mendatangi rumah-rumah di wilayah barat itu, agar pemilik rumah bisa keluar untuk menerima bantuan secara langsung. Niat asli mereka adalah agar bisa memperlihatkan wajah salah satu warga yang namanya tadi telah ditulis oleh Arsyad kepada Erni, Ruby, Reva, dan Nadin. Erni harus mengonfirmasi kebenarannya, karena dialah satu-satunya yang didatangi oleh seorang Nenek dini hari tadi.
"Menurut kalian, apakah rencana ini akan berhasil, Nak?" tanya Erni.
"Jika Pak Wayan dan Bu Nyoman benar-benar bisa menyampaikan bantuan yang mereka bawa, hingga membuat pemilik rumah keluar untuk menerimanya, maka Insya Allah rencana kita ini akan berhasil, Bu Erni," jawab Reva, mencoba untuk meyakinkan Erni.
"Tapi biasanya saat Kepala Dusun menggunakan cara seperti itu, tingkat keberhasilan dari rencana sudah jelas ada pada titik delapan puluh tujuh persen. Kepala Dusun jelas tidak akan dicurigai sebagai mata-mata, meskipun sebenarnya memiliki niatan memata-matai orang yang kita tuju," tambah Nadin.
"Karena Kepala Dusun selalu dianggap orang paling netral bagi warga sekitar," Ruby ikut bersuara.
Kini perhatian mereka kembali tertuju pada keberadaan I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar. Hanya perlu mendatangi dua rumah lagi, maka mereka akan tiba di rumah orang yang dituju. Perhatian mereka terkunci sepenuhnya pada rumah yang ditargetkan. Meski saat ini-- baik itu I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar--masih berbasa-basi dengan tetangga di sebelah rumah target, mereka mencoba untuk tetap tenang dan memerhatikan dalam diam.
"Belum ada kabar dari Iqbal dan Samsul, Nad?" tanya Reva.
"Belum, Va. Mungkin mereka masih mengawasi rumah Made atau mungkin saat ini mereka ...."
Ponsel Nadin mendadak berdering. Wanita itu segera mengangkatnya, setelah melihat nama Iqbal tertera pada layar. Ia tak lupa menekan tombol loudspeaker, agar Reva, Ruby, maupun Erni bisa ikut mendengarkan.
"Halo, assalamu'alaikum My Prince. Ada kabar soal Made?" tanya Nadin, to the point.
"Wa'alaikumsalam, My Princess. Ya, ada kabar soal Made. Dia saat ini sedang menggila di rumahnya. Ada beberapa warga yang datang ke sana, setelah salah satu pekerja di rumahnya meminta pertolongan. Dia ... sepertinya melihat semua orang seakan adalah setan. Dia berteriak-teriak meminta semua orang menjauh darinya, lalu mengatakan 'Aku tidak mau berurusan dengan setan seperti kalian. Datangi saja Arsyad'. Begitu isi teriakannya," jawab Iqbal.
Hal itu langsung memperjelas fakta, bahwa Made memang ingin sekali melihat Arsyad celaka dan tidak selamat dari kejaran setan mana pun--yang bukan hanya leak. Membuat Erni hanya bisa mengusap dada untuk menyabarkan diri. Baru saja Reva hendak berkomentar, tatap matanya terarah pada rumah selanjutnya yang akan didatangi oleh I Wayan Landra dan Ni Nyoman Sekar.
"Eh ... Pak Wayan dan Bu Nyoman ke rumah itu," tunjuk Reva.
Tatapan Nadin, Erni, dan Ruby kini kembali fokus pada rumah yang mereka awasi dari jauh. Tak berselang lama, penghuni rumah itu benar-benar keluar setelah pintu rumahnya diketuk. Kedua mata Erni pun membola, karena Nenek yang dilihatnya saat itu adalah Nenek yang sama dengan Nenek di depan pagarnya dini hari tadi.
"Itu dia! Itu adalah Nenek yang datang meminta lengkuas di depan pagar rumah kami!" seru Erni.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...