Chapter 4.

28.7K 2.6K 35
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Karena kehidupan pertamanya penuh dengan drama, mulai dari terlibat scandal sampai dikejar-kejar fans atau terkadang paparazi. Semuanya melelahkan dan terasa penuh dengan kebohongan.

Namun begitu menjadi Akasia Rosalie Amber, hidup seorang Akasia Fumiko menjadi penuh warna. Ia sama sekali tidak tertekan telah berpindah jiwa di tubuh bocah berusia 5 Tahun ini.

Di sini, Akasia dapat mengekspresikan perasaannya dengan jujur tanpa filter dan tanpa takut orang-orang akan membencinya.

Ia bebas tersenyum lebar tanpa paksaan, bebas menangis, bebas tertawa, bebas melakukan segala hal yang Ia suka.

Sejak kecil, Akasia Fumiko tidak diajarkan menjadi Anak Kecil seperti kebanyakan orang. Ibunya begitu terobsesi untuk menjadikannya seorang Aktris dan terus-menerus memaksa nya untuk terus berlatih meski Ia sudah mengeluh lelah.

Dan menjadi Akasia Rosalie Amber, Akasia seakan merasa dirinya kembali ke masa ketika Ia kecil dulu. Hal itu yang membuatnya menjadi lebih sekedar dari berakting.

Akasia hanya perlu bertindak sebelum hari kematiannya tiba, lalu Ia harus mencari cara untuk mendapatkan uang banyak agar dapat membantu Theodore dan Emma. Kemudian selanjutnya Ia baru bisa hidup tenang tanpa perlu mengkhawatirkan apapun lagi.

Menyelesaikan catatannya, Akasia menyimpan kembali kertas berisi coretan tinta itu setelah memastikannya telah benar-benar kering.

Rasa geli di antara kaki nya membuat Akasia reflek menunduk, mendapati gumpalan bulu halus yang tidak berhenti mengusapkan bulunya pada kakinya seakan meminta perhatian darinya.

"Hai, Moo." Akasia mengecup gemas wajahnya. "Kau merindukanku, ya?" Membelai lembut permukaan yang hampir seluruhnya tertutup bulu itu, membuatnya semakin nyaman hingga terdengar dengkuran halus.

Terhitung sudah dua bulan sejak kedatangan Rubah ini, Akasia sangat menyayanginya hingga tidak mau membiarkannya pergi meski luka di kakinya telah sembuh total.

Theodore dan Emma hanya bisa menyetujuinya saja karena Akasia sangat keras kepala dan lagi seperti yang bisa di lihat, Rubah itu begitu menempel pada Akasia.

Meski awalnya Rubah itu sangat cuek dan hanya mau tidur daripada bermain dengan Akasia. Namun lama-kelamaan, Rubah itu mulai menuruti semua apa yang ingin Akasia lakukan padanya demi sebuah permainan.

Dulu sewaktu kecil, Akasia tidak pernah diizinkan untuk memelihara hewan seperti teman-temannya yang memiliki Kucing atau Anjing dan hal itu selalu membuatnya iri.

Itu alasannya Akasia menjadi sangat bersemangat ketika memiliki Moo sebagai hewan peliharaannya. Ia begitu menjaga dengan sangat baik, mulai dari memandikannya sampai memberinya makan.

Melihat hari yang semakin gelap, Akasia mulai mengantuk. Ia beranjak dari kursinya, melangkah menuju ranjang kecilnya dan menjatuhkan diri dengan memeluk Moo seolah Ia adalah guling hidup.

Become An Antagonist (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang