- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Usai shalat ashar, Arsyad kini dibiarkan duduk bersama ketujuh anggota tim yang membantunya. Tidak ada yang mencoba menemui mereka, karena saat itu semua orang masih membicarakan soal Made di ruang tamu. Karel sedang mengalirkan energinya ke tubuh Arsyad. Ada hal yang harus ia cari pada tubuh pemuda itu dan harus ditemukan. Agar Revan nantinya bisa menyelesaikan upaya ruqyah terakhir, untuk melepaskan Arsyad seutuhnya dari incaran leak.
"Waktu Made menyenter ke arah Nenek yang sedang ngelekas itu dari depan Pura Dalem, Dek Arsyad, apakah kamu melihat wujudnya dengan jelas?" tanya Nadin.
"Iya, Kak. Saya melihatnya dengan jelas. Rambutnya putih abu-abu. Wajahnya sudah benar-benar keriput dan tubuhnya bungkuk. Matanya sudah memutih sepenuhnya dengan lidah yang menjulur panjang sampai sebatas perut dan sudah mengeluarkan taring. Hal itu terjadi karena dia hampir berhasil menjadi leak ketika kami memergokinya, Kak. Kuku-kukunya hitam, panjang, dan runcing. Di tubuhnya juga ada kain putih dengan simbol rerejahan. Itulah yang aku ingat, Kak," jawab Arsyad.
"Simbol rerejahan? Apa itu?" Reva ikut bertanya, sambil mencatat hal-hal yang menurutnya penting.
"Simbol rerejahan itu adalah simbol-simbol dalam ilmu hitam, yang biasanya dipelajari sebelum seseorang menjadi leak. Masyarakat di sini sudah familiar dengan simbol-simbol seperti itu, Kak. Makanya meskipun aku beragama Islam, aku juga tahu hal-hal seperti itu karena sudah sering dengar sejak masih kecil."
Iqbal menepuk-nepuk pundak Arsyad, untuk mengalihkan pikiran stress yang pemuda itu alami sejak diincar oleh leak. Apa yang Iqbal lakukan tentunya membuat Arsyad cukup merasa nyaman, meski saat itu dirinya tengah ditanyai hal-hal yang lebih detail daripada sebelumnya.
"Kalau kamu melihat sejelas itu, apakah kira-kira kamu akan mengenali Nenek tersebut ketika sepenuhnya menjadi manusia, jika seandainya tak sengaja berpapasan atau bertemu?" Revan ingin tahu.
Arsyad terdiam selama beberapa saat. Pertanyaan dari Revan jelas tidak bisa ia jawab dengan jawaban yang pasti. Karena dua malam lalu, ia sama sekali tidak kepikiran soal bagaimana rupa Nenek yang sedang ngelekas itu ketika dalam keadaan berwujud manusia seperti orang-orang yang biasa ia temui. Dua malam lalu, yang ada dalam pikirannya hanyalah cara untuk lari dan menyelamatkan diri bersama teman-temannya. Tidak sama sekali terpikir olehnya, apakah ia akan mengenali wajah Nenek itu setelah kejadian malam itu berakhir.
"Kalau memang tidak bisa kamu kenali wajahnya, ya, tidak apa-apa. Jangan paksakan diri untuk memikirkan hal yang kamu tidak sanggup saat ini," ujar Ruby.
"Kecuali kamu mau mencoba memikirkannya lebih jauh dalam pikiranmu, lalu hilangkan bagian-bagian yang seharusnya tidak terlihat pada diri Nenek itu. Kamu pasti bisa mengenali dia, jika ada beberapa hal yang kamu hilangkan dari ingatanmu soal wujudnya saat ngelekas," saran Samsul.
"Maksudnya bagaimana, Sul?" Reva agak sedikit bingung dengan saran itu.
"Maksudku ... kalau Arsyad mau, dia bisa mencoba menghilangkan bagian yang seharusnya tidak ada pada wajah manusia normal di dalam ingatannya. Misalnya, Arsyad mungkin ingin menghilangkan bagian lidah yang menjulur panjang sampai sebatas dada serta taring pada mulut Nenek itu melalui ingatannya, lalu menggantinya dengan bentuk bibir normal manusia pada umumnya. Otomatis apa yang diingat oleh Arsyad malam itu bisa dibandingkan dengan hal-hal normal sehingga wajah Nenek itu kemungkinan bisa dikenali. Cara seperti itu namanya rekonstruksi ingatan, Va. Biasanya beberapa orang menggunakannya untuk dijadikan perbandingan, antara apa yang mereka lihat sebelumnya dengan apa yang akan mereka lihat selanjutnya tanpa perlu menunggu momen melihat untuk yang kedua kalinya," jelas Samsul.
"Wah ... kuliah di jurusan psikologi tampaknya benar-benar berbeda, ya. Aku baru tahu kalau ingatan pun bisa direkonstruksi seperti itu," Reva merasa takjub.
Arsyad pun akhirnya memikirkan apa yang Samsul sarankan, setelah mendengar penjelasannya. Ia jelas ingin mencobanya, meski belum tentu hal itu akan berhasil.
"Kalau aku mau mencoba saran dari Kakak, apa yang pertama kali harus aku lakukan?" tanya Arsyad.
Karel masih berkonsentrasi mencari yang harus ditemukan pada seluruh tubuh Arsyad. Membuatnya sama sekali tidak ikut dalam pembicaraan dengan yang lain. Siomay bahkan tidak berani mendekat padanya, dan lebih memilih berdiam di pangkuan Revan bersama Pangsit.
"Kamu mau coba? Yakin?" tanya Iqbal. "Seperti yang tadi dijelaskan oleh sahabatku ini, Dek, saran itu namanya rekonstruksi ingatan. Jadi, kamu harus mengingat ulang detail dari Nenek yang ngelekas pada malam itu dalam ingatanmu. Apakah kamu siap?"
Arsyad pun mengangguk dengan mantap.
"Iya, Kak. Insya Allah, aku siap. Aku tidak merasa takut, meski harus terus mengingat hal yang sama berulang-ulang kali. Jadi, aku akan mencobanya. Siapa tahu dengan begitu aku bisa memberi kalian petunjuk, soal wajah asli Nenek itu selama dia berwujud manusia. Saat ini, sudah jelas kalian akan sulit menemukannya. Karena leak tidak pernah menunjukkan diri secara terang-terangan, seperti setan-setan lain yang biasanya berkeliaran."
Iqbal pun menatap semua anggota timnya--kecuali Karel dan Samsul--seakan sedang meminta pertimbangan. Revan, Ruby, Nadin, dan Reva jelas memahami, bahwa mereka tidak bisa sembarangan mengambil keputusan. Namun Arsyad jelas bersedia melakukan apa pun, agar leak yang mengincarnya bisa dihentikan oleh ketujuh anggota tim di sekelilingnya.
"Kalau begitu cobalah. Kami akan serahkan hal itu pada Samsul, agar kamu dibimbing olehnya untuk merekonstruksi ingatanmu," ujar Revan, memberikan izin.
Samsul pun segera berpindah tempat. Ia bertukar tempat duduk dengan Revan, sehingga kini ia berada tepat di hadapan Arsyad. Arsyad terlihat mempersiapkan diri, meski tubuhnya saat itu sedang dialiri oleh energi dari Karel yang sangat terasa sejak tadi. Samsul melepas tas kecil miliknya, agar bisa membantu Arsyad untuk berkonsentrasi tanpa harus terganggu dengan apa pun di sekitar mereka.
"Sekarang tutup kedua mata kamu dan mulai pikirkan wujud Nenek itu ketika ngelekas dua malam lalu," titah Samsul.
Arsyad menutup kedua matanya. Dalam pikirannya, ia sudah membayangkan ingatan soal Nenek yang ia lihat bersama Ketut, Made, dan Gede dua malam lalu.
"Apakah terlihat jelas?" tanya Samsul.
Arsyad mengangguk.
"Apakah wujudnya seram?"
Arsyad kembali mengangguk.
"Apakah bagian-bagian seram itu bisa kamu hilangkan?"
Lagi-lagi Arsyad mengangguk.
"Cobalah hilangkan perlahan. Mulai dari bagian rambut ... kening ... mata yang memutih ... hidung ... mulut ... lidah yang menjulur ... taring yang keluar dari mulutnya. Hilangkan juga bagian kain putih bersimbol rerejahan di tubuhnya. Apakah ada yang mulai terlihat olehmu? Apakah wajahnya sudah tidak seseram ingatan awalmu?" tuntun Samsul.
Mendadak, Arsyad membuka kedua matanya secara tiba-tiba. Membuat semua yang menatapnya sedikit kaget di tengah keheningan di antara mereka.
"Aku mengenalnya, Kak!" seru Arsyad. "Aku sering sekali melihat orangnya selama ini!"
Tangan Karel pun berhenti pada satu titik, lalu menatap ke arah Revan agar melihat apa yang ia temukan. Revan segera bergeser dan ikut melihat yang hendak Karel tunjukkan padanya.
"Di sini, Van. Ini titiknya. Ada yang harus dikeluarkan dari tubuh Arsyad dan letaknya ada di sini," ujar Karel.
* * *

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...