"Hah, demam?" Beo Solar tidak mengerti.
"Iya. Kayaknya karna Kak Hali ujan–ujanan kemarin malem deh. Lo gak lupa kan? Semalem ujannya deres banget. Dan gue yakin, Kak Hali sengaja ga mandi hanya karna dia mau nyelesain pekerjaan kantornya." Ucap Taufan seraya menunjuk beberapa dokumen di meja belajar Halilintar.
Solar yang melihat itu pun hanya mengangguk setuju. Sejujur nya saja cowok itu sudah pusing melihat tumpukan kertas itu, apalagi Kakak nya yang setiap jam, setiap hari, setiap menit harus menghadapi itu semua.
Ugh, apa Kakak nya itu tidak merasa bosan ya, melakukan itu semua?
"Dasar, Kak Hali. Padahal masih ada Opa sama Om Yuri tapi dia terlalu memaksakan dirinya." Celetuk Solar seraya menggelengkan kepalanya cepat.
"Namanya juga Kak Hali, keras kepala orangnya, judes lagi." Sahut Taufan.
"Kakak lo itu,"
"Ya, Kakak gue Kakak lo juga anjir! Kan elo juga adeknya!"
"Tauu, sekarang kita mau apain Kak Hali? Bawa dia kerumah sakit atau tetep disini panggil Dokter pribadi kita?" Tanya Solar seraya menatap Taufan.
"Hm, kira rawat dirumah dulu, kaloh misalnya panas nya makin tinggi baru kita bawa ke rumah sakit," Kata Taufan setelah memikirkan hal itu matang–matang, karna dia tau seberapa benci nya Halilintar pada rumah sakit.
"Oke kaloh gitu, gue bakalan ke bawah bentar, buat manggil Dokter pribadi kita, sekalian manggil yang lain buat kesini," Ucap Solar lalu pergi ke luar dari kamar Halilintar.
.
.
."Solar sama Kak Taufan kenapa lama banget ya, bangunin Kak Hali nya?" Celetuk Gempa tiba–tiba saja saat sudah selesai menata meja makan.
"Kayak gak tau Kak Hali aja, Kak Gem. Kak Hali kan yang paling lama tidur nya dari kita semua, yang paling lama juga bangun nya." Sahut Thorn seraya memotong beberapa buah yang akan dia makan nantinya.
"Iya sih, tapi–"
"Kak Gem?"
"Lho? Solar, kenapa cuman lo aja yang turun? Kak Tau sama Kak Hali mana kok gak ikutan turun sih?" Tanya Gempa merasa heran.
"Nah, itu dia masalahnya, Kak." Katanya, seraya menghela nafasnya gusar.
"Masalah? Kenapa? Kak Hali marah lagi karna Kak Taufan bangunin dia dengan ide jahil dia?"
"Bukan itu,"
"Terus?" Gempa menatap bingung Solar.
"Kak Hali demam. Dia bergadang lagi kayaknya semalem. Mana mungkin juga, kayaknya dia hujan–hujanan lagi semalem terus gak mandi langsung ngerjain sisa pekerjaan kantor nya dia, itu alibi Kak Taufan aja sih, tapi kayak nya itu emang beneran terjadi deh, soalnya gue sama Kak Taufan gak sengaja ngeliat dokumen yang menumpuk di mejanya Kak Hali."
"Astaga, Kakak gue yang satu itu emang kepala batu banget ya?" Ujar Blaze seraya berkacak pinggang merasa bingung dengan Halilintar yang selalu saja memaksakan dirinya.
Sementara itu, Solar hanya mengangkat bahunya acuh, lalu menelfon Dokter pribadi keluarga Forger.
----------
"Bagaimana Dok, Kakak saya baik–baik saja?" Tanya Taufan khawatir.
"Baik, kondisi Halilintar sangat baik dia hanya perlu mengistirahatkan tubuhnya lebih lama saja, jangan menyuruh nya bangun atau melakukan apapun. Demam nya akan menurun jika dia meminum beberapa resep obat yang sudah saya berikan ini, jangan lupa memberinya banyak makan dan minum. Jangan membuat Halilintar merasa strees atau pusing atau bisa saja kondisi dia akan kembali drop lagi." Jelas Dokter Teo seraya memberikan secarik kertas berisi obat–obatan yang harus dibeli untuk Halilintar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Until Death Comes | Halilintar
Teen Fiction"Maaf .... sejak mengetahui semua faktanya kami benar-benar menyesali semuanya, sesakit itu ya jadi kamu, Kak?" Halilintar Alvian Forger namanya. laki-laki kuat yang harus di paksa dewasa oleh keadaan. laki-laki kuat yang harus dipaksa oleh badai ya...