- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Usai menenangkan diri pasca menjalani ruqyah kedua, keadaan Arsyad sudah terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Ketut dan Gede tentunya ikut merasa lega, karena kini Arsyad sudah bisa kembali bergerak dan bicara seperti biasanya.
"Minum sampai habis airnya, Dek Arsyad. Teruslah berdzikir dan jangan sampai putus. Saat waktu ashar tiba nanti, kami akan melaksanakan shalat bersamamu di sini," tuntun Karel.
"Baik, Kak. Insya Allah airnya akan kuminum sampai habis dan aku akan terus berdzikir," tanggap Arsyad, patuh.
"Minum, Syad. Minumlah seperti yang Bli Karel katakan," dorong Ketut.
"Iya. Minum dan habiskan. Kamu butuh minum air itu agar benar-benar bisa pulih, Syad," tambah Gede.
Arsyad mencoba tersenyum saat menatap wajah kedua temannya tersebut. Ayu juga ada di dekat mereka. Ia paham, bahwa saat itu mungkin Arsyad masih memikirkan kejadian yang menimpanya dua malam lalu. Arsyad jelas tidak akan bisa melupakannya dengan cepat, karena itu pasti adalah pengalaman terburuk yang pernah dia hadapi.
"Seharusnya kalian tidak perlu bicara jujur. Aku sendiri pun tidak akan buka mulut, karena tadi Made sudah datang ke sini dan kembali membisikkan ancaman padaku soal kalian. Aku tidak bisa membiarkan kalian diseret olehnya ke dalam masalah antara aku dan dia. Makanya aku memilih diam saja, termasuk kepada orangtuaku sendiri," ujar Arsyad.
Gede dan Ketut sama-sama menatap Arsyad dengan serius, usai mendengar apa yang pemuda itu katakan.
"Syad, aku ini penakut," aku Gede, jujur. "Aku yakin kamu pun tahu mengenai hal itu sejak dulu. Aku yakin kamu tahu kalau aku jadi sering menuruti apa maunya Made, karena sifat penakutku ini. Tapi, Syad ... mau sampai kapan aku jadi penakut? Saat tadi aku menyadari hal itu, ternyata rasa takut akan terjadi apa-apa padamu jauh lebih besar dari rasa takutku akan ancamannya Made. Ditambah Ayu mengatakan padaku, bahwa jika memang Bapakku pernah berbuat salah pada warga dusun dan harus ketahuan salahnya jika Made membongkar, maka Bapakku hanya perlu minta maaf dan pengampunan. Jadi ... ancamannya Made mendadak tidak ada artinya di mataku, Syad, jika dibandingkan dengan nyawamu yang sedang dipertaruhkan."
"Gede benar, Syad. Aku sendiri pun sejak awal tidak mau peduli dengan ancamannya, andai saja aku tidak berpikir untuk melindungi Gede dan keluarganya. Tapi saat Gede memutuskan untuk berani dan ingin bicara jujur, aku pun akhirnya melakukan hal yang sama. Dan pada akhirnya kami menyadari, bahwa sama-sama saling melindungi untuk mengungkapkan kebenaran jauh lebih kuat rasanya, ketimbang sama-sama melindungi sebuah kebohongan. Kami tidak akan menyesali keputusan kami hari ini, Syad. Meski nanti mungkin kami tetap akan terseret masalah bersama Made, setidaknya kami tahu bahwa diri kami sudah melakukan hal yang benar untuk membantu menyelamatkan nyawamu dari incaran leak," ujar Ketut.
Arsyad pun menghela nafasnya sejenak di tengah-tengah dzikirnya yang tidak terputus. Ia menatap lekat sekali lagi, pada wajah kedua temannya. Ia ingin mengungkapkan sesuatu, namun merasa ragu untuk mengatakannya.
"Jika ada yang ingin kamu ceritakan, maka ceritakan saja, Syad. Kami di sini akan mendengarkan kamu. Kami tidak akan meragukan apa pun yang kamu utarakan," ujar Ayu, berusaha meyakinkan Arsyad.
"Meskipun kedengarannya sangat aneh dan ... sulit untuk dipercaya?" tanya Arsyad, ingin memastikan.
"Kami sudah melihat hal yang aneh dan sulit untuk dipercaya sejak kamu diruqyah oleh keempat Bli yang ada di belakangmu. Jadi kalau kamu akan membicarakan hal aneh dan sulit untuk dipercaya oleh akal sehat, maka kami jelas akan tetap percaya dengan ucapanmu," jawab Gede.
Arsyad pun kembali memikirkan yang terjadi malam dua malam lalu. Sejenak ia menutup matanya, mencoba untuk mengingat kembali kejadian yang ia lewati.
"Malam itu, saat Made akhirnya menyenter ke arah Odah yang sedang ngelekas di dekat Pura Dalem dan Odah tersebut akhirnya lari ke arah kita berempat sambil tertawa, aku berlari terpisah dari kalian tanpa memikirkan ke mana arah yang aku ambil. Saat itu dalam penglihatanku, aku sudah mengambil langkah keluar dari area kuburan. Saat aku menyadari bahwa hanya diriku sendiri yang berhasil keluar, aku mulai panik dan berusaha mencari-cari keberadaan kalian. Aku takut kalau kalian terjebak di dalam area kuburan bersama Odah itu. Aku takut terjadi sesuatu yang buruk pada kalian," ujar Arsyad, memulai.
Perasaan Gede dan Ketut kembali terlecut, karena tahu bahwa Arsyad masih saja sempat mengkhawatirkan mereka ketika dirinya sendiri sedang terjebak. Pemuda itu memang selalu lebih memikirkan orang lain sejak dulu dan mereka tahu persis akan sifatnya yang satu itu.
"Saat aku mencari-cari keberadaan kalian, aku mendengar ada yang memanggil dari arah jalur menuju Pura Dalem. Keadaan gelap sekali dan aku enggak pegang senter, jadi aku tidak bisa lihat siapa yang memanggilku saat itu. Tapi suaranya adalah suara seorang Odah."
"Lalu, suara Odah itu bilang apa saat memanggilmu, Syad?" Ayu penasaran sambil menahan rasa merinding.
"Suara itu bilang, 'Rarisang mriki, Ning. Ngranjing malih ring setra. Timpal ceninge ento bareng teken Odah'[1]."
Ketut dan Gede langsung menutup kedua mata mereka, sambil mengusap tengkuk masing-masing. Mereka tidak bisa membayangkan, jika diri merekalah yang ada di posisi Arsyad dua malam lalu.
"Tapi aku tidak menghiraukan panggilan dan ajakan suara itu. Aku terus mencari, namun tidak mencari ke arah Pura Dalem. Sampai akhirnya setelah beberapa lama aku mencari keberadaan kalian, aku tetap saja tidak bisa menemukan jejak satu orang pun. Entah itu kalian berdua ataupun Made, semuanya tidak bisa aku temukan. Lalu beberapa saat setelahnya, ada yang memanggilku tidak jauh dari area perbatasan antara pemukiman warga dan juga kuburan. Aku mendekat pada mereka yang ternyata adalah sepasang suami-istri pemilik rumah di dekat situ. Mereka bertanya padaku, kenapa aku berkeliaran sendiri saat malam Nyepi masih berlangsung. Aku langsung meminta maaf karena telah melanggar adat dan peraturan. Mereka memaafkan, lalu memintaku masuk untuk beristirahat sejenak. Aku menuruti ajakan mereka dan benar-benar masuk ke rumah itu. Di dalam, aku diberi minum dan makan untuk memulihkan tenagaku yang habis setelah berputar-putar di kuburan. Suaminya bertanya padaku saat aku sedang makan, siapa namaku dan juga di mana alamat rumahku."
"Dan kamu menjawabnya?" tebak Ayu, dengan cepat.
Arsyad pun mengangguk.
"Iya. Aku menjawab dengan jujur, karena kupikir mereka sudah berbaik hati padaku dan bahkan membiarkan aku beristirahat di rumah mereka untuk memulihkan tenaga," jawab Arsyad.
Ayu langsung menutup matanya sambil mengusap dada, demi mencegah mulutnya berkomentar tidak baik atas apa yang Arsyad lakukan dua malam lalu.
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan, Ayu. Aku tahu bahwa apa yang kulakukan itu salah. Seharusnya aku tidak menjawab dengan jujur siapa namaku dan juga di mana alamat rumahku. Aku baru menyadarinya setelah keluar dari rumah itu. Aku baru menyadari bahwa itu adalah upaya Odah yang tadi ngelekas, agar bisa mengincarku untuk menjadi korbannya. Dia ingin aku membayar kegagalannya saat sedang ngelekas, dengan cara membuatku menjadi korbannya," aku Arsyad.
Samsul langsung meremas kedua pundak Arsyad dari belakang. Membuat Arsyad tidak lagi merasa takut dengan ancaman dari leak yang mengincarnya.
"Insya Allah dia tidak akan lagi mengincarmu, Dek. Kami akan berusaha memastikan hal itu, meskipun nanti dia akan datang ke sini secara terang-terangan dalam wujudnya sebagai leak yang asli sekalipun," janji Samsul.
"Ayo, sekarang sebaiknya kamu membersihkan diri sebelum waktu shalat ashar tiba. Kami akan membantumu," ajak Revan, sambil menepuk-nepuk pundak kanan Arsyad dengan tegas.
* * *
TRANSLATE :
[1] Sini, Nak. Masuk lagi ke kuburan. Teman kamu ada sama Nenek.
SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...