- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Made melihat dari tempatnya berdiri, bahwa Ayu dan Ni Nyoman Sekar kembali masuk ke dalam rumah orangtua Arsyad. Ia mencoba berjalan mendekat pelan-pelan. Saat itu dirinya jelas merasa penasaran, soal keberadaan Ketut dan Gede yang sama sekali tidak bisa ia temukan di sekitaran dusun. Terakhir kali ia bertemu mereka, adalah pada saat ia menjenguk Arsyad. Setelah itu keberadaan mereka sama sekali tidak lagi bisa ditemukan, sekalipun ia melewati rumah orangtua Ketut ataupun Gede.
Baru melewati dua rumah sebelum rumah orangtua Arsyad, Made mendadak menghentikan langkah ketika ada pesan yang masuk ke ponselnya. Ia segera membuka pesan itu, karena di sana tertera nama Gede dan Ketut. Made jelas merasa penasaran dengan balasan dari kedua pemuda itu. Karena sejak tadi ia merasa, kalau pesan berisi ancaman yang ia kirim sama sekali tidak dianggap oleh mereka.
GEDE
Ya, aku tahu. Kamu 'kan sudah beberapa kali mengatakan hal yang sama sejak dua malam lalu. Aku paham.Setelah membaca pesan dari Gede, Made pun segera membuka pesan dari Ketut.
KETUT
Ya, aku akan tetap tutup mulut. Tapi jangan ganggu Gede. Jangan buat Gede tertekan dengan ancamanmu. Kalau bukan karena melindungi Gede, sudah jelas aku tidak akan sudi untuk patuh padamu.Tatapan Made kini kembali terarah ke rumah orangtua Arsyad. Ia merasa tidak mungkin kalau Ketut dan Gede ada di sana, setelah membaca kedua pesan itu. Hal itu membuatnya segera mundur dan berbalik arah. Ia merasa tak perlu repot-repot lagi datang ke rumah orangtua Arsyad. Ia kini hanya perlu menunggu balasan sekaligus mencari tahu, soal pengirim pesan misterius yang masih juga belum ada tanda-tanda akan membalas.
"Oke, guys. Aman. Made tidak jadi datang ke sini. Dia sepertinya memutuskan kembali ke area rumahnya," lapor Reva.
"Oke, Va. Laporan diterima. Akan kuberi tahu Gede dan Ketut di sini," balas Iqbal.
Proses ruqyah terus berjalan. Arsyad benar-benar mencoba untuk tetap kuat menahan rasa sakit pada bagian tubuhnya setiap kali diseka. Gede dan Ketut kini sudah kembali merasa lega, setelah Made tidak jadi mendatangi rumah itu. Mereka kembali bebas memerhatikan proses ruqyah yang masih berlangsung, sambil terus mendoakan Arsyad agar bisa segera terlepas dari incaran leak.
"Kenapa Nak Made sepertinya ingin sekali Arsyad tidak bisa diselamatkan? Apakah sedalam itu dendamnya, padahal Putra kami sudah meminta maaf padanya berkali-kali?" tanya Erni, sambil kembali menyeka airmatanya.
Gede dan Ketut jelas tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Ayu menatap mereka dan seketika tahu, bahwa Ketut maupun Gede juga sama sekali tidak paham dengan jalan pikiran Made.
"Maaf kalau saya menyela, Mek," ujar Ayu, memohon izin.
Semua mata kini tertuju pada Ayu, usai mendengar gadis itu buka suara.
"Kalau menurut saya, ada kemungkinan lain yang membuat Made mendendam kepada Arsyad. Bukan hanya kejadian di kampus mereka yang membuat Made membenci Arsyad. Pasti ada kejadian lain yang terjadi antara dirinya dan Arsyad, yang sampai saat ini masih Made ingat dan akhirnya menjadi dendam. Hanya saja ... mungkin hal itu hanya diketahui oleh Made dan Arsyad sendiri. Selama ini Arsyad jarang berbagi masalah dengan kami, teman sebayanya. Jadi kemungkinan itu bisa saja ...."
"Oh, aku ingat," sela Ketut, sangat mendadak.
I Wayan Landra kini menatap ke arah Ketut. Semua orang juga menatapnya, karena merasa penasaran dengan masalah antara Arsyad dan Made.
"Kamu mungkin benar, Yu, bahwa masalah antara Made dan Arsyad bukan hanya yang terjadi di kampus. Sebelum kami menjadi mahasiswa di kampus yang sama, sepertinya masalah antara Made dan Arsyad memang sudah dimulai. Aku ingat waktu kelulusan SMA, Made selalu meyakini di depan semua orang bahwa dirinya akan mendapat panggilan langsung tanpa tes dari kampus yang kami incar. Tapi nyatanya, yang diumumkan mendapat panggilan langsung tanpa tes dari kampus incaran kami adalah Arsyad. Itu terjadi karena nilai Arsyad ternyata jauh lebih tinggi daripada nilai Made. Sejak itu, Made sering sekali menunjukkan bahwa dirinya tidak suka kepada Arsyad. Mereka bahkan tidak lagi bertegur sapa, meskipun Arsyad tetap sering menyapa Made ketika mereka bertemu. Sayangnya, Made memilih tidak menanggapi sapaan Arsyad sama sekali. Lalu, barulah setelah itu keduanya terlibat insiden di kampus yang membuat Made merasa sangat dipermalukan," tutur Ketut.
Mendengar itu, Ni Nyoman Sekar hanya bisa mengelus dada sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir, kenapa ada manusia yang sifatnya seburuk sifat yang Made miliki.
"Ternyata pianak lan rerama punika pateh sifatnyane. Nenten wenten pabinayan napi-napi[1]," ujarnya.
I Wayan Landra hanya bisa menepuk-nepuk pundak istrinya, agar tetap tenang selama Arsyad belum terlepas dari incaran leak.
"Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Yen reramane buka keto, sinah pianakne masih lakar keto[2]," tanggap I Wayan Landra.
"ARRRGGGHHHHH!!! AKU ENGGAK TAHAN, KAK!!! AMPUN!!! SAKIT!!!" ungkap Arsyad pada akhirnya, ketika sudah tidak lagi bisa menahan yang ia rasakan.
"Sabar, Dek Arsyad. Sedikit lagi. Insya Allah tidak akan lama, Dek," bujuk Samsul, sambil mengalirkan energinya ke tubuh Arsyad agar bisa bertahan.
Perhatian semua orang kembali tertuju pada Arsyad, setelah mendengar kembali teriakan kesakitan pemuda itu. Nafas Arsyad terlihat terengah-engah, seakan baru saja berlari-lari tanpa henti. Sekaan barusan adalah sekaan yang terakhir Revan lakukan. Hal itu menandakan bahwa proses ruqyah kedua itu sudah selesai, meski belum benar-benar tuntas.
Keadaan Arsyad terlihat sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Samsul berhenti mengalirkan energinya ke tubuh pemuda itu. Iqbal segera membantunya memakai baju, karena sejak tadi tubuh Arsyad hanya ditutupi oleh sarung oleh mereka selama proses ruqyah berlangsung. Yunus dan Erni berharap besar kalau keadaan Arsyad akan segera kembali pulih seperti biasanya. Karena harap-harap cemas yang mereka rasakan sama sekali belum berakhir pada saat itu.
"Ayo, Dek Arsyad. Cobalah untuk duduk," saran Karel.
Arsyad pun mengangguk. Meski tubuhnya masih terasa lemas, pemuda itu tetap mencoba untuk bangun dari tempat tidur dan duduk seperti yang Karel sarankan. Yunus langsung bersujud untuk mengucapkan syukur, saat melihat kalau Arsyad akhirnya bisa kembali sehat. Erni segera menghampirinya, lalu memeluknya begitu erat sambil menumpahkan airmata penuh rasa lega.
"Alhamdulillah, Ya Allah. Alhamdulillah. Terima kasih atas pertolongan-Mu, Ya Allah. Terima kasih karena Putra kami masih bisa dibantu untuk sembuh," ungkap Erni.
Arsyad balas memeluk Erni sambil memejamkan kedua matanya. Perasaannya saat itu masih tidak enak. Ia tahu persis, bahwa yang mengincarnya masih mengawasi dan belum ingin berhenti.
"Dia masih melihatku, Bu. Dia masih akan berusaha lagi," lirih Arsyad.
Revan langsung menepuk pundak Arsyad, meski saat itu Arsyad masih dipeluk oleh Erni.
"Jangan pikirkan. Semakin kamu memikirkan dia, maka dia akan semakin senang karena merasa diberi jalan untuk mendekat. Terus saja beristighfar, Dek. Urusan dengan leak itu akan menjadi urusan kami sepenuhnya," ujar Revan.
* * *
TRANSLATE :
[1] Ternyata anak dan orang tua sifatnya sama saja. Tidak ada perbedaan sama sekali.
[2] Kalau orang tuanya seperti itu, maka anaknya pun akan seperti itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LEAK
Horror[COMPLETED] Seri Cerita SETAN Bagian 7 Setelah kembali dari perjalanan bulan madu, Revan harus segera kembali bekerja bersama keenam anggota timnya. Kota yang mereka tuju kali itu adalah Bali. Di sana, seseorang yang tengah terbaring di atas tempat...