17 | Nekat Mengawasi

725 78 5
                                        

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE SETIAP UPDATE
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Suara teriakkan Arsyad tentu saja terdengar sampai keluar. Meski ketiga wanita yang sedang berjaga di luar mendengar semuanya melalui earbuds masing-masing, nyatanya teriakan Arsyad akhirnya bisa terdengar oleh mereka secara terbuka. Mereka tahu persis kalau saat itu upaya ruqyah kedua sudah dimulai. Rasa sakit yang Arsyad rasakan pastinya berasal dari sesuatu yang telah tertanam dalam dirinya tanpa disadari. Sehingga saat upaya ruqyah baru saja dimulai, Arsyad langsung bereaksi seketika.

"Keadaan di luar masih aman. Tidak ada tanda-tanda adanya sesuatu yang akan datang," lapor Ruby.

"Setahuku, leak memang tidak pernah menampakkan wujudnya saat siang hari. Mungkin jika upaya ruqyah terhadap Arsyad dilakukan saat malam, barulah kita bertiga akan kedatangan tamu tak diundang itu," ujar Nadin.

"Meskipun saat ini kita tidak akan kedatangan siapa-siapa, tetap saja sebaiknya kita menjaga kewaspadaan. Entah itu leak ataupun manusia, kita sama-sama tidak tahu mana yang bisa saja datang tanpa diundang," tanggap Reva.

"Upaya ruqyah akan berlanjut di dalam sini, guys. Saat ini baru bagian wajah yang berhasil diseka oleh Revan. Revan akan melanjutkannya sebentar lagi," lapor Samsul.

"Alhamdulillah. Laporan diterima, Sayang. Kami di luar sini juga masih berjaga dan mengawasi keadaan sekitar. Belum ada apa-apa yang terlihat atau terasa oleh Nadin," balas Ruby.

Di dalam rumah, Revan kini telah siap untuk menyeka bagian tubuh selanjutnya. Ia memberikan jeda sebentar, agar Arsyad bisa mempersiapkan diri untuk menahan rasa sakit yang mungkin akan lebih parah dari sebelumnya.

"Bertahan, ya, Dek Arsyad. Memang sakit rasanya. Tapi hal ini akan membantu kamu terlepas dari leak yang masih mengincarmu," ujar Iqbal.

"I--iya, Kak. In-sya Allah, sa--saya akan men-co-ba me-nahan sa-kitnya," janji Arsyad.

Samsul pun menatap Revan dan memberinya tanda untuk melanjutkan. Revan pun segera menyeka bagian pundak dan leher.

"Bismillahirrahmanirrahim."

Sekaan itu membuat Arsyad kembali merasakan sakit yang begitu luar biasa pada tubuhnya. Tubuhnya langsung merespon, seakan ada yang memang harus segera disingkirkan dari permukaan kulitnya.

"ERRGGGHHH!!!"

Sekuat tenaga, Arsyad berupaya untuk tidak berteriak lagi. Ia tidak mau membuat orangtuanya merasa semakin cemas. Ia ingin melewati proses ruqyah kali itu tanpa menjadi beban pikiran bagi orang lain.

"Sedikit lagi, Dek. Tahan. Jangan berontak," tuntun Samsul, sambil memegangi lengan Arsyad cukup kuat.

Revan pun menarik handuk yang ia pakai menyeka, setelah bagian yang ia seka telah terlewati sepenuhnya tanpa celah. Arsyad pun kembali bisa bernafas lega, saat rasa sakit yang dirasakannya kembali menghilang. Iqbal segera memberinya minum, untuk membuat Arsyad tetap memiliki tenaga. Arsyad minum begitu banyak, seakan ingin memberi tahu bahwa tubuhnya benar-benar sedang kekurangan cairan akibat demam berkepanjangan. Hal tersebut tentunya disadari oleh keempat pria yang mengelilinginya. Sehingga tidak ada satu pun yang membatasi berapa banyak air yang boleh diminum oleh Arsyad.

Revan baru selesai memeras handuk yang sudah direndam ulang ke dalam baskom. Ia sudah siap akan menyeka bagian selanjutnya, ketika Arsyad akhirnya berhenti minum. Tatap matanya sudah tidak sayu. Tatap matanya mulai terlihat seperti biasa, meski belum sepenuhnya selesai menjalani ruqyah. Ada perbedaan yang sangat mencolok antara raut wajah tadi dan sekarang, jika Arsyad benar-benar diperhatikan dengan seksama.

Di luar, tatap mata Reva kini tertuju pada satu titik yang lokasinya tak jauh dari rumah tersebut. Ia memberi tanda melalui siulan pelan kepada Ruby dan Nadin, agar mendekat padanya tanpa menunjukkan gerakan yang mencurigakan. Nadin dan Ruby segera mendekat, lalu berdiri menatap ke arah Reva seakan tak ada apa-apa.

"Kenapa, Va? Ada yang kamu lihat?" tanya Nadin.

"Ya. Made. Dia sepertinya sedang mencoba mengawasi ke arah sini," jawab Reva.

"Oh, ya? Di mana dia? Apakah cukup dekat?" tanya Ruby.

"Lumayan dekat. Dia ada di dekat rumah salah satu warga. Jarak rumah itu sekitar empat rumah dari sini."

"Guys, Made sedang mengawasi ke rumah ini. Tolong koordinasikan dengan Gede dan Ketut agar berpindah duduk dari sofa. Katakan pada mereka untuk menjauh dari jendela," pinta Nadin.

Iqbal dan Samsul langsung menatap ke arah Ketut dan Gede setelah mendengar laporan dari Nadin. Karel dan Revan juga mendadak waspada, karena tahu kalau Made sedang mengawasi di luar rumah.

"Dek ... menyingkir dari sofa. Made sedang mengawasi ke arah rumah ini," ujar Iqbal.

"Turun dari sofa sambil merunduk. Pelan-pelan saja, agar kalian tidak terlihat dari jendela," tambah Samsul.

Ketut dan Gede segera menuruti hal itu. Ayu jelas ikut mendorong mereka agar segera berpindah tempat duduk, karena tahu bahwa Made bisa saja nekat untuk memantau dari jarak yang lebih dekat.

"Kalau memang Made datang ke sini, kalian langsung saja masuk ke dalam kamarnya Arsyad, ya. Jangan takut. Sembunyi saja di sana sampai Made pergi," ujar Yunus.

"Iya, Pak Yunus. Matur suksma," ucap Gede dan Ketut.

Ni Nyoman Sekar segera keluar dari rumah itu. Ia sengaja bergabung dengan Nadin, Ruby, dan Reva, untuk menunjukkan bahwa mereka hanya sedang fokus pada Arsyad dan tak ada orang lain di rumah itu selain dirinya, suaminya, dan Ayu. Ayu juga ikut keluar tak lama kemudian. Mereka berupaya untuk berbincang, agar Made bisa melihat apa saja yang ada di depan matanya.

"Wah ... Made benar-benar mengawasi ke sini dengan sengaja. Tapi, apa yang membuatnya sampai nekat mengawasi rumah ini seperti itu?" heran Ayu.

"Mungkin Made mulai merasa tidak nyaman dengan pikiran-pikirannya sendiri, Dek Ayu. Rencana yang Abangku lakukan kepadanya, pasti sudah berhasil mempengaruhi pikirannya sehingga dia mengambil keputusan untuk mengawasi rumah ini," ujar Reva.

"Ah ... atau mungkin juga dia sedang mencoba mencari tahu, soal siapa yang mengirimkannya pesan dengan berpura-pura menjadi leak. Tadi Bli Revan melakukan hal itu padanya. Mungkin alasan dia merasa ketakutan adalah karena hal tersebut," pikir Ayu.

"Nah, bisa jadi. Kalau begitu, akan ada kemungkinan bahwa Made akan datang ke sini lagi. Terutama, karena saat ini dia tidak menemukan Ketut dan Gede di sekitaran dusun. Dia mungkin sedang menduga-duga, apakah orang yang mengirim pesan itu adalah Gede atau Ketut," tambah Ni Nyoman Sekar.

"Kalau begitu hanya ada satu jalan untuk menghalau langkah Made saat ini," ujar Ruby. "Gede atau Ketut harus membalas pesan ancamannya. Hal itu bisa digunakan untuk meyakinkan Made, agar dia tidak perlu sampai datang ke sini lagi."

"Ide yang bagus, Nak Ruby. Kalau mereka kembali berkomunikasi, maka pasti kecurigaan Made soal keberadaan Gede dan Ketut akan teratasi," Ni Nyoman Sekar setuju.

* * *

SAMPAI JUMPA BESOK 🥰

LEAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang